Korea Selatan Tawarkan Bantuan ke Korea Utara yang Alami Banjir Besar, Mengaku Tak Direspons
SEOUL, KOMPAS.com – Korea Selatan pada Jumat (2/8/2024) mengaku telah mencoba menghubungi Korea Utara untuk menawarkan bantuan kemanusiaan terkait bencana banjir besar, tetapi tidak direspons.
Korea Selatan mendapati laporan adanya kematian dan kerusakan berat di Korea Utara yang disebabkan oleh banjir baru-baru ini.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Unifikasi Seoul pada Kamis (1/8/2024) menyatakan bersedia untuk segera memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban bencana Korea Utara yang terkena dampak hujan lebat.
Baca juga: Kim Jong Un Disebut Alami Obesitas, Punya Berat Badan 140 Kg dan Dicarikan Obat ke Luar Negeri
“Kementerian berusaha menghubungi Korea Utara untuk memberikan tawaran bantuan melalui saluran komunikasi kantor penghubung kedua Korea, namun Pyongyang belum memberikan tanggapan,” kata Seoul pada Jumat.
“Kami tidak akan membuat asumsi tentang situasi dan menantikan respons yang cepat (dari Korea Utara) terhadap proposal kami,” kata Kim In-ae, Wakil Juru Bicara Kementerian tersebut kepada para wartawan, sebagaimana dikutip dari AFP.
Korea Utara pada awal minggu ini mengatakan “rekor hujan lebat” melanda daerah perbatasan utara dekat China pada 27 Juli.
Disebutkan, hujan itu mengakibatkan krisis besar sampai membuat lebih dari 5.000 penduduk terisolasi di zona yang rentan terhadap banjir.
Pada Rabu, Pyongyang mengatakan, banyak bangunan umum, fasilitas, jalan, dan rel kereta api, termasuk lebih dari 4.100 rumah tinggal dan hampir 3.000 hektare lahan pertanian terendam banjir di wilayah utara Sinuiju dan Uiju.
Pada hari yang sama, media pemerintah Korea Utara, KCNA, mengatakan pemimpin Kim Jong Un mengusulkan untuk menghukum secara tegas para pejabat yang melalaikan tugas pencegahan bencana mereka, yang telah menyebabkan kematian atau cedera yang tidak disebutkan “yang tidak dapat dibiarkan”.
Baca juga: Saat Badan Intelijen Korea Selatan Ungkap Berat Badan Kim Jong Un…
Sebuah laporan dari TV Korea Selatan, Chosun, juga mengatakan ratusan orang mungkin telah tewas.
Kim telah ditampilkan dalam beberapa video minggu ini melintasi perairan banjir dengan perahu karet, mengawasi operasi penyelamatan yang melibatkan helikopter militer.
Bencana alam cenderung memiliki dampak yang lebih besar pada Korea Utara yang terisolasi dan miskin karena infrastrukturnya yang lemah, sementara penggundulan hutan membuatnya rentan terhadap banjir.
Hubungan antara kedua Korea berada pada salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, namun kementerian unifikasi pada hari Kamis menyatakan “simpati yang mendalam” untuk para korban banjir di Utara.
Pyongyang secara sepihak memutuskan semua hubungan komunikasi militer dan politik resmi dengan Seoul pada tahun 2020 dan meledakkan kantor penghubung antar-Korea yang sudah tidak terpakai di sisi perbatasan.
Saluran kantor penghubung antar-Korea dipulihkan pada 2021, tetapi Korea Utara belum menanggapi panggilan hotline sejak April 2023.
“Terlepas dari kurangnya tanggapan dari Korea Utara, Seoul telah berusaha untuk berkomunikasi dengan Korea Utara melalui saluran itu dua kali sehari, setiap hari,” ungkap Kementerian Unifikasi.
Baca juga: Putin Temui Kim Jong Un, Rusia-Korut Teken Perjanjian Saling Bantu jika Diserang