5 Cara Mencegah Sifat Buruk Orangtua Menurun pada Anak, Termasuk Regulasi Emosi
KOMPAS.com – Sifat buruk orangtua sering kali dapat terlihat pada anak mereka. Hal ini wajar mengingat anak tumbuh dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh pola asuh dan perilaku orangtuanya.
Menurut Psikolog Brawijaya Child and Women Clinic Khamsha Noory, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan orangtua untuk mencegah hal ini terjadi.
5 Cara Mencegah Sifat Buruk Orangtua Menurun pada Anak 1. Memenuhi Kebutuhan Emosional Anak
Menurut Khamsha, hal pertama yang harus dilakukan orangtua adalah memenuhi lima kebutuhan emosional anak.
“Anak memiliki kebutuhan secara emosi yang harus diberikan oleh orangtua mereka,” ujarnya ketika diwawancarai Kompas.com, Kamis (12/12/2024).
Baca juga: 5 Kebutuhan Emosional Anak yang Harus Dipenuhi, Orangtua Haru Tahu
Di mana anak perlu diberikan rasa aman dan nyaman, kebebasan untuk mengekspresikan diri dan mengeksplor lingkungan, spontanitas, bermain, dan diterima juga divalidasi emosinya.
Namun, anak juga perlu diberikan batasan yang rasional. “Limit dan boundaries yang rasional, yang sesuai dengan kebutuhannya,” lanjutnya.
Dengan memenuhi kebutuhan ini, anak akan merasa didukung secara emosional sehingga lebih mudah mengembangkan sifat positif.
2. Introspeksi Diri
Orangtua perlu melakukan introspeksi untuk memahami asal-usul sifat buruk mereka. Perilaku buruk biasanya terbentuk dari respons orangtua, juga pengalaman yang anak rasakan.
“Apa sih yang biasanya membuat perilaku buruk itu muncul, hubungkan dengan perilaku orangtuanya. Karena pengalamanlah yang membentuk tindakan itu,” pungkas Khamsha.
Baca juga: Overprotektif pada Anak Bisa Jadi Tanda Masalah pada Diri Orangtua
Dengan mengenali penyebab perilaku tersebut, orangtua dapat lebih sadar akan dampaknya terhadap anak dan mulai memperbaiki cara mereka berinteraksi.
3. Mengambil Tanggung Jawab untuk Perbaikan
Orangtua harus mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka, bukan menyalahkan anak.
“Jadi bukan seperti ‘Kamu sekarang harus memperbaiki diri kamu’, itu kita enggak mengambil tanggung jawab sebagai orangtua,” ungkap Khamsa.
Tapi, kita sebagai orangtua juga perlu berperan aktif dalam proses anak memperbaiki tindakan buruknya.
Misalnya, jika anak sulit berkata jujur, orangtua perlu mengevaluasi, apakah sikap mereka yang terlalu keras atau mudah marah membuat anak takut untuk berkata jujur.
Katakan pada anak, “Mama sadar kemarin Mama terlalu cepat marah, sehingga kamu takut untuk jujur. Mulai sekarang, Mama akan lebih mendengarkan, dan kamu boleh jujur tanpa takut dimarahi.”
Dengan memberikan ruang untuk dialog, orangtua membantu anak membangun kebiasaan yang sehat dalam menyelesaikan masalah.
Baca juga: Cara Pahami Anak yang Suka Bohong dan Tips Mengatasinya
4. Regulasi Emosi orangtua
Langkah penting lainnya adalah belajar mengelola emosi. Orangtua perlu mengenali emosi yang sering muncul dan memahami bagaimana hal tersebut memengaruhi anak.
“Untuk meregulasi dia harus sadar dulu , bagian mana dari emosi orangtua yang berefek pada anaknya,” jelas Khamsha.
Ketika emosi terkontrol, respons terhadap anak pun akan lebih positif dan konstruktif.
5. Memberikan Umpan Balik yang Membangun
Ketika anak melakukan kesalahan, hindari langsung menghakimi atau memarahi.
“Yang perlu dilakukan adalah memberikan feedback atau umpan balik,” ungkap Khamsha.
Umpan balik yang baik membantu anak belajar menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih baik.
Baca juga: 3 Cara Memberikan Respons yang Baik pada Anak, Pahami Sudut Pandangnya
Misalnya, “Kalau kamu berbohong, masalahnya akan tetap ada. Tapi kalau kamu jujur, kita bisa cari solusi bersama.”
Dengan cara ini, anak akan memahami bahwa jujur adalah pilihan yang lebih baik dan aman.
“Ya berarti dari situ barulah dibangun pola problem solving yang baru, yang lebih baik,” tutup Khamsha.