Sosok Sekar Widianingtyas, Pekerja Kreatif yang Buka Catering untuk Bantu Sesama
“Guys, hari ini makan siang apa ya?”
Pertanyaan tersebut selalu terdengar setiap pukul 11:00 WIB, saat Sekar sampai di kantor. Tidak sekali dua kali, Sekar sering melihat teman-temannya kebingungan menentukan menu makan siang.
Masalahnya, keputusan menentukan menu tersebut memakan waktu berjam-jam. Sebab, ingin beli di warung makan, namun lauknya itu-itu saja. Sementara kalau pesan lewat ojek online, ongkos delivery sering mahal. Tak heran, kadang mereka baru memesan pukul 13:00 WIB, ketika divisi-divisi lain sudah selesai istirahat.
Resah karena kebingungan ini terjadi terus-menerus, Sekar pun punya ide untuk membuka usaha catering bersama sang ibu.
“Kebetulan ibuku emang suka masak dan aku lihat teman-teman enggak keberatan kalau makan masakan rumah gitu. Jadi, aku bilang gimana kalau kita bikin usaha catering,” kata Sekar kepada kumparan.
Awalnya, Sekar hanya menawarkan ke teman satu tim saja. Jumlahnya pun tidak lebih dari 10. Hal ini dilakukan agar ibunya tidak kelimpungan untuk memasak dalam jumlah besar.
“Tim aku itu ada 7 orang, kadang mereka pesan semua. Kadang juga cuma 4-5 orang aja. Namanya catering, mungkin menunya kadang cocok kadang enggak,” ucap Sekar.
Namun ternyata, pesanan tersebut bertambah seiring waktu. Dengan harga Rp 17-20 ribu saja per box ditambah konsep open space di kantornya, kabar Sekar membuka usaha catering tersebar dari mulut ke mulut.
“Kita itu kan biasa makan siang bareng di satu meja panjang gitu. Nah, waktu itu temanku dari divisi lain lewat, terus tanya pesan makan di mana. Sekalian deh aku promosiin,” kenang Sekar.
Seiring dengan pesanan yang meningkat, Sekar pun memperbesar usahanya dengan mengajak seorang tetangganya agar sang ibu bisa terbantu.
Agar pengantaran catering lebih mudah, ia juga merekrut seorang supir angkot dan memintanya mengantar makanan ke kantor. Sekar tak menampik biaya operasionalnya memang makin besar, namun keputusan ini juga memudahkannya dalam mengakomodir pesanan.
“Kalau aku bawa sendiri kan ribet, karena sekarang pesanannya tuh bisa belasan sampai puluhan gitu. Jadi waktu itu ibu aku bilang, sewa angkot aja kalau pesanannya banyak. Nanti catering-nya diantar ke kantor pakai angkot pas mau jam makan siang terus disimpan di pos satpam, jadi aku gak usah bawa-bawa dari pagi,” jelasnya.
Sisihkan Hasil Catering untuk Makan Siang Gratis Satpam dan OB
Ada yang menarik dari usaha Sekar. Tak sekadar mengatasi kebingungan teman-temannya akan makan siang, Sekar juga rutin menyisihkan Rp 10-15 ribu per hari dari hasil penjualan. Uang tersebut, kata Sekar, ia gunakan untuk memberikan makan siang gratis kepada satpam dan office boy (OB) di kantornya.
“Pak satpam sama OB suka bantu aku turunin makanan dari angkot ke pos. Suatu hari aku kepikiran aja mau ngasih mereka makanan gratis, tapi kalau tiap hari kan juga gak mungkin karena enggak nutup (biaya operasional). Jadi yaudah aku pisahin aja Rp 10-15 ribu tiap hari buat modal (makan gratis), nanti sebulan kan kekumpul tuh Rp 200-300 ribu,” katanya.
Setiap sebulan sekali, Sekar akan mengosongkan satu hari untuk menyiapkan catering satpam dan OB yang berjumlah 17 orang. Menunya ia sesuaikan dengan uang yang terkumpul, sehingga tidak mengganggu cash flow bisnis catering.
Sesekali, Sekar juga mengajak rekan satu tim untuk patungan mengumpulkan budget makan siang gratis ini. Sekar percaya, kebaikan kecil yang ia lakukan perlu disebarluaskan agar semakin banyak yang bisa merasakan dampak positifnya.
“Konsep (bagi-bagi makanan gratis) ini mirip Jumat Berkah yang ada di TikTok itu. Tapi supaya lebih praktis, aku bagi-baginya ke satpam dan OB kantor aja,” kata Sekar.
kumparan pun mencoba mewawancarai Yadi, salah satu satpam yang ada di kantor Sekar. Yadi mengaku senang dengan aksi yang dilakukan Sekar.
“Biasanya Mba Sekar bagiin di awal-awal bulan. Gak nentu sih tanggalnya, cuma kapan aja saya terima soalnya lumayan bisa irit uang makan,” ucap Yadi.
Senada dengan Yadi, Elan yang merupakan OB juga merasakan hal yang sama. Ia menceritakan, terkadang makanan tersebut disantap bersama-sama dengan rekan kerja satu shift.
“Pernah tuh kita makan bareng-bareng Mba, semua OB yang shift pagi pada kumpul buat makan bareng catering-nya Mba Sekar,” kata Elan.
Lahirkan Efek Domino yang Positif
Langkah Sekar membuka catering nyatanya tak sekadar bisnis semata. Kegiatan makan gratis yang dilakukan setiap bulan menjadi bentuk kepedulian Sekar terhadap sesama.
Apa yang dilakukan perempuan kelahiran 1998 itu pun melahirkan efek domino yang positif sekaligus menginspirasi banyak orang. Salah satunya Chief Marketing Officer Manulife Indonesia, Shierly Ge.
Bersama timnya, Shierly menginisiasi nilai-nilai Berbagi, Bertumbuh, dan Berdampak melalui serangkaian program. Tujuannya, agar semakin banyak sosok seperti Sekar yang turut menciptakan stabilitas pribadi sekaligus memberi kontribusi positif pada lingkungan sekitar, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi seperti sekarang.
“Di tengah ketidakpastian, berbagi bukan berarti kehilangan, melainkan memperkuat ikatan sosial. Dengan saling membantu, kita menciptakan jaring pengaman bersama, baik melalui donasi, sedekah, atau mendukung ekonomi lokal,” ucap Shierly.
Kondisi ketidakpastian ekonomi juga dapat menjadi peluang kita untuk bertumbuh, menjadi lebih tangguh menghadapi masa depan. Seperti yang dilakukan Sekar, menjalankan bisnis dapat menjadi strategi pengelolaan keuangan di masa seperti sekarang.
“Dalam mengelola keuangan, prioritaskan investasi pada hal-hal yang memperkaya diri, seperti asuransi untuk perlindungan, atau pendidikan untuk meningkatkan keterampilan. Bertumbuh artinya mempersiapkan diri untuk lebih baik di masa depan,” jelas Shierly.
Terakhir, kata Shierly, jangan lupa untuk memberi manfaat yang lebih luas. Tak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga keluarga, orang-orang terdekat, bahkan masyarakat sekitar yang perlu dibantu. Dengan begitu, akan tercipta dampak yang berkelanjutan.
“Di masa sulit, nilai-nilai ini bukan hanya panduan moral, tapi juga strategi bertahan. Saat berbagi memperkuat, bertumbuh memperbaiki, dan berdampak memperluas manfaat, kita bukan sekadar bertahan, tapi juga memberdayakan diri dan orang lain.” pungkas Shierly.