4 Ciri Bunda Berada dalam Toxic Marriage Menurut Pakar Pernikahan & Cara Mengatasinya

Merasa hubungan dengan pasangan sedang tidak baik-baik saja? Kenali beberapa ciri-ciri Bunda berada di dalam toxic marriage menurut pakar berikut ini.

4 Ciri Bunda Berada dalam Toxic Marriage Menurut Pakar Pernikahan & Cara Mengatasinya

Konflik tidak bisa dihindari dalam pernikahan dan bisa menjadi pertanda hubungan yang sehat. Akan tetapi, jika menyadari bahwa pernikahan semakin tidak berjalan baik, mungkin Bunda sedang berada dalam toxic marriage.

Membangun hubungan rumah tangga memang tidak semudah yang dibayangkan, namun harus didasarkan pada saling pengertian, empati, dukungan dan kepercayaan kepada pasangan satu sama lain.

Hubungan yang ditandai dengan ketidakpercayaan yang terus-menerus dan kurangnya dukungan emosional menunjukkan hubungan yang tidak sehat yang kemungkinan besar membutuhkan perbaikan segera.

Pernikahan akan mengalami masalah dalam masa-masa sulit, namun saat pernikahan mencapai level toxic tertentu, inilah saatnya untuk keluar dari hubungan tersebut. Akan tetapi, keluar dari hubungan beracun bisa menjadi tantangan bagi beberapa orang.

Banyak faktor yang memengaruhi seseorang sulit keluar dari hubungan toxic, seperti selalu berharap menjadi pahlawan yang membantu pasangan menjadi lebih baik. Untuk mengambil keputusan yang tepat, Bunda perlu mengenali terlebih dahulu ciri-ciri toxic marriage.

Baca Juga : 5 Cara Keluar dari Toxic Relationship dalam Pernikahan yang Mengganggu Psikis

4 Ciri-ciri Bunda Berada dalam Toxic Marriage

Psikolog Keluarga Sukmadiarti, M.Psi, menjelaskan bahwa ada beberapa ciri-ciri seseorang kemungkinan besar sedang berada dalam hubungan toxic marriage. Berikut beberapa di antaranya:

1. Selalu Mendapat Kritik dari Pasangan

Sering memberikan kritik pedas daripada saran menjadi salah satu tanda utama Bunda sedang berada dalam hubungan pernikahan yang toxic. Biasanya, mereka yang sering mengkritik pasangan selalu menyampaikan kata seperti, “Kamu ini selalu…”

“Ketika ada masalah seseorang malah mengkritik, itu membuat pasangannya tidak nyaman walaupun memang salah. Tapi cara meresponnya dengan kritikan atau serangan atau menyalahkan, ini membuatnya tidak nyaman sehingga respon pasangan juga bisa menyerang balik,” ujar Sukma dalam live streaming di laman Instagram@haibundacom, Selasa (13/2/2024).

2. Defensif

Sikap defensif secara tidak langsung menyampaikan kepada pasangan yang dikhianati bahwa mereka tidak mengerti dan tidak menyesali atau tidak berempati atas kesalahan apa yang telah mereka lakukan.

Defensif dalam toxic marriage cenderung bertahan ketika ada konflik. Bunda dan pasangan mungkin akan saling menyerang ketika dihadapkan dengan konflik rumah tangga.

“Bukan melakukan evaluasi tapi malah menyerang balik atau perilakunya itu bisa mengasihani dirinya sendiri sehingga pasangan tidak puas dengan penyelesaian konflik tersebut,” ujar Sukma.

3. Silent Treatment

Silent treatment bisa sangat menyakitkan dalam pernikahan. Perilaku ini terjadi ketika salah satu pasangan benar-benar menutupi diri secara emosional, menolak berkomunikasi atau terlibat dalam segala bentuk percakapan. Hal ini sering kali membuat pasangannya merasa terisolasi, tidak dengarkan, dan tidak terlihat.

“Sikap acuh tak acuh atau silent treatment, lari dari masalah, itu tidak menyelesaikan konflik yang ada,” tuturnya.

4. Tidak Menghargai Pasangan

Pasangan yang baik tentunya menghormati dan mempertimbangkan pendapat pasangannya. Akan tetapi, beberapa orang justru berperilaku sebaliknya kepada pasangan dan tidak pernah mempertimbangkan pendapat pasangannya.

“Tidak menghormati pasangan biasanya mereka merasa superior, ini sering terjadi pada bunda-bunda yang punya pendapatan lebih besar dari pasangannya, atau usianya yang lebih tua dari pasangan,” jelas Sukma.

3 Cara Mengatasi Hubungan Toxic Marriage

Jika mengalami salah satu atau bahkan lebih dari beberapa ciri-ciri toxic marriage tersebut, ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk mengatasinya. Berikut beberapa di antaranya:

1. Menerima Kondisi Hubungan

Belajar menerima adalah langkah awal yang perlu Bunda lakukan ketika menyadari sedang berada dalam hubungan pernikahan yang toxic. Dengan begitu, dapat membantu proses pemulihan Bunda lebih cepat.

“Pertama terima dulu bahwa kondisi rumah tangganya toxic. Jadi, penerimaan itu membantu proses pemulihan hati lebih tenang. Akui saja bahwa itu membuat kita tidak baik-baik saja. Hati yang lebih tenang, maka pikirannya jadi lebih jernih dan bisa memikirkan langkah selanjutnya,” ujar Sukma.

2. Berusaha Memperbaiki Hubungan dengan Pasangan

Ketika hati sudah jauh lebih tenang, Bunda bisa berusaha dengan mengajak pasangan untuk memperbaiki hubungan.

“Kedua, melakukan usaha, ajak suami untuk berkomitmen. Diskusikan dengan pasangan, katakan ‘Saya harap kita bisa memperbaiki hubungan’, kita ajak pasangan kita untuk konsultasi pernikahan dan memperbaiki diri,” jelasnya.

3. Pertimbangkan Keputusan Akhir

Jika sudah melakukan langkah pertama dan kedua, namun pasangan tetap bertahan dengan perilakunya yang merusak hubungan, Bunda perlu mengambil keputusan. Akan tetapi, ketika mengambil keputusan ini, Bunda dianjurkan untuk mempertimbangkan dampak baik dan buruk.

“Berani untuk mengambil pilihan pertimbangkan dampak baik dan dampak buruk dari setiap pilihan. Mantapkan pilihan untuk menyayangi diri sendiri,” ungkap Sukma.

Nah, itulah beberapa ciri-ciri Bunda berada dalam toxic marriage hingga bagaimana cara mengatasinya. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Pilihan Redaksi
  • 6 Ciri-ciri Love Language Words of Affirmation, Bukan Gombal Bun
  • 5 Penyebab Utama yang Membuat Pernikahan Renggang Menurut Psikolog
  • 23 Rekomendasi Kado Valentine untuk Suami yang Paling Berkesan

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow