Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Jumat, 3 Mei 2024, dimulai dari harta kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang belakangan jadi sorotan.

Terpopuler: Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani, Investigasi Tempo soal Produk Spyware Israel Dijual ke RI

TEMPO.CO, Jakarta - Berita terpopuler ekonomi dan bisnis pada Jumat, 3 Mei 2024, dimulai dari harta kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang belakangan jadi sorotan publik.

Berikutnya ada berita tentang hasil investigasi Tempo dan Amnesty International serta deretan kasus terkait Bea Cukai. Lalu ada berita tentang penjelasan bos Bulog soal tetap tingginya harga beras dan penutupan belasan bandara internasional mengindikasikan pemerintah gagal mendatangkan wisatawan asing.

Kelima berita itu terpantau paling banyak diakses oleh para pembaca kanal Ekonomi dan Bisnis Tempo.co. Berikut ringkasan lima berita trending tersebut.

1. Segini Harta Kekayaan Dirjen Bea Cukai Askolani yang Juga Menjabat Komisaris BNI

Kinerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tengah dikeluhkan publik lantaran beberapa kali menetapkan besar pajak jumbo atas barang kiriman dari luar negeri hingga ratusan juta rupiah. Imbasnya, kekayaan Direktur Jenderal (Dirjen) Bea Cukai Askolani pun menjadi sorotan warganet di media sosial.

“Gue jadi pengen belajar dari Pak Askolani. Gimana diaA bisa punya harta Rp 51,8 miliar, jika sumber penghasilannya hanya gaji? Izin berguru Pak, bagaimana tata kelola keuangannya?” cuit akun X (Twitter) @singgihbiadhi, Rabu, 1 Mei 2024.

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara elektronik (e-LHKPN) pada laman Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Askolani pertama kali menyampaikan jumlah kekayaannya saat menjabat sebagai Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran. Total hartanya kala itu mencapai Rp 4.056.803.016 per 11 November 2011.

Simak lebih jauh tentang harta kekayaan Dirjen Bea Cukai di sini.

2. Kasus di Bea Cukai: setelah Denda Sepatu Adidas, kini Tas Hermes Dirobek

Kasus barang impor pribadi yang menjadi masalah karena pajak yang dikenakan Bea Cukai kembali mencuat. Setelah kasus sepatu Adidas kena denda Rp30 juta, kali ini ada tas merek Hermes yang harus membayar pajak masuk masuk Rp26 juta.

Tak terima harus membayar bea masuk sebesar itu, pasangan WNI secara dramatis memilih merobek tas mewah itu di depan petugas Bea Cukai.

Kasus perobekan Hermes di depan petugas Bea Cukai diunggah di media sosial X (Twitter) pada 1 Mei 2024 oleh akun X @Artic_monkey12. “Tolak bayar pajak pasangan ini pilih robek tas hermes berharga di depan petugas . emang semahal itu ya pajaknya?” tulis keterangan pada unggahan @Artic_monkey 12 itu.

Simak lebih jauh tentang deretan kasus berhubungan Bea Cukai di sini.

3. Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Sejumlah besar produk spyware dan surveillance Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia, kata Lab Keamanan Amnesty International ketika merilis laporan investigasi terbaru bekerja sama dengan mitra media – Tempo, Haaretz, Inside Story, kelompok riset WAV, dan Woz.

Dalam rilis yang disiarkan Kamis, 2 Mei 2024, Amnesty menyebutkan bahwa melalui intelijen sumber terbuka, termasuk database perdagangan komersial dan pemetaan infrastruktur spyware, Lab Keamanan menemukan bukti penjualan dan penyebaran spyware sangat invasif dan teknologi pengawasan lainnya ke perusahaan dan lembaga negara di Indonesia antara tahun 2017 dan 2023.

Entitas tersebut termasuk Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Badan Siber dan Sandi Negara. Polri dan BSSN belum menjawab surat permintaan wawancara Tempo hingga Jumat, 3 Mei 2024.

Simak lebih jauh tentang investigasi Tempo di sini.

4. 17 Bandara Internasional Turun Status, Bukti Pemerintah Gagal Undang Wisatawan Asing?

Ketua Institut Studi Transportasi Darmaningtyas menilai keputusan Kementerian Perhubungan atau Kemenhub menurunkan status penggunaan 17 bandara internasional menjadi bandara domestik merupakan langkah yang tepat. Menurut dia, operasional 17 bandara internasional yang kini turun tingkat menjadi bandara domestk belum mampu menarik wisatawan mancanegara untuk memakai bandara-bandara tersebut.

"Mimpinya dulu membangun bandara-bandara baru atau melabeli bandara lama dengan label internasional adalah dapat menarik wisatawan dari luar datang ke Indonesia," katanya kepada Tempo, Kamis, 2 Mei 2024. Rencana menyediakan penerbangan langsung bagi turis asing agar terbang ke daerah di Indonesia itu tidak sepenuhnya berhasil.

Darmaningtyas menilai, adanya bandara internasional di sejumlah daerah itu justru lebih banyak menarik warga setempat untuk berwisata ke luar negeri, khususnya di negara kawasan Asean. "Akhirnya yang terjadi penumpang keluar negeri lebih banyak daripada penumpang yang datang dari luar negeri," ucapnya.

Simak lebih jauh tentang bandara internasional di sini.

5. Mengapa Beras Tetap Mahal saat Harga Gabah Terpuruk? Ini Penjelasan Bulog

Diretur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan tingginya harga beras saat panen raya terjadi di tingkat pedagang. Menurut Bayu, pedagang memiliki pertimbangan tertentu sehingga tidak menurunkan harganya. "Pada musim yang akan datang mungkin panen tidak sebaik yang diharapkan atau beresiko," ujarnya pada Jumat, 3 Mei 2024.

Menurut Bayu, tingginya harga beras juga bisa disebabkan oleh situasi internasional. Ketegangan geopolitik di Timur-tengah memicu penguatan kurs dolar Amerika Serikat.

"Tampaknya teman-teman di ritel memperhitungkan faktor tadi. Itu sebabnya ke depan saya kira untuk menstabilkan harga khususnya beras harus punya kemampuan ritel," ujarnya.

Simak lebih jauh tentang harga beras di sini.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow