Informasi Terpercaya Masa Kini

Pekerjaan Ciro Juliano Tomasoa Anak Bungsu Opa Hans dan Oma Rita,Ungkap Hubungan Tidak Harmonis

0 16

TRIBUNSUMSEL.COM — Kisah pasutri lansia opa Hans Tomasoa dan oma Rita Tomasoa yang ditemukan tewas membusuk di rumah di kawasan Jonggol Bogor terus jadi sorotan.

Terutama mengenai fakta ketiga anak opa Hans Tomasoa dan oma Rita Tomasoa yang tak pernah menjenguk orangtua mereka selama bertahun-tahun.

Adapun terkuak penyebab ketiga anak tersebut tak menjenguk lantaran kesibukan dalam pekerjaan

Hal tersebut membuat publik penasaran mengenai pekerjaan anak dari opa Hans Tomasoa dan oma Rita Tomasoa.

Salah satu terkuak yakni sang anak bungsu bernama Ciro Juliano Tomasoa atau akrab disapa CJ Tomasoa.

Ciro Juliano Tomasoa diketahui sempat datang ke pemakaman sang orang tua dan mengucapkan permintaan terima kasih kepada warga lantaran telah membantu selama ini.

Berdasarkan penelusuran Tribunsumsel.com, Sabtu (20/7/2024) terkuak pekerjaan yang dilakoni Ciro Juliano Tomasoa.

Lewat laman Jobcandidate, Ciro Juliano Tomasoa sempat menguak soal profesinya seorang copywriter.

“Nama saya Ciro Juliano Tomasoa. Saya lahir dan dibesarkan di Jakarta, Indonesia. Saya seorang copywriter dengan pengetahuan dan pengalaman dalam copywriting, penulisan konten, penulisan naskah, penerjemahan bahasa Inggris-Indonesia dan sebaliknya, penjualan dan pemasaran, dan aransemen musik.

Saya bersemangat, pekerja keras, tekun, dan berdedikasi,semua kualitas yang saya tampilkan dalam setiap pekerjaan saya,” tulisnya.

 

Akui Hubungan Tak Harmonis

Sebelumnya,  Ciro Juliano Tomasoa ternyata punya alasan lain terkait alasan kenapa dirinya tak pernah menjenguk kedua orang tuanya.

Ciro mengungkap jika ternyata hubungannya dengan Opa Hans dan Oma Rita juga sedang tidak harmonis.

Menurut Ketua RT sekitar, sejak Hans Tomasoa dan istrinya tinggal di wilayahnya, dirinya tidak pernah bertemu dengan anak-anak mereka.

Hans Tomasoa (83) dan Rita Tomasoa (79) tinggal di Perumahan Citra Indah Bukit Raflesia, Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.

“Oma opa punya tiga putra, kalau yang pernah ketemu sama saya langsung mohon maaf sampai kejadian ini belum ada,” kata Ketua RT dikuti dari Intens Investigasi, Jumat (19/7/2024).

Saat oma opa meningga, Ketua RT baru pertama kali bertemu dengan anak Hans Tomasoa.

“Jadi saya untuk pertama kalinya bertemu dengan anak bungsu opa oma ini setelah opa dan oma disemayamkan,” kata dia.

Sementara saat anak pertama dan kedua datang ke wilayahnya pascakematian oma opa, kebetulan tidak sempat bertemu dengan Ketua RT.

Kepada Ketua RT, anak bungsu mengaku ada masalah keluarga di antara mereka.

“Dari penyampaian anak bungsu opa dan oma, dia menyampaikan bahwa ada ketidakharmonisan di dalam hubungan mereka,” tuturnya.

Namun ia menghargai privasi keluarga Opa Hans dengan tidak menanyakan masalahnya.

“Itu menjadi ranah privasi mereka, saya hanya mengetahui mungkin mereka sedang tidak dalam hubungan yang baik,” kata dia.

Baca juga: Pilu Foto Opa Hans Tomasoa Peluk Bayi Terpajang di Kamar Disorot, Pasutri Lansia Tewas di Bogor

Sementara itu, Pengurus RT, Jonathan Tobing mengatakan kalau anak bungsu Hans Tomasoa baru datang di tengah-tengah pemakaman.

“Anak bungsu hadir di tengah-tengah acara pemakaman, anak pertama dan kedua datang ke lingkungan kami Sabtu malam,” kata dia dikutip dari Youtube tvOneNews, Jumat.

Kepada Jonathan, anak pertama dan kedua Opa Hans mengaku baru tahu kabar orangtuanya meninggal pada siang hari.

“Alasan mereka berdua itu mendapat informasi sekitar jam 1 siang, tidak menjelaskan apapun soal adanya permasalahan keluarga,” tutur Jonathan.

Bendahara RT Minta Anak Opa Hans dan Oma Rita Bertobat

Sementara itu, bendahara RT, Uthe mengaku sempat menghubungi anak bungsu Hans Tomasoa.

Hal tersebut dilakukannya tepat saat ia menemukan Opa Hans Tomasoa dan Oma Tita Tomasoa sudah dalam kondisi tubuh terbujur kaku membusuk.

“Lalu saya masuk lagi ke kamar, baru saya lihat kakinya Opa, mukanya mulai dari perut itu sudah hitam, nah saya masuk saya lihat yang Oma ternyata posisinya kaki kiri ditekuk. Mereka (ditemukan) di tempat tidur yang sama. Asumsinya murni sakit, begitu,” ungkapnya.

Uthe berusaha menghubungi sang anak bungsu tapi tidak mendapat respon.

“Saya sebenarnya sangat kesal sama anak-anaknya, kalau emang gak mau mengakui orangtua ini ya sudah berikan ke orang lain dan jangan mengejar hal-hal lain setelah mereka meninggal,” kata dia.

Ia bahkan mengaku kesal dengan perilaku anak-anak Hans Tomasoa.

“Begitu kita bawa ke RSUD baru direspon, dan diresponnya itu sebenarnya enggak enak. Saya ngelihat orangtua yang diterlantarkan gitu kasian karena saya masih punya orangtua yang saya rawat, jadi saya begitu terbeban sekali, jadi saya dateng untuk nengok, saya ajak tim doa, saya mendoakan sakitnya, saya minta nomor telponnya, keluarganya juga, jadi waktu Opa pergi saya kehilangan, saya menganggap mereka orangtua saya sendiri,” katanya.

Bahkan pihak gereja yang mencoba menghubungi anak bungsunya itu juga sama-sama tak mendapat respon.

Barulah saat oma dan opa dibawa ke RSUD Cileungsi, anak bungsunya baru menanggapi.

“Terus begitu kita bawa ke RSUD barulah di situ direspon. Pas direspon itu sebetulnya gak enak ngeresponnya,” kata dia.

Terakhir, ia memberikan pesan kepada ketiga anak Opa Hans Tomasoa dan Oma Tita Tomasoa agar menyadari perbuatan buruknya.

“Buat anak anaknya kalian itu nanti akan mengalami masa tua, ingatlah bahwa di dunia ini ada hukum tabur tuai, tanpa orangtua kalian tidak bisa apa apa, tanpa orangtua kalian tidak bisa berjalan dan tanpa orangtua kalian tidak bisa jadi orang seperti saat ini,” tuturnya.

Ute sendiri juga meminta anak korban bertobat kepada tuhan karena sudah menerlantarkan orangtuanya hingga meninggal tragis.

“Ingat bahwa orangtua itu membesarkan dan menyekolahkan dengan jerih payahnya dan waktu yang sangat sulit, tidak mudah mereka lalui, jadi sebelum akhir hayat kalian segera lah bertobat dan minta ampun sama tuhan, itu aja,” katanya.

“Saya percaya Opa dan Oma sudah tenang di sisi Tuhan dan sudah sembuh selama lamanya, tidak merasa sakit lagi, tuhan sudah memberkati dia disana,” jelas Ute.

Kronologi Penemuan

Kapolsek Jonggol Kompol Wagiman turut membeberkan kronologi penemuan jasad HT dan RT.

Semua bermula dari kecurigaan para tetangga yang sudah beberapa hari tidak melihat keduanya.

Warga kemudian melapor ke ketua RT guna melakukan pemeriksaan ke rumah korban pada Sabtu (13/7/2024).

“Setelah itu ketua RT datang dengan satpam. Di TKP melakukan panggilan tidak ada respons hingga memutuskan membuka paksa.”

“Kemudian ditemukan pasangan sudah ditemukan dalam kondisi meninggal di dalam ruangan yang sama,” urai Wagiman.

Berdasarkan informasi warga, HT dan RT hanya tinggal berdua jauh dari anak dan keluarga.

Sedangkan kondisi sang istri menderita stroke sebelum akhirnya ditemukan meninggal bersama sang suami.

(*)

Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com

Baca juga berita lainnya di Google News

Leave a comment