Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16 Ribu Akibat Data Inflasi AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tembus Rp 16 ribu sejak kemarin, Kamis (11/4). Pada perdagangan pagi ini pukul 07.15 WIB, berdasarkan data Google Finance, angkanya di Rp 16.013 per dolar AS atau naik 0,79% dibandingkan sehari sebelumnya. 

Apabila mengacu pada data Bloomberg terakhir, berdasarkan perdagangan Jumat pekan lalu, mata uang Garuda masih di Rp 15.848 per dolar AS. Angka ini serupa dengan data Reuters untuk perdagangan di hari yang sama. 

Reuters melaporkan nilai dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang global pada Rabu lalu Penguatan terjadi setelah inflasi di negara tersebut naik lebih dari perkiraan untuk Maret 2024. Indeks dolar AS lalu naik 1,07% menjadi 105,20. Kenaikannya merupakan yang terbesar sejak Maret 2023.

Pelaku pasar memprediksi bank sentral AS, The Federal Reserves (The Fed), akan memundurkan waktu penurunan suku bunga, dari Juni menjadi September. "Tingkat inflasi inti telah naik selama empat bulan berturut-turut. Artinya, waktu pelonggaran The Fed akan diundur," kata Kepala Ekonom SMBC Nikko Securities, Joseph Laorgna. 

Baca juga:

• Rupiah Melemah dan Harga Minyak Naik, Ini Kebijakan ESDM Soal BBM
• Rupiah Menguat 15.892 per Dolar AS Jelang Libur Lebaran
• Pelaku Usaha Makanan Skala Kecil Paling Terdampak jika Rupiah Jatuh

Dalam risalah rapat pertemuan terakhir The Fed menunjukkan para pejabat bank sentral mulai khawatir dengan inflasi dan harus mempertahankan suku bunga tinggi untuk waktu yang lama. “The Fed tidak punya alasan untuk menurunkan suku bunga ketika kita masih berjuang melawan inflasi,” kata Presiden Mahoney Asset Management Kenneth Mahoney.

Tak hanya rupiah, mata uang yen Jepang juga ambruk. Dolar AS naik 0,93% menjadi 153,15 yen. Angkanya sempat menyentuh level tertinggi sejak Juni 1990, di 153,24 yen.