Wall Street Tumbang Setelah Inflasi AS Dilaporkan Lebih Tinggi Ketimbang Prediksi

- JAKARTA. Indeks utama Wall Street melemah pada pembukaan hari Selasa. Rilis angka inflasi konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong imbal hasil US Treasury lebih tinggi dan menghancurkan spekulasi pasar mengenai penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Selasa (13/2) pukul 21.39 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 1,05% ke 38.390. Indeks S&P 500 turun 1,28% ke 4.957. Sedangkan Nasdaq Composite merosot 1,79% ke 15.657....

Wall Street Tumbang Setelah Inflasi AS Dilaporkan Lebih Tinggi Ketimbang Prediksi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks utama Wall Street melemah pada pembukaan hari Selasa. Rilis angka inflasi konsumen yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong imbal hasil US Treasury lebih tinggi dan menghancurkan spekulasi pasar mengenai penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

Selasa (13/2) pukul 21.39 WIB, Dow Jones Industrial Average turun 1,05% ke 38.390. Indeks S&P 500 turun 1,28% ke 4.957. Sedangkan Nasdaq Composite merosot 1,79% ke 15.657.

Laporan Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS) menunjukkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,1% secara tahunan di bulan Januari, dibandingkan dengan kenaikan 2,9% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters. Tidak termasuk komponen pangan dan energi yang mudah berubah, angka inti naik 3,9% per tahun, dibandingkan perkiraan kenaikan 3,7%.

Perusahaan-perusahaan raksasa yang sensitif terhadap suku bunga seperti Microsoft, Alphabet, dan Nvidia memperpanjang penurunan harga saham karena imbal hasil surat utang AS secara keseluruhan melonjak ke level tertinggi dalam dua bulan.

Baca Juga: Jelang Pemilu, Aliran Dana Asing Masih Masuk ke Pasar Modal Tanah Air

Taruhan pedagang untuk penurunan suku bunga setidaknya 25 basis poin di bulan Mei turun menjadi 33,7% dari sekitar 58% sebelum data tersebut dirilis, menurut CME FedWatch.

"CPI yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Selasa dapat menyebabkan The Fed menunda penurunan suku bunga setelah Mei dan Juni, ketika pasar mengharapkan The Fed untuk mulai melakukan pemotongan," kata Skyler Weinand, kepala investasi di Regan Capital kepada Reuters.

“Mencapai target inflasi 2% yang ajaib dari The Fed mungkin terbukti lebih sulit dari perkiraan dan mengakibatkan kenaikan suku bunga untuk jangka waktu yang lebih lama,” imbuh Weinand

Data terbaru ini muncul setelah adanya revisi kecil terhadap inflasi pada kuartal terakhir tahun 2023 yang membuat investor cukup lega terhadap arah inflasi. Indeks volatilitas CBOE, yang merupakan ukuran ketakutan pasar, mencapai level tertinggi dalam dua minggu.

Baca Juga: Indeks Bursa Asia Ditutup Beragam Hari Ini (13/2), Begini Review Pergerakannya

Wall Street terpangkas setelah reli panjang. Indeks acuan S&P 500 menguat dalam 14 dari 15 minggu terakhir, pertama kalinya sejak Maret 1972. Dow juga diperdagangkan pada rekor tertinggi, dan pada hari Senin, Nasdaq sempat melampaui rekornya ditutup tertinggi sejak November 2021.

Harapan akan pelonggaran kebijakan moneter pada tahun ini telah mengawali kenaikan pasar saham pada bulan November 2023. Reli semakin didorong oleh tanda-tanda kinerja perusahaan yang sehat. Pasar juga terus memberikan penghargaan kepada perusahaan-perusahaan besar yang telah menyebabkan hype baru-baru ini seputar kecerdasan buatan, karena Nvidia sempat melampaui nilai pasar Amazon.com pada perdagangan kemarin.

Investor juga menyambut baik kinerja ekonomi yang kuat. Survei Bank of America menunjukkan bahwa mereka telah memangkas jumlah uang tunai dan meningkatkan alokasi ekuitas karena tidak lagi memperkirakan resesi ekonomi untuk pertama kalinya sejak April 2022.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow