Prediksi Putaran ke-2 Pilpres 2024 and Koalisi Anies-Ganjar,Bisa Gagal Gara-gara 3 Poin Penting Ini

- Wacana koalisi Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo terus didengungkan belakangan ini. Padahal hari pencoblosan Pilpres 2024 masih sekira 27 hari lagi, tepatnya pada 14 Februari mendatang. Koalisi capres nomor urut 1 dan 3 ini sangat berpotensi andai salah satu paslon gagal ke putaran kedua. Bisa saja terjadi, namun faktanya menyatukan kedua kubu ini sangatlah sulit. Berdasarkan catatanada tiga hal krusial yang...

Prediksi Putaran ke-2 Pilpres 2024 and Koalisi Anies-Ganjar,Bisa Gagal Gara-gara 3 Poin Penting Ini

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Wacana koalisi Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo terus didengungkan belakangan ini.

Padahal hari pencoblosan Pilpres 2024 masih sekira 27 hari lagi, tepatnya pada 14 Februari mendatang.

Koalisi capres nomor urut 1 dan 3 ini sangat berpotensi andai salah satu paslon gagal ke putaran kedua.

Bisa saja terjadi, namun faktanya menyatukan kedua kubu ini sangatlah sulit.

Berdasarkan catatan Tribunnews.com ada tiga hal krusial yang sulit menyatukan koalisi tersebut.

1. Perubahan Vs Keberlanjutan

Selama ini, Anies-Muhaimin selalu menyerukan tagline perubahan dalam setiap kampanyenya.

Seperti saat menyambangi Kedaton Kutai Kartanegara Ing Martadipura dalam agenda kampanyenya di Kalimantan Timur pada Kamis (11/1/2023), Anies menegaskan Indonesia adil makmur bisa terwujud bila kita melakukan perubahan.

"Kami menginginkan agar Indonesia yang kaya raya itu menjadi negeri yang memberikan kemakmuran bagi semua. Memberikan rasa keadilan dan kesetaraan bagi semua," ujarnya.

"Misi ini kami bawa dan dalam mengemban misi ini kami menyampaikan pesan kepada semua bahwa harapan tentang Indonesia adil makmur hanya bisa berubah, terwujud bila kita melakukan perubahan," tuturnya.

Baca juga: 2 Kondisi yang Bisa Buat Koalisi Anies Baswedan & Ganjar Pranowo Terwujud, Mengancam Prabowo-Gibran?

Sementara itu, Ganjar-Mahfud berkomitmen usung keberlanjutan pembangunan program Jokowi.

Ganjar Pranowo mengatakan dirinya bakal melanjutkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika nanti memenangi pemilu umum presiden (Pilpres) 2024.

Alasan kenapa Ganjar bakal melanjutkan kepemimpinan Jokowi adalah karena dalam dua kali pilpres sebelunya ia menjadi bagian dari tim sukses eks Gubernur DKI Jakarta ke-14 ini.

"Oh iya, jelas dong. Saya kan dua kali pilpres terakhir kemarin, selalu tim sukses," kata Ganjar kepada awak media di Nganjuk, Jawa Timur, Jumat (12/1/2024).

Ganjar menegaskan tak perlu ragu akan keberlanjutan kepemimpinan dan program pemerintah jika ia terpilih.

“Wadas, saya amankan itu karena belasan tahun tidak pernah jadi dan pemerintahan harus menyelesaikan. Saya ambil tanggung jawabnya, tertuduhnya saya tidak apa-apa, tapi tugas saya menyelesaikan persoalan ketika persoalan itu muncul, jalan tol, PLTU,” tuturnya.

2. Disharmonis PDIP dengan NasDem

Hubungan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum NasDem Surya Paloh juga tampak kurang harmonis.

Keduanya bahkan sempat ramai diberitakan saling sindir terkait partai sombong.

Sebagaimana diketahui, Surya Paloh pernah memberikan pernyataan soal anggota Partai Nasdem tidak boleh ada yang berlagak sombong dan merasa hebat sendiri.

Kendati pernyataan itu ditujukan untuk anggotanya sendiri, publik malah menangkap bahwa pernyataan itu ditujukan untuk partai lain.

Dimana, pernyataan itu disampaikan Surya Paloh pada saat pidatonya di acara penutupan Rakernas Partai NasDem yang digelar di JCC Senayan, Jakarta pada Jumat, (17/6/2022)

"Kita harus bisa menjaga komunikasi pada seluruh komponen masyarakat secara lebih bijak, lebih luwes."

"Buang itu praktek kesombongan, merasa paling hebat sendiri merasa paling mantab sendiri, itu bukan Nasdem, ada urusan apa?"

"Kita tidak pernah berniat merendahkan kepada siapapun baik kepada perorangan atau kelompok, itu Nasdem," kata Surya Paloh saat penutupan Rakernas Partai Nasdem, dikutip dari Metro Tv.

Sementara itu, pada Rakernas II PDIP, Megawati menyentil soal Partai PDIP dianggap partai yang sombong.

Megawati merasa heran jika ada yang menyebut partainya sebagai partai sombong.

Hal ini disampaikan Megawati dalam sambutan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) II PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022).

"Ada orang mengatakan Ibu Mega sombong banget ya, karena ada juga yang mengatakan ada sebuah partai sombong sekali," kata Megawati.

Megawati pun sampai menanyakan alasan kenapa partainya sampai disebut sombong.

Padahal, ia menekankan bahwa tak pernah menjelekkan partai politik maupun ketua umumnya.

"Saya tidak pernah loh, tidak pernah menjelekkan partai manapun, tidak pernah, ketua partai apapun. Saya berjalan sendiri membentuk partai saya yang saya hormati dan sayangi yang bernama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," tegas Megawati.

3. Akar Rumput

Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko, menanggapi wacana koalisi kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024.

Menurut Budiman, wacana koalisi antara kubu pasangan nomor urut 1 Anies-Cak Imin dan pasangan nomor urut 3 Ganjar-Mahfud bisa saja terjadi di kalangan para elite.

Namun, dia ragu peleburan itu bisa terjadi di akar rumput masing-masing pasangan calon (paslon).

Alasannya, sambung Budiman, karena masyarakat pendukung masing-masing kubu memiliki asa, rasa, dan karsa yang berbeda.

"Masyarakat itu selalu punya rasa, karsa, dan asa sendiri."

"Masalahnya, jenis asa rakyat dari dua kelompok itu, (kelompok) satu dan tiga itu punya asa, rasa, dan karsa yang secara historis seperti minyak dan air."

"Saya ragu. Mungkin elitenya, iya (berkoalisi). Tapi masyarakatnya tertempa oleh nilai-nilai berbeda," ujar Budiman di lapangan parkir Artos Mall Magelang, Senin (15/1/2024), dikutip dari TribunJogja.com.

Pria berusia 53 tahun itu lantas berpendapat bahwa massa pendukung kubu Ganjar lebih memiliki kedekatan dengan massa pendukung pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Oleh sebab itu, menurut Budiman, apabila elite politik memaksakan koalisi Anies-Ganjar, rakyat justru akan meninggalkan mereka.

"Karena kita akui, massa 03 lebih dekat dengan massa 02. Jadi, kalau elitenya memaksakan 03 dengan 01 hanya untuk mengorek 02, saya yakin justru rakyat yang akan meninggalkan," jelasnya.

Lebih lanjut, Budiman menjelaskan bahwa skenario semacam itu biasanya terjadi kepada bangsa yang mengkhianati rasa, karsa, dan asa rakyatnya sendiri.

"Saya aktivis bukan cuma tukang demo tapi juga tukang baca, tukang diskusi, tukang mikir juga. Baca sejarah juga."

"Kapan saatnya elite mengkhianati asa, rasa, dan karsa pendukungnya maka dia akan mengalami kebangkrutan politik," ujar Budiman.

Diolah dari artikel Tribunnews

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow