Informasi Terpercaya Masa Kini

Uang Palsu,Citra Kampus Palsu,dan Sikap Rektor Tak Tahu Malu

0 3

Oleh: Ilham Azhari Said

Alumni UIN Alauddin Makassar

TRIBUN-TIMUR.COM – UIN Alauddin Makassar, kampus islami yang mengusung tema “kampus peradaban”, kini tampak berada di persimpangan jalan, atau mungkin lebih tepatnya, di jalan yang salah.

Baru-baru ini, civitas akademika UIN Alauddin Makassar digemparkan dengan penangkapan oknum pegawai kampus diduga terlibat dalam sindikat peredaran uang palsu. 

Lebih mengejutkannya lagi, pabrik pembuatan uang palsu tersebut diduga berada di dalam lingkungan kampus. 

Bahkan, tempatnya di Gedung Perpustakaan, yang seharusnya menjadi sumber cahaya ilmu, justru terlibat dalam peredaran uang palsu. 

Meskipun kasus ini masih dalam penyelidikan, berita ini jelas mencoreng institusi pendidikan, terutama yang berlabelkan Islam. 

UIN Alauddin Makassar kini tampaknya benar-benar tengah salah jalan.

Tidak hanya peristiwa yang memalukan, tetapi sikap rektor juga turut memperburuk keadaan. 

Awalnya, Rektor UIN Alauddin Makassar, Hamdan Juhannis, mengakui adanya oknum pegawai ditangkap terkait peredaran uang palsu. 

Namun, sehari setelahnya, Hamdan justru menyebutkan bahwa berita terkait keterlibatan anak buahnya dalam sindikat uang palsu hanyalah desas-desus belaka. 

Pernyataan ini sungguh membingungkan. 

Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa selain lihai melawan takdir, Hamdan juga lihai dalam melawan kata-katanya sendiri.

Tidak pantas rasanya ketika seorang rektor tidak menunjukkan sikap ksatria, setidaknya untuk meminta kepada kepolisian agar mengusut tuntas kasus peredaran uang palsu ini hingga ke akar-akarnya.

Jika memang ada oknum pejabat kampus yang terlibat, rektor seharusnya berani menindak tegas. 

Ini bukan masalah melawan takdir, tetapi melawan tindak kejahatan. 

Sayangnya, apa yang terjadi jauh dari harapan. 

Rektor lebih memilih menunjukkan sikap pengecutnya. Atau barangkali, begitulah tabiat orang nomor satu di kampus peradaban ini.

Selain mempertontonkan sikap pengecut, rektor juga menunjukkan sikap yang tidak tahu malu. 

Seharusnya, dengan adanya keterlibatan oknum pegawai kampus UIN Alauddin Makassar dalam sindikat peredaran uang palsu, rektor harusnya meminta maaf kepada publik. 

Sebagai orang yang bertanggung jawab atas segala yang terjadi di kampus, kejadian ini seharusnya membuatnya introspeksi. 

Namun, lagi-lagi, jauh panggang dari api. 

Rektor bahkan tidak mengeluarkan sepatah kata permohonan maaf kepada publik atas kejadian yang menggemparkan dan mencoreng nama baik kampus.

Pada akhirnya, peredaran uang palsu ini turut membuka citra kampus yang ternyata juga palsu. 

Sebuah peristiwa  menarik: uang palsu, citra kampus palsu, dan sikap rektor tak tahu malu. (*)

Leave a comment