Aturan 4 Persen untuk Pensiun: Apakah Masih Efektif pada 2025?
JAKARTA, KOMPAS.com – Aturan 4 persen (4% rule) selama ini menjadi panduan utama bagi pensiunan untuk menarik uang dari tabungan mereka secara aman. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa aturan ini mungkin memerlukan penyesuaian seiring dengan perubahan kondisi pasar.
Apa Itu Aturan 4 Persen?
Dilansir dari CNBC, Selasa (17/12), aturan 4 persen dirancang untuk membantu pensiunan menentukan berapa banyak uang yang dapat mereka tarik setiap tahun dari tabungan pensiun mereka tanpa risiko kehabisan dana dalam periode 30 tahun.
Pada tahun pertama pensiun, pensiunan menarik 4 persen dari total tabungan mereka. Angka ini kemudian disesuaikan setiap tahun berdasarkan inflasi.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Jaminan Pensiun BPJS: Pengertian, Iuran, dan Manfaat
Sebagai contoh, jika seorang pensiunan memiliki tabungan sebesar Rp 15 miliar, maka pada tahun pertama mereka menarik Rp 600 juta. Jika inflasi tahun tersebut mencapai 2 persen, maka penarikan di tahun berikutnya naik menjadi Rp 612 juta.
Penyesuaian untuk 2025
Penelitian Morningstar menemukan bahwa tingkat penarikan aman turun menjadi 3,7 persen pada 2025 dari 4 persen pada 2024. Penurunan ini dipengaruhi oleh ekspektasi lebih rendah terhadap hasil investasi jangka panjang dari saham, obligasi, dan uang tunai.
“Asumsi yang mendasari aturan 4 persen sangat konservatif. Kami tidak ingin menakut-nakuti atau mendorong orang untuk terlalu hemat,” ujar Christine Benz, Direktur Perencanaan Keuangan dan Pensiun di Morningstar.
Baca juga: Asabri Serahkan Tabungan Hari Tua dan Jaminan Pensiun untuk Kasum TNI
Fleksibilitas dalam Pengeluaran
Benz menyarankan agar pensiunan tetap fleksibel dalam pengeluaran mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi pengeluaran saat pasar sedang lesu.
Sebagai contoh, penelitian Morningstar menunjukkan bahwa pensiunan yang bersedia mengurangi pengeluaran mereka di tahun-tahun awal pensiun dapat menikmati tingkat penarikan aman sebesar 4,8 persen pada tahun pertama.
Namun, Benz juga mengingatkan bahwa biaya perawatan jangka panjang dapat menjadi variabel besar yang memengaruhi keuangan pensiunan di masa mendatang.
Menurut studi Genworth, biaya rata-rata untuk perawatan rumah di Amerika Serikat pada 2023 mencapai Rp 96 juta per bulan, sedangkan biaya kamar semi-privat di panti jompo mencapai Rp 132 juta per bulan.
Baca juga: Penjelasan OJK soal Rencana Pemotongan Gaji Pekerja untuk Dana Pensiun
Kritik terhadap Aturan 4 Persen
Artikel Charles Schwab tahun 2024 yang ditulis oleh Chris Kawashima dan Rob Williams menyoroti beberapa kelemahan aturan 4 persen.
Mereka mencatat bahwa aturan ini tidak memperhitungkan pajak atau biaya investasi, dan mengasumsikan portofolio investasi yang statis dengan komposisi 50 persen saham dan 50 persen obligasi.
“Aturan ini kaku. Aturan ini mengasumsikan Anda tidak pernah memiliki tahun di mana pengeluaran lebih besar atau lebih kecil dari kenaikan inflasi. Padahal, kenyataannya pengeluaran bisa sangat bervariasi,” tulis mereka.
Baca juga: Potongan Gaji Pekerja untuk Dana Pensiun, Pengamat: Aturan Belum Keluar, OJK Jangan Asal Nyeplos
Alternatif Lain
Selain fleksibilitas pengeluaran, Benz merekomendasikan untuk menunda klaim tunjangan Jaminan Sosial hingga usia 70 tahun.
Dengan menunda klaim, pemerintah Amerika Serikat memberikan tambahan 8 persen pada manfaat bulanan setiap tahun hingga usia tersebut.
Namun, strategi ini membutuhkan sumber dana lain untuk menutupi kebutuhan hidup sebelum mencapai usia 70 tahun. “Jika memungkinkan, melanjutkan bekerja adalah pilihan terbaik dibandingkan menggunakan tabungan investasi,” kata Benz.
Hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Strategi Pensiun
- Menyesuaikan tingkat penarikan sesuai kondisi pasar dan inflasi.
- Menunda klaim tunjangan Jaminan Sosial hingga usia 70 tahun jika memungkinkan.
- Mempertimbangkan biaya perawatan jangka panjang dalam anggaran pensiun.
- Fleksibel dalam pengeluaran untuk mengurangi risiko kehabisan dana.
- Mengoptimalkan portofolio investasi dengan memperhatikan biaya dan pajak.
Dengan perubahan ekspektasi hasil investasi dan kebutuhan finansial yang dinamis, para pensiunan dianjurkan untuk terus mengevaluasi strategi keuangan mereka agar tetap relevan dengan kondisi pasar terkini.