Informasi Terpercaya Masa Kini

Hamas-Fatah Palestina Sepakat Berdamai Usai Difasilitasi China, Apa Agenda Politik Mereka?

0 16

BEIJING, KOMPAS.com – Hamas pada Selasa (23/7/2024) mengumumkan, telah menandatangani sebuah kesepakatan dengan 13 organisasi Palestina lainnya, termasuk pesaingnya Fatah, di Beijing, China.

“Hari ini kami menandatangani kesepakatan untuk persatuan nasional. Kami berkomitmen untuk (menciptakan) persatuan nasional dan kami menyerukan hal itu,” kata pejabat senior Hamas, Musa Abu Marzuk , setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan para utusan organisasi Palestina lainnya.

Oleh China, kesepakatan tersebut digambarkan sebagai sebuah kesepakatan untuk memerintah Gaza bersama-sama setelah perang berakhir. 

Baca juga: China Nyatakan Siap Fasilitasi Rekonsiliasi Antara Fatah dan Hamas

Menteri Luar Negeri China Wang Yi, mengatakan belasan organisasi Palestina itu telah bersepakat membentuk “pemerintah rekonsiliasi nasional sementara” untuk memerintah Gaza pascaperang.

Pengumuman ini muncul lebih dari sembilan bulan setelah perang Gaza pecah pada Oktober tahun lalu. 

Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 39.000 orang di wilayah Palestina tersebut, sebagian sebagian besar adalah warga sipil.

Pertempuran tanpa henti telah menjerumuskan Gaza ke dalam krisis kemanusiaan yang parah.

China telah berusaha untuk memainkan peran mediator dalam konflik tersebut, yang telah menjadi semakin kompleks karena persaingan yang ketat antara Hamas, yang memerintah Jalur Gaza, dan Fatah, yang sebagian memerintah Tepi Barat yang diduduki.

Israel telah bersumpah untuk terus bertempur hingga menghancurkan Hamas, dan kekuatan-kekuatan dunia termasuk pendukung utama Israel, Amerika Serikat, telah berebut untuk membayangkan skenario pemerintahan Gaza setelah perang berakhir.

Baik Israel maupun Amerika Serikat tidak akan menyetujui rencana pasca-perang yang melibatkan Hamas.

Baca juga: China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Meskipun belum jelas apakah kesepakatan yang diumumkan di Beijing pada Selasa dapat bertahan, namun hal tersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya kekuatan dunia yang dapat merekayasa pemulihan hubungan antara kedua belah pihak yang bertikai adalah China.

Ketika pertemuan hari Selasa berakhir di Beijing, Wang mengatakan, kedua belah pihak telah berkomitmen untuk melakukan “rekonsiliasi”.

“Hal yang paling menonjol adalah kesepakatan untuk membentuk pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara di sekitar pemerintahan Gaza pasca-perang,” kata Wang setelah faksi-faksi tersebut menandatangani ‘deklarasi Beijing’ di ibu kota China.

“Rekonsiliasi adalah masalah internal faksi-faksi Palestina, tetapi pada saat yang sama, hal ini tidak dapat dicapai tanpa dukungan dari masyarakat internasional,” kata Wang.

Pejabat Fatah Mahmoud al-Aloul berterima kasih kepada China atas “dukungan tanpa henti” untuk perjuangan Palestina.

“Kepada China, Anda memiliki cinta kami, Anda memiliki semua persahabatan kami, dari seluruh rakyat Palestina,” katanya.

Tetapi, ia tidak menyebutkan apakah ada kesepakatan yang telah dicapai dengan Hamas dan faksi-faksi lainnya.

Menurut Wang, para utusan dari Mesir, Aljazair, dan Rusia juga hadir dalam pertemuan hari Selasa itu.

Baca juga: Perbedaan Hamas dan Fatah dalam Konflik Israel-Palestina

Mesir, yang bertetangga dengan Israel dan Gaza, adalah mediator utama dalam konflik tersebut. 

Aljazair adalah anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, dan telah merancang resolusi-resolusi mengenai perang tersebut.

Sementara negara-negara Barat berusaha untuk mengisolasi Rusia atas invasi ke Ukraina, China telah mempertahankan kemitraan strategisnya dengan Moskwa.

Perdamaian dan stabilitas

Sebagaimana dilansir AFP, Wang mengatakan, Cina ingin memainkan peran konstruktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.

Ia juga menyerukan “gencatan senjata komprehensif, langgeng, dan berkelanjutan”, serta upaya-upaya untuk mempromosikan pemerintahan sendiri Palestina dan pengakuan penuh atas negara Palestina di PBB.

Hamas dan Fatah telah menjadi saingan sengit sejak para pejuang Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza setelah bentrokan mematikan yang terjadi setelah kemenangan gemilang Hamas dalam pemilihan umum tahun 2006.

Fatah mengendalikan Otoritas Palestina, yang memiliki kontrol administratif parsial di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Beberapa upaya rekonsiliasi telah gagal, namun seruan untuk berdamai terus meningkat sejak serangan Hamas pada Oktober dan perang selama sembilan bulan di Gaza, dan kekerasan juga meningkat di Tepi Barat, tempat Fatah bermarkas.

China menjadi tuan rumah bagi Fatah dan Hamas pada bulan April, namun pertemuan yang dijadwalkan pada bulan Juni ditunda.

Baca juga: 4 Tantangan dalam Rekonstruksi Gaza dari Birokrasi hingga Perselisihan Hamas-Fatah

China secara historis bersimpati pada perjuangan Palestina dan mendukung solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

China telah memposisikan dirinya sebagai aktor yang lebih netral dalam konflik Israel-Palestina dibandingkan dengan rivalnya, Amerika Serikat, yang mendukung solusi dua negara dan juga menjaga hubungan baik dengan Israel.

China juga telah berusaha untuk memainkan peran yang lebih besar di Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir, memfasilitasi pemulihan hubungan bersejarah antara Arab Saudi dan Iran tahun lalu.

Leave a comment