Informasi Terpercaya Masa Kini

Bos Mal Ungkap Alasan Ritel di Dalam Negeri Berguguran

0 9

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja mengungkap tiga alasan mendasar terkait banyaknya ritel di Indonesia yang menahan melakukan ekspansi bahkan sampai menutup gerai. 

Menurut Alphonzus, penutupan usaha dalam kategori Department Store bukan hanya terjadi saat ini, tetapi sudah terjadi cukup lama, bahkan beberapa diantaranya memutuskan untuk melakukan penutupan secara permanen. 

“Antara lain seperti Lotus Department Store, Centro Department Store, Golden Truly Department Store dan beberapa yang lainnya,” katanya saat dihubungi Kontan, Senin (09/12). 

Penyebab pertama kata Alphonzus diakibatkan oleh terjadinya perubahan tren gaya berbelanja masyarakat terutama di kota-kota besar. 

“Masyarakat di kota-kota besar sangat dipengaruhi oleh tren gaya hidup yang semakin menuntut bahwa berbelanja bukan lagi hanya sekedar berbelanja tapi harus disertai dengan pengalaman ataupun experience,” kata dia. 

Baca Juga: Jelang Tutup Tahun, Kinerja Ritel Fashion Tertekan Persaingan dengan Marketplace

Maka dari itu, gerai ritel baik disektor Department Store maupun Fashion yang tidak berhasil memberikan customer journey ataupun pengalaman berbelanja yang unik akan dinggap pelanggan tidak ada bedanya berbelanja secara e-commerce atau online shopping.

“Yang mana secara perlahan namun pasti akan semakin ditinggalkan oleh pelanggannya,” tambahnya. 

Faktor kedua, adalah terkait dengan daya beli masyarakat khususnya kalangan kelas menengah bawah yang masih mengalami penurunan.

“Ini salah satu akibatnya adalah berdampak juga terhadap kinerja kategori usaha Department Store yang sedang mengalami tekanan selama ini,” kata dia. 

Meski begitu, Alphonzus optimis kondisi usaha pusat perbelanjaan terus mengalami peningkatan dengan ditandai ramainya kunjungan serta dibukanya pusat perbelanjaan baru yang juga ramai dikunjungi oleh masyarakat.

“Meskipun beberapa kategori usaha seperti di atas mengalami tekanan tetapi sebaliknya beberapa sektor usaha masih terus bertumbuh dengan baik. Seperti untuk kategori hiburan, makanan dan minuman,” ungkapnya. 

Sebelumnya, dalam catatan Kontan APPBI memprediksi pertumbuhan bisnis ritel hingga akhir tahun ini 2024 hanya menyentuh single digit. Hal itu disebabkan karena kondisi daya beli masyarakat melemah, disertai tekanan dari kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen.

Sedangkan okupansi mal di Indonesia diprediksi berada di angka 80%, terkoreksi dari target sebelumnya sebesar 90%. Yang mayoritas disokong ekspansi sektor makanan-minuman Food and Beverage (FnB) dan kebutuhan gaya hidup atau lifestyle.

Baca Juga: Kinerja Merosot, 20 Gerai Matahari Potensial Ditutup

Leave a comment