Sosok Ray Rangkuti yang Sebut Nasdem,PKB dan PKS Tak Layak Diajak Koalisi Prabowo,Beda Dengan PDIP

- Inilah sosok Ray Rangkuti, pengamat politik yang menyebut tiga partai politik (parpol) tidak layak masuk Istana setelah Pilpres 2024 ini. Tiga parpol itu adalah Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ketiganya masuk dalam koalisi perubahan yang mengusung capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan. Pernyataan Ray Rangkuti itu disampaikan setelah capres terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan...

Sosok Ray Rangkuti yang Sebut Nasdem,PKB dan PKS Tak Layak Diajak Koalisi Prabowo,Beda Dengan PDIP

SURYA.CO.ID - Inilah sosok Ray Rangkuti, pengamat politik yang menyebut tiga partai politik (parpol) tidak layak masuk Istana setelah Pilpres 2024 ini.

Tiga parpol itu adalah Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Ketiganya masuk dalam koalisi perubahan yang mengusung capres-cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan. 

Pernyataan Ray Rangkuti itu disampaikan setelah capres terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. 

Menurut Ray Rangkuti, Nasdem, PKB dan PKS tidak layak masuk istana karena mengajukan program yang bertentangan dengan pemilik suara terbanyak, yakni pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming.

Baca juga: Sosok 4 Pengacara Kondang Bela Prabowo-Gibran di Sidang Sengketa Pilpres, Lawan 1.000 Pengacara AMIN

"Sejatinya 3 partai politik yang menggemakan perubahan pada Pilpres 2024. Parpol yang tidak layak dan tidak patut untuk diajak berkoalisi dengan Pak Prabowo," kata Ray, Senin (25/3/2024), dikutip dari Tribunnews.

Perbedaan visi antara melanjutkan kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi dengan perubahan, tidak layak duduk dalam satu kabinet.

"Sementara Pak Prabowo seperti kita ketahui adalah calon presiden yang mengusung kelanjutan kebijakan dari Pak Jokowi," kata Ray.

"Ketiganya adalah PKB, PKS, Nasdem. Ini partai yang jelas-jelas di Pilpres 2024 menyatakan mengusung perubahan," lanjutnya.

Bagi Ray, seyogyanya, partai dengan narasi perubahan berada di luar pemerintahan menjadi oposisi.

Mereka bertugas memelototi jalannya pemerintahan dengan kritis sebagai penyeimbang.

Pun, visi perubahan yang sudah digembar-gemborkan selama masa kampanye, menjadi tanggung jawab moral tersendiri kepada masyarakat.

Tiga partai itu harus konsisten seperti apa yang diucapkannya saat merayu masayrakat memilih mereka.

"Itu sebagai tanggung jawab politik mereka," tegas Ray.

Di sisi lain, Ray juga menyalahkan Prabowo yang membujuk partai yang kalah untuk bergabung ke dalam barisannya.

Menurut Ray, Prabowo harus menghormati jalan politik yang sudah ditempuh kala menjadi rivalnya di Pilpres.

"Seharusnya Pak Prabowo juga tidak mengajak untuk menghormati posisi mereka sebagai posisi yang berbeda," kata Ray.

Seperti diberitakan sebelumnya, Prabowo mengaku membujuk Ketua Umum NasDem, Surya Paloh untuk bergabung ke pemerintahannya.

Menteri Pertahanan yang juga Ketua Umum Gerindra mendatangi langsung NasDem Tower, Jakarta Pusat pada Jumat (22/3/2024).

Paloh memang menjadi rival yang pertama mengucapkan selamat kepada Prabowo sebagai presiden terpilih pascapengumuman rekapitulasi KPU pada Rabu (20/3/2024) malam.

"Hari ini saya datang ke keluarga besar NasDem, untuk menyampaikan penghargaan dan terima kasih atas ucapan selamat yang disampaikan oleh Ketua Umum partai NasDem," ucap Prabowo dalam konferensi pers usai pertemuan.

"Ketua umum partai NasDem Pak Surya Paloh langsung mengucapkan selamat dan untuk menghormati ucapan tersebut saya datang dan terima ini di markas besar partai NasDem," lanjutnya.

Prabowo mengaku sudah lama mengenal Surya Paloh. Bahkan, Ketua Umum Partai Gerindra itu mengakui memang beberapa kali mengalami perbedaan pendapat dengan Paloh.

"Saya kenal beliau, sahabat lama. Dulu biasa sebagai anak muda punya sikap-sikap yang keras, beliau juga keras saya juga sama, tapi dengan tambah usia, kita seharusnya tambah arif semakin arif," katanya.

Prabowo lalu menjawab pertanyaan awak media apakah sempat mengajak Surya Paloh bergabung ke dalam koalisi Indonesia maju.

Terkait hal ini, ia mengakui pihaknya sempat mengajak NasDem untuk bergabung.

"Saya selalu menawari, saya selaku mengajak. Benarkan?" tutupnya.

Paloh pun menanggapi ajakannya dengan menyebutkan pertimbangannya saat itu.

Menurutnya, dia punya kemungkinan 50 persen untuk ikut ke barisan Prabowo.

"Itu fifty fifty possibilitynya," kata Paloh pada kesempatan yang sama.

Siapa sebenarnya Ray Rangkuti? 

Ray Rangkuti memiliki nama asli Ahmad Fauzi. 

Dia lahir di Mandailing Natal, Sumater Utara pada 20 Agustus 1969.

Ray Rangkuti menyelesaikan pendidikannya dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 

Nama Ray Rangkuti mulai dikenal saat aktif dalam gerakan reformasi untuk menumbangkan otoriter Orde Baru.

Dia juga menjadi salah satu pendiri Komite Independen Pemantau Pemilih (KIPP) dan sempat menjadi Sekjen KIPP pasca Pemilu 1999.

Setelah melepas jabatan KIPP, Ray Rangkuti mendirikan Lingkar Madani (Lima), sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang beraktivitas memantau pemilu, mengkritisi parlemen, serta memerangi korupsi.

Suara pedas Ray Rangkuti sering terdengar saat mengkritisi para elit partai politik.

Prediksi PDIP Tak Akan Gabung Pemerintah

Sebelumnya, Ray Rangkuti meyakini meski memiliki visi yang sama, PDIP tak akan bergabung ke parpol koalisi Prabowo-Gibran.

"Yang paling dekat sebetulnya dengan visinya Pak Prabowo itu adalah PDI Perjuangan. Maka jika PDI Perjuangan bergabung dengan koalisi Pak Prabowo  secara visi dan substansi tidak jauh berbeda," kata Ray, Senin (25/3/2024).

Jika PDIP pada akhirnya, kata Ray bergabung misalnya dengan parpol koalisi Prabowo-Gibran. Menurutnya tak akan ada hambatan moral dan konstituen.

Meski begitu, ia meyakini bahwa PDIP tidak akan bergabung dengan parpol koalisi Prabowo-Gibran. 

Menurutnya PDIP akan mengambil posisi sebagai oposisi, terhadap pemerintahan Prabowo-Gibran nantinya.

"Terlebih-lebih dalam pemerintahan itu ada Gibran yang merupakan perpanjangan tangan dari Pak Jokowi," tegasnya.

Ray juga meragukan bahwa NasDem, PKB dan PKS berani untuk jadi partai oposisi.

"Apalagi seperti kita ketahui justru dua partai ini NasDem dan PKS adalah partai yang paling cepat menyatakan menerima hasil Pilpres 2024. Bahkan NasDem maju lebih selangkah dengan menerima kunjungan Prabowo," tegasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Pengamat Sebut 3 Partai Tak Layak Masuk Istana, Prabowo Disalahkan Karena Membujuk

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow