Informasi Terpercaya Masa Kini

‘A: Aku, Benci & Cinta’ Ketika Film Adaptasi Menyentuh Hati Penonton

0 7

Film A: Aku, Benci & Cinta buatan rumah produksi MD Pictures yang disutradarai oleh Rizki Balki merupakan film adaptasi dari sebuah novel yang memiliki judul serupa. Novel A: Aku, Benci & Cinta karya Wulanfadi berhasil memikat hati sang produser, sehingga novel ini berhasil diangkat ke film layar lebar dan dirilis pada tahun 2017, tepatnya di tanggal 16 Agustus.

Sekilas tentang penulis novel, Wulan Fadila Fatia yang kerap disapa dengan Wulanfadi, perempuan kelahiran tahun 1999 yang aktif menjadi penulis sejak dia duduk di bangku 2 SMP. Dilansir dari kanal YouTube FISIB Universitas Pakuan (2023), Wulanfadi telah aktif menulis sejak tahun 2012 di Wattpad, menulis merupakan kegemarannya yang diasah secara otodidak. Selain novel A: Aku, Benci & Cinta, terdapat beberapa novel lainnya yang juga berhasil diangkat ke film layar lebar, antara lain: R: Raja, Ratu & Rahasia (2018) dan Matt&Mou (2019).

Awalnya, novel A: Aku, Benci & Cinta terbit di Wattpad dan berhasil dibaca lebih dari empat juta kali, sehingga pada tahun 2015 novel ini berhasil diterbitkan dalam bentuk fisik. Dua tahun setelahnya, yakni pada tahun 2017, akhirnya novel ini diadaptasi menjadi film layar lebar dengan judul yang sama.

Film A: Aku, Benci & Cinta (2017) sukses membuat para penonton terbawa ke dalam alur cerita kisah romansa dan persahabatan di masa SMA. Tidak sedikit dari mereka yang ‘baper’ dan ‘senyum-senyum sendiri’ saat menonton film ini. Visual yang baik dan didukung dengan akting dari para pemain yang sangat mendalami peran, membuat penonton semakin terbawa suasana.

Terdapat empat tokoh utama di film ini, yang semuanya berawalan huruf ‘A’, yakni: Alvaro yang diperankan oleh Jefri Nichol, Anggia yang diperankan oleh Indah Permatasari, Alex yang diperankan oleh Brandon Salim, dan Athala yang diperankan oleh Amanda Rawles. Adapun pemain lainnya yang semakin mendukung alur cerita, seperti Syifa Hadju yang memerankan Tara, Maxime Bouttier yang memerankan Matt, dan Ruth Permatasari yang memerankan Bu Hana.

Keempat tokoh utama berhasil beradu akting dengan sangat baik, sehingga dapat memunculkan suasana kisah persahabatan serta percintaan yang manis dan romantis di masa SMA. Film ini menceritakan tentang kisah pelik cinta segiempat di SMA National High.

Diawali dengan Alvaro, seorang ketua OSIS yang sangat tampan di sekolahnya namun merupakan cowok yang paling menyebalkan menurut Anggia, si wakil ketua OSIS. Anggia sangat kesal dengan Alvaro yang tidak pernah menjalankan tugasnya dengan baik, setiap rapat OSIS mereka pasti selalu berantem, entah karena berbeda pandangan dan atau sifat mereka yang saling bertolak belakang. Menurut Anggia, Alvaro hanya sibuk menebar pesona saja di sekolahnya.

Tanpa sepengetahuan Anggia, sifat Alvaro yang seperti itu sebenarnya memiliki alasan yang kelam. Alvaro sedang mencari pelarian dan mengalihkan pikirannya dari pacarnya, Athala yang sedang terbaring koma selama satu tahun. Pada suatu hari, OSIS hendak mengadakan acara prom night yang sebenarnya acara ini tidak disetujui oleh Anggia, sehingga dia mendapatkan ejekan dari Alvaro yang mengatakan bahwa dirinya tidak setuju karena takut tidak mendapat pasangan untuk datang ke acara prom.

Meski begitu, sebenarnya Anggia kenal dengan Alex, sahabat dari kakak Anggia yang bisa saja menjadi pasangannya di acara prom night nanti. Tentunya, Alex memiliki sifat yang sangat berbeda dengan Alvaro, sehingga Anggia sedikit menaruh rasa suka kepadanya.

Seiring dengan berjalannya waktu, Bu Hana, guru seni musik, meminta agar mereka saling bekerja sama untuk mendapatkan nilai yang bagus. Hal ini menimbulkan adanya kedekatan di antara mereka berdua dan tanpa disadari mulai tumbuh benih-benih cinta. Namun, siapa sangka, kondisi semakin rumit ketika Anggia mengetahui bahwa ternyata Alvaro dan Alex merupakan sahabat dekat.

Hal serupa pun turut dirasakan oleh Alvaro yang kaget saat mengetahui Alex dan Anggia saling kenal. Belum lagi ternyata Alex juga menaruh sedikit perasaan suka kepada Anggia yang membuat kisah percintaan mereka menjadi semakin rumit, cinta segiempat. Berusaha untuk bersikap professional, nyatanya getaran cinta yang timbul semakin kuat. Tidak mudah bagi Alvaro dan Alex untuk mengakui bahwa mereka saling menaruh perasaan kepada Anggia, tetapi di dalam hidup mereka masih ada Athala.

Penggambaran kisah cinta segiempat yang terjadi dalam film A: Aku, Benci & Cinta (2017) berhasil membuat penonton terbawa suasana, merasakan baper, sedih, bahagia, hingga marah seiring alur cerita. Ditambah lagi, alur cerita film ini dibuat sama persis dengan alur cerita dalam novel. Meskipun terdapat beberapa penyesuaian kecil ketika akan mengangkat sebuah cerita dari novel ke dalam film, nyatanya film ini tetap membuat ekspektasi para pembaca novel saat menonton film terpenuhi, sehingga mereka merasa sangat puas saat menonton.

Menelisik konsep film adaptasi, menurut Stam (2000) terdapat dua jenis adaptasi, yakni: fidelity dan kontekstualitas-intertekstualitas. Fidelity merupakan proses adaptasi film yang menitikberatkan pada kesetiaan dari karya asli, mengikuti naskah karya sastra tanpa mengubahnya sedikitpun. Sementara kontekstualitas-intertekstualitas merupakan proses adaptasi film yang menjadikan naskah aslinya hanya sebagai acuan, tidak meniru secara rinci, serta melakukan improvisasi pada alur cerita.

Film A: Aku, Benci & Cinta (2017) termasuk dalam aspek fidelity, yang mana jalan cerita pada film sepenuhnya mengikuti naskah pada novel. Terdapat beberapa penyesuaian kecil yang tidak terlalu banyak mengubah dan berpengaruh pada jalan cerita film. Sehingga, hal ini tidak hanya memenuhi ekspektasi pembaca novel saja, tetapi juga menjadi film populer di kalangan remaja, termasuk mereka yang belum membaca novelnya. Penonton tetap dapat menikmati film ini sebagai karya yang menggambarkan kisah persahabatan dan percintaan masa SMA yang rumit dan penuh drama.

Meskipun demikian, bagi beberapa kelompok penonton lainnya, ada yang mengatakan bahwa performa film A: Aku, Benci & Cinta (2017) tidak sesuai dengan prediksi. Film yang diadaptasi dari novel remaja ini hanya mendapatkan total 200.267 penonton. Raihan jumlah penonton ini terlihat kontradiktif jika disandingkan dengan film lainnya yang juga dibintangi oleh Amanda Rawles dan Jefri Nichol yang berhasil mendapatkan jumlah penonton yang lebih besar. Seperti film Dear Nathan (2017) yang mendapatkan total penonton 700 ribu.

Menanggapi hal ini, Jefri Nichol selaku salah satu pemeran utama menyampaikan pendapatnya bahwa persoalan penonton merupakan hal yang susah diprediksi dan tidak dapat disamaratakan, pemain yang sama di beberapa film berbeda tidak dapat menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah film (Merdekawan, 2017). Secara keseluruhan, film ini mendapat total rating 6,8/10 menurut IMDb.

Referensi:

FISIB Universitas Pakuan . (2023) . Ngobrol Seru Bareng Penulis Wattpad Wulan Fadila . Dilansir dari https://youtu.be/SiYpGhQ0-9U?si=AwUeKHd5Rj4_mly_

Merdekawan, G (2017) . Performa ‘A’ Kurang Memuaskan, Faktor Nichol Tak Dipasangkan Dengan Amanda? . Dilansir dari https://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/performa-a-kurang-memuaskan-faktor-nichol-tak-dipasangkan-dengan-amanda-114628.html 

Stam, R. (2000). Beyond fidelity: The dialogics of adaptation. Film adaptation, 54-76

Leave a comment