7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

Guru Besar Farmasi UGM menyebut beberapa obat bisa meningkatkan risiko anemia aplastik. Tapi, hanya jika diminum dalam dosis besar dan jangka panjang.

7 Jenis Obat Potensial Tingkatkan Risiko Anemia Aplastik, Tak Boleh Dipakai Sembarangan

KOMPAS.com - Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengungkapkan, ada beberapa obat yang dilaporkan memiliki efek samping meningkatkan risiko anemia aplastik.

Pernyataan tersebut menanggapi kekhawatiran masyarakat seiring beberapa obat sakit kepala merek ternama mencantumkan risiko anemia aplastik dalam kemasannya.

"Ya, beberapa obat dilaporkan dapat menyebabkan anemia aplastik," ujar Zullies kepada Kompas.com, Jumat (19/4/2024).

Bukan hanya obat sakit kepala, menurut Zullies, beberapa obat lain bahkan memiliki potensi risiko anemia aplastik yang lebih besar.

Namun, profesor farmakologi ini menegaskan, kejadian anemia aplastik akibat penggunaan obat sangat jarang.

"Itu pun terjadi pada penggunaan yang kronis (dalam jangka panjang), dengan dosis besar, dan tidak selalu terjadi pada setiap orang," kata dia.

Terlebih, obat-obatan bebas seperti obat sakit kepala biasanya hanya digunakan dalam jangka pendek atau saat muncul keluhan.

"Pengawasan obat pasca-pemasaran di Indonesia belum menjumpai laporan kejadian anemia aplastik akibat obat," tuturnya.

Baca juga: Ramai soal Efek Samping Obat Sakit Kepala Picu Anemia Aplastik, Perlukah Khawatir?

Jenis obat yang meningkatkan risiko anemia aplastik

Selain obat sakit kepala,, Zullies merinci, obat-obatan yang dilaporkan berisiko jadi salah satu faktor penyebab anemia aplastik, meliputi:

1. Chloramphenicol

Chloramphenicol atau kloramfenikol adalah antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi bakteri tertentu. 

Zullies mengatakan, antibiotik ini pernah umum digunakan, tetapi penggunaannya saat ini dibatasi karena berisiko serius termasuk anemia aplastik.

2. NSAID

NSAID atau nonsteroidal antiinflammatory drugs merupakan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid, seperti indomethacin dan fenylbutazon.

Jenis obat ini dapat berisiko menimbulkan penyakit anemia aplastik, meskipun kasusnya jarang terjadi.

3. Sulfonamides

Sulfonamides adalah kelompok antibiotik yang termasuk sulfasalazine dan trimethoprim-sulfamethoxazole.

Jenis antibiotik ini, menurut Zullies, juga telah dikaitkan dengan penyakit langka anemia aplastik.

4. Antikonvulsan

Antikonvulsan atau antikejang adalah obat untuk mencegah dan mengatasi kejang, seperti pada epilepsi.

Antikonvulsan, seperti carbamazepine dan phenytoin, juga dilaporkan dapat menyebabkan anemia aplastik.

Baca juga: Penyebab Anemia Aplastik, Penyakit yang Diderita Babe Cabita

5. Obat tiroid

Obat tiroid merupakan obat yang digunakan untuk mengobati hipertiroidisme, gangguan kesehatan saat kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid berlebihan.

Obat tiroid seperti propylthiouracil dan methimazole, menurut Zullies, turut dilaporkan meningkatkan risiko anemia aplastik.

6. Obat sitotoksik dan kemoterapi

Zullies mengatakan, obat-obatan yang digunakan dalam kemoterapi memiliki risiko lebih tinggi menyebabkan anemia aplastik.

Obat-obatan tersebut, antara lain cyclophosphamide dan chlorambucil, yang kerap diresepkan untuk membantu proses pengobatan beberapa jenis kanker.

7. Obat antiretroviral

Antiretroviral atau ARV merupakan bagian dari pengobatan HIV dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan, menghambat perburukan infeksi, serta meningkatkan kualitas hidup penderita.

Namun, Zullies mengungkapkan, dalam beberapa kasus obat-obatan yang digunakan untuk mengobati HIV/AIDS telah dilaporkan menyebabkan anemia aplastik.

Selain tujuh jenis obat tersebut, obat-obatan lain yang kurang umum juga dilaporkan berpotensi menyebabkan anemia aplastik.

"Obat lain yang kurang umum tapi berpotensi menyebabkan anemia aplastik adalah gold compounds, yang digunakan dalam pengobatan artritis reumatoid, dan obat antiplatelet (pencegah penggumpalan darah) seperti ticlopidine," paparnya.

Baca juga: Mengenal Anemia Aplastik, Penyakit Langka yang Disebut Jadi Penyebab Babe Cabita Meninggal Dunia

Obat aman asal digunakan sesuai petunjuk pemakaian

Meskipun ada beberapa obat yang meningkatkan risiko anemia aplastik, termasuk obat sakit kepala, Zullies menerangkan, obat yang beredar di Indonesia sudah mendapatkan izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Oleh karena, obat-obatan tersebut aman digunakan selama mengikuti petunjuk pemakaiannya.

Keberadaan informasi risiko anemia aplastik pada kemasan memang perlu dicantumkan sesuai aturan BPOM, meski kejadiannya sangat jarang, yaitu satu kasus per satu juta pengguna.

"Jadi jangan khawatir menggunakan obat-obat sakit kepala atau obat lainnya, asal digunakan sesuai anjuran atau petunjuk dokter," ujarnya.

Dia melanjutkan, jika mengalami sakit kepala terus-menerus dan tidak sembuh hanya dengan obat biasa, segera periksakan ke dokter karena mungkin hal itu bisa jadi tanda atau gejala penyakit tertentu.

Selain itu, masyarakat juga perlu memantau efek samping obat apa pun yang akan digunakan, terutama jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi.

Jika mengalami gejala yang mencurigakan seperti kelelahan yang tidak biasa, mudah memar, atau infeksi yang sering, sangat penting untuk segera menghubungi dokter.

"Gunakan obat dengan tepat dan bijak," tutup Zullies.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow