Saat Pensiun, Bekerja Lagi atau Menikmati Kehidupan?

Ilustrasi dok. Adobe Stock, dimuatusia berapa seseorang memasuki masa pensiun? Jawabannya bisa bermacam-macam, tergatung di mana seseorang …

Saat Pensiun, Bekerja Lagi atau Menikmati Kehidupan?

Pada usia berapa seseorang memasuki masa pensiun? Jawabannya bisa bermacam-macam, tergatung di mana seseorang itu bekerja. 

Ada yang di usia 55 tahun sudah pensiun, tapi ada pula yang di usia 65 tahun. Bahkan, seorang guru besar di perguruan tinggi negeri, pensiunnya di usia 70 tahun.

Tapi, secara umum, baik di instansi pemerintah maupun di perusahaan swasta, pada usia 58-60 tahun, berakhir sudah masa pengabdiannya.

Logikanya, seseorang akan merasa bahagia saat memasuki masa pensiun. Tidak ada lagi kewajiban untuk bekerja dari pagi hingga sore. Waktu yang tersedia bisa dipakai untuk bersenang-senang.

Namun, kenyataannya tak sedikit orang yang malah menderita ketika tidak lagi bekerja. Ada yang bingung tak tahu apa yang akan diperbuatnya.

Khusus bagi mereka yang ketika bekerja telah punya jabatan tertentu, hal yang ditakutkan adalah bila mengidap penyakit post power syndrome saat kehilangan jabatan karena pensiun.

Akhirnya, sebagian pensiunan memilih untuk bekerja kembali. Ada yang melamar pekerjaan dan diterima karena pengalamannya di tempat yang lama dianggap sebagai faktor plus.

Tapi, ada pula yang dilamar oleh perusahaan lain, karena kinerjanya di tempat lama terlacak oleh para head hunter yang ingin merekrut tenaga berpengalaman.

Ada yang mencari pekerjaan karena alasan ekonomi, tidak punya dana yang memadai saat pensiun. Padahal, anak-anaknya masih butuh biaya untuk kuliah.

Ada yang mencari pekerjaan karena memang "hobi" bekerja. Jika tidak bekerja, semangat hidupnya hilang dan muncul berbagai penyakit.

Sebaliknya, ada yang dilamar oleh perusahaan lain, tapi menolak. Alasannya, karena ingin menikmati kehidupan dengan kebebasan saat pensiun.

Nah, mana sih yang lebih bagus? Bekerja kembali atau menikmati kehidupan? Ini sangat tergantung persepsi seseorang yang tentunya bersifat subyektif.

Bagi yang bekerja lagi, jika dipandang dari sisi positifnya, disebut sebagai pertanda masih laris. Artinya, kealiannya masih diperlukan. 

Dengan kata lain, terhadap yang tidak bekerja lagi, bisa jadi akan dikomentari sebagai orang yang tidak laku lagi.

Dari sisi sebaliknya, mereka yang bekerja lagi bisa pula dilihat sebagai hal yang negatif. Mereka disebut ambisius, rakus, dan tidak mau memberi kesempatan kepada yang muda-muda.

Sedangkan terhadap orang yang tak bekerja lagi, disebut orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri dan sudah saatnya untuk menikmati kehidupan.

Jadi, pertanyaan mana yang lebih baik antara bekerja lagi dan betul-betul pensiun, tidak ada jawaban yang mutlak. Semuanya tergantung pada titik pandang seseorang.

Kata kuncinya adalah lakukan apa yang sesuai dengan kata hati, bukan karena keterpaksaan. 

Kalau memang ingin tetap bekerja, lakukan dengan setulus hati dan nikmati atau syukuri proses dan hasilnya.

Kalau ingin fokus pada kegiatan sosial, ibadah, berwisata ke mana-mana, atau bercengkrama bersama keluarga, lakukan pula dengan senang hati dan syukuri.

Terhadap pilihan orang lain, kita tidak bisa berkomentar secara hitam putih, dalam arti jangan menghakimi apa yang dilakukan orang lain.

Hal yang rasanya diinginkan semua orang adalah bagaimana caranya agar tetap sehat saat pensiun dan syukur-syukur punya persiapan secara finansial.

Untuk itu, bagi yang belum pensiun, sebaiknya punya perencanaan yang matang, juga gaya hidup yang sehat, agar nantinya nyaman saat pensiun.

Perencanaan yang matang itu tentu bukan sekadar rencana, tapi dilaksanakan dengan konsisten.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow