Informasi Terpercaya Masa Kini

Curahan Hati Atlet Muslimah Prancis soal Larangan Berhijab saat Olimpiade

0 12

Sejumlah atlet muslim perempuan mencurahkan keluh kesah mereka atas peraturan pemerintah Prancis yang melarang atletnya menggunakan hijab di ajang Olimpiade Paris 2024. Sprinter Prancis Sounkamba Sylla misalnya, sempat menuliskan curahan hatinya di media sosialnya beberapa waktu lalu sebelum penyelenggaraan Olimpiade 2024 dimulai.

Dilansir dari ABC News, Sylla mengatakan bahwa ia sempat terancam tidak diizinkan berpartisipasi dalam opening ceremony hanya karena jilbabnya. “Anda terpilih untuk Olimpiade, yang diselenggarakan di negara Anda, tetapi Anda tidak dapat berpartisipasi dalam upacara pembukaan karena Anda mengenakan jilbab,” tulis Sylla di Instagram pribadinya.

Meskipun pada akhirnya, tercapai sebuah kompromi, Sylla boleh menghadiri opening ceremony dan mengikuti pertandingan dengan syarat yaitu ia harus menutupi rambutnya dengan cara yang tidak terlalu terlihat religius.

Atlet lain, Diaba Konate, pemain basket Prancis, juga mengkritik larangan tersebut. Konate mengatakan bahwa ia tidak dapat bermain untuk timnas Prancis di ajang olimpiade kali ini.

“Saya mencintai basket, keluarga, dan agama saya,” kata Konate dalam surat terbuka seperti dilansir The Guardian. “Akan sangat menyakitkan jika saya harus melepaskan salah satunya, namun itulah yang dipaksakan oleh Federasi Basket Prancis saat ini kepada saya,” tulis Konate.

Seperti diketahui, Prancis telah memberlakukan sejumlah larangan terkait simbol-simbol keagamaan di ruang publik, termasuk larangan penggunaan hijab bagi atlet di ajang olahraga seperti Olimpiade Paris 2024.

Pada pesta olahraga ini, larangan penggunaan hijab memang hanya berlaku bagi atlet Prancis yang berlaga di Olimpiade dan tidak berlaku bagi atlet tamu. Larangan ini berlaku untuk cabang olahraga termasuk sepak bola, basket, voli, dan tinju, dan mencakup semua tingkat kompetisi, termasuk pertandingan amatir.

Meski tak berlaku untuk atlet tamu, namun larangan itu tetap turut melukai perasaan atlet muslimah dari negara lain. Petinju Australia Tina Rahimi salah satunya. Ia mengecam keras larangan jilbab bagi atlet-atlet muslimah Prancis. Menurut Rahimi, perempuan bebas memilih cara mereka dalam berpakaian.

“Perempuan berhak memilih cara berpakaian mereka,” tulis Rahimi, yang ikut serta dalam upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 pada hari Jumat, dalam sebuah unggahan di Instagram. “Dengan atau tanpa jilbab. Saya memilih mengenakan jilbab sebagai bagian dari agama saya dan saya bangga melakukannya.”

Rahimi adalah petinju perempuan Muslim pertama yang mewakili Australia di Olimpiade. Petinju berusia 28 tahun asal Bankstown di barat daya Sydney ini mengenakan baju lengan panjang dan jilbab saat bertanding.

“Anda seharusnya tidak perlu memilih antara keyakinan/agama atau olahraga Anda. Inilah yang dipaksakan kepada atlet Prancis. Tidak peduli bagaimana penampilan atau pakaian Anda, apa suku bangsa Anda atau apa agama Anda, kita semua bersatu untuk mencapai satu mimpi itu. Untuk bersaing dan menang. Tidak seorang pun boleh dikecualikan. Diskriminasi tidak diterima dalam olahraga, khususnya dalam Olimpiade,” tegasnya

Dikutip dari ABC News, sejatinya tidak ada undang-undang atau kebijakan nasional Prancis yang melarang jilbab dalam olahraga. Larangan ini diterbitkan oleh federasi dari masing-masing cabang olahraga.

Sepak bola, bola basket, dan bola voli adalah beberapa olahraga beregu yang melarang atletnya berhijab. Larangan mengenakan jilbab dalam sepak bola ditetapkan pada tahun 2006. Dalam bola basket, larangan tersebut dimulai pada tahun 2022 dan dalam bola voli pada tahun 2023.

Larangan ini memicu perdebatan sengit baik di dalam maupun di luar Prancis. Beberapa pihak mendukung larangan ini dengan alasan menjaga netralitas agama, sementara pihak lain mengkritiknya karena dianggap melanggar hak asasi manusia dan diskriminatif.

Bagaimana pendapatmu, Ladies?

Leave a comment