Putin Jawab Tudingan AS, Bantah Rusia Berencana Tempatkan Senjata Nuklir di Luar Angkasa

Putin menegaskan, Rusia hanya mengembangkan kemampuan luar angkasa yang sebanding dengan Amerika Serikat, dan membantah punya senjata nuklir di luar angkasa.

Putin Jawab Tudingan AS, Bantah Rusia Berencana Tempatkan Senjata Nuklir di Luar Angkasa

MOSKOW, KOMPAS.TV - Presiden Rusia Vladimir Putin, Selasa (20/2/2024), menyatakan Moskow tidak punya niatan untuk menempatkan senjata nuklir di luar angkasa.

Ia menegaskan Rusia hanya mengembangkan kemampuan luar angkasa yang sebanding dengan Amerika Serikat.

Pernyataan Putin itu menyusul pernyataan Gedung Putih pekan lalu bahwa Rusia telah memiliki kemampuan membuat senjata anti-satelit yang "mengkhawatirkan," meskipun senjata tersebut belum beroperasi.

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, saat itu mengatakan senjata tersebut melanggar Traktat Luar Angkasa Internasional, tetapi menolak berkomentar apakah senjata itu dapat membawa muatan nuklir.

Traktat yang ditandatangani oleh lebih dari 130 negara, termasuk Rusia, melarang penempatan "senjata nuklir atau jenis senjata pemusnah massal lainnya" di orbit atau penempatan "senjata di luar angkasa dengan cara lain."

Gedung Putih menyatakan akan berupaya berbicara langsung dengan pihak Rusia terkait keprihatinannya.

Menyusul tudingan itu, Putin menegaskan, Rusia tetap menolak penempatan senjata nuklir di luar angkasa.

“Posisi kami sangat jelas dan transparan: kami selalu dan tetap keras menolak penempatan senjata nuklir di luar angkasa,” kata Putin.

“Sebaliknya, kami mendorong semua pihak untuk mematuhi semua perjanjian yang ada di bidang ini.”

Dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Putin menyatakan Rusia hanya mengembangkan kemampuan luar angkasa yang "sama seperti negara lain, termasuk Amerika Serikat."

“Dan mereka tahu itu,” tambahnya.

Baca Juga: Kongres AS Ketar-ketir Rusia Punya Senjata Canggih Anti-Satelit, Gedung Putih Angkat Bicara

“Kami belum menempatkan senjata nuklir di luar angkasa atau elemen-elemen dari senjata tersebut untuk digunakan melawan satelit atau menciptakan medan di mana satelit tidak dapat berfungsi secara efisien,” kata Shoigu.

Dia menduga Gedung Putih mungkin membuat tuduhan mengenai kemampuan luar angkasa Rusia untuk memaksa Kongres menyetujui bantuan bagi Ukraina dan mendorong Moskow untuk kembali ke meja perundingan pengendalian senjata nuklir yang telah dihentikan oleh Rusia akibat ketegangan dengan Amerika Serikat terkait Ukraina.

Putin tidak menutup kemungkinan kontak di masa depan dengan Amerika Serikat. Namun, ia kembali menguatkan pandangannya bahwa desakan Washington terhadap kekalahan Rusia di Ukraina membuat dialog sulit diwujudkan saat ini.

"Amerika Serikat dan Barat, di satu sisi, menginginkan kekalahan strategis Rusia, sementara di sisi lain, mereka ingin melakukan dialog tentang stabilitas strategis, seolah-olah hal-hal tersebut tidak terkait," katanya.

"Itu tidak akan berhasil."

Gedung Putih secara resmi mengumumkan pada Kamis (15/2/2024) lalu bahwa Rusia diduga kuat telah mengembangkan senjata anti-satelit yang dianggap "mengkhawatirkan".

Meski begitu, mereka menegaskan, senjata tersebut tidak dapat langsung menyebabkan "kerusakan fisik" di Bumi.

Kirby menjelaskan, intelijen Amerika Serikat memiliki informasi yang menunjukkan bahwa Rusia sudah memiliki senjata tersebut, meskipun belum aktif.

Dia menekankan pentingnya kewaspadaan, sambil menyatakan bahwa saat ini belum ada ancaman langsung yang teridentifikasi.

Klarifikasi itu muncul sebagai respons terhadap peringatan samar yang disampaikan oleh Mike Turner, ketua Komite Intelijen Kongres dari Partai Republik, pada Rabu (14/2/2024) lalu.

Turner mendesak Gedung Putih untuk membuka informasi lebih lanjut mengenai ancaman keamanan nasional yang dihadapi dengan adanya senjata tersebut.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow