Informasi Terpercaya Masa Kini

Bulu Tangkis Indonesia Tanpa Emas di Paris, Ulang Catatan Kelam 12 Tahun Lalu

0 13

KOMPAS.com – Tradisi emas bulu tangkis Indonesia di Olimpiade terhenti lagi di Paris. Hal ini mengulang sejarah buruk yang pernah tercipta di Olimpiade London 2012. 

Indonesia hanya membawa pulang satu medali perunggu dari cabang olahraga bulu tangkis lewat tunggal putri Gregoria Mariska Tunjung.

Gregoria terhenti di semifinal setelah kalah 21-11, 13-21, 16-21 dari unggulan pertama asal Korea Selatan, An Se-young, di Porte de la Chapelle Arena, Minggu (4/8/2024). 

Namun, BWF mengonfirmasi Gregoria tak akan bertanding pada laga perebutan medali perunggu sebab lawannya, Carolina Marin, mundur karena cedera. 

Baca juga: Medali Gregoria Bukan Pemberian, tetapi Sebuah Perjuangan…

Medali perunggu Gregoria sekaligus mengakhiri penantian 16 tahun Indonesia untuk melihat tunggal putri berdiri di podium Olimpiade. 

Terakhir kali tunggal putri Merah Putih yang meraih medali di pesta olahraga empat tahunan itu adalah Maria Kristin Yulianti yang membawa pulang perunggu Olimpiade Beijing 2008. 

Secara keseluruhan, ini adalah medali Olimpiade ke-22 yang diraih Indonesia dari cabor bulu tangkis. Namun, tradisi emas bulu tangkis kembali harus terputus.

Indonesia total sudah mendapatkan delapan medali emas Olimpiade yang dimulai sejak pertama kali bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992. 

Baca juga: Daftar Tunggal Putri Indonesia Peraih Medali Olimpiade, Gregoria Ikuti Jejak Legenda

Susy Susanti dan Alan Budikusuma berhasil mengawinkan medali emas tunggal putri dan tunggal putra. Ganda putra Rexy Mainay/Ricky Soebagdja meneruskan keberhasilan itu dengan meraih emas Olimpiade Atlanta. 

Empat tahun kemudian, ganda putra Tony Gunawan/Candra Wijaya juga mempersembahkan emas di Olimpiade Sydney 2000. Tunggal putra Indonesia kembali meraih emas berkat Taufik Hidayat di Olimpiade Athena 2004. 

Di Olimpiade Beijing 2008, giliran ganda putra Hendra Setiawan/Markis Kido yang membawa pulang medali emas. 

Akan tetapi, sejarah buruk tercipta saat bulu tangis Indonesia tanpa medali apa pun di Olimpiade London 2012.  

Kegagalan itu dibayar lunas Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad yang berhasil meraih emas Olimpiade Rio 2016. Greysia Polii/Apriyani Rahayu lalu menciptakan sejarah sebagai ganda putri Indonesia pertama yang berdiri di podium Olimpiade. 

Baca juga: Gregoria Sedih, Bingung, Saat Simpati dan Sportivitas di Atas Segalanya…

Mereka mendapatkan emas Olimpiade Tokyo 2020 usai mengalahkan wakil China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, yang tahun ini menjadi juara Olimpiade Paris 2024.

Namun, kini raihan medali emas bulu tangkis Indonesia kembali terhenti di Olimpiade Paris 2024. 

Selain Gregoria, Indonesia punya lima wakil bulu tangkis lain yaitu Jonatan Christie, Anthony Sinisuka Ginting, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, dan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. 

Jonatan, Ginting, Apriyani/Fadia, dan Rinov/Pitha terhenti di fase grup, sedangkan Fajar/Rian kalah di perempat final. 

Ketua Umum PBSI, Agung Firman Sampurna, meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas hasil yang diraih bulu tangkis di Olimpiade Paris 2024. 

“Saya menyadari hasil yang diraih tim bulu tangkis Indonesia di Olimpiade Paris 2024 tidak sesuai harapan masyarakat. Persiapan jelang Olimpiade sudah dilakukan maksimal, mulai dari segi teknis hingga non-teknis. Namun, hasil di lapangan berkata lain,” kata Agung. 

“Terima kasih atas kerja keras tim AdHoc PBSI dan seluruh tim pendukung yang sudah secara maksimal menyiapkan para atlet untuk bertarung di Olimpiade. Terima kasih juga kepada Badminton Lovers dan masyarakat Indonesia yang telah memberikan dukungan dan doa. Saya mohon maaf jika hasilnya di luar ekspektasi,” ujarnya.

Leave a comment