Maarten Paes Bicara Gilanya Sepak Bola Indonesia, Pemain Timnas Jadi Idola Bersama
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Maarten Paes adalah kiper utama tim FC Dallas yang berkiprah di Major League Soccer (MLS). Dia bisa dengan leluasa berjalan-jalan di Kota Dallas, Texas, dan tak seorang pun mempedulikannya. Namun beda cerita di dunia maya atau ketika ia tiba di Indonesia untuk membela timnas Indonesia.
Seperti rekan-rekan setimnya di tim nasional Indonesia, Paes dikerumuni banyak orang saat ia mengunjungi negara ini. Pengikutnya di media sosial langsung melonjak setelah ia beralih kewarganegaraan menjadi Indonesia. Jumlahnya terus bertambah seiring performa gemilangnya saat membantu Indonesia menahan imbang Arab Saudi 1-1 dan Australia 0-0 pada putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia.
Paes, 26 tahun, lahir di Belanda tetapi menjadi WNI pada April. Ia terkejut dengan perkembangan pesat media sosialnya, kini memiliki 1,7 juta pengikut di Instagram dan 1,2 juta pengikut di TikTok.
“Anda sudah tahu sebelum hal itu terjadi karena Anda telah melihat hal itu terjadi pada pemain lain. Ini negara yang sangat besar dan mereka semua jatuh cinta dengan sepak bola,” kata Paes dalam wawancara dengan the Athletic baru-baru ini.
Paes mengaku sudah cukup lama dihubungi kepanjangan tangan pengurus PSSI, tapi tak memikirkannya dengan serisu meskipun ia tahu memenuhi syarat untuk membela Indonesia. Sampai satu momen mengubah langkahnya.
Saat itu, kata dia, kesehatan neneknya menurun. Nel Appels-van Heyst, nama nenek Paes, lahir pada 20 Maret 1940 di Kediri. Paes mengaku banyak berbicara dengan Nel tentang peluang bermain untuk Indonesia. Ternyata, Nel sangat mendukung cucunya.
“Dia berkata, ‘Saya akan sangat senang jika kamu mau melakukan itu’. Jadi, dia mendorong saya dan merupakan suatu kehormatan untuk melakukannya untuknya,” kata Paes.
Setelah kabar bahwa ia akan pindah ke Indonesia, hidupnya berubah. “Saat itulah saya merasa saya perlu menjalin hubungan dengan media sosial saya dengan cara yang berbeda, di mana Anda bisa menyimpannya untuk sementara waktu karena itu bisa sedikit berlebihan,” katanya. “Rasanya tidak masuk akal bahwa tiba-tiba Anda dipuja oleh begitu banyak pengikut dan orang banyak.”
Paes, yang memperkuat timnas junior Belanda, sudah memainkan dua pertandingan pertamanya untuk Indonesia selama jeda internasional baru-baru ini. Ia mengatakan hasil imbang tanpa gol melawan Australia, yang berada 109 peringkat di atas Indonesia dalam peringkat dunia FIFA, di depan lebih dari 70.000 penggemar di Stadion Gelora Bung Karno, sangat mengejutkannya.
“Rasanya seperti untuk pertama kalinya saya tersadar, betapa besarnya hal itu,” katanya. “Anda melihatnya di internet, Anda melihat angka-angkanya dan Anda tidak bisa membayangkannya. Kemudian kami tidak bisa meninggalkan hotel tanpa pihak keamanan.”
Oxford United…
Pengikut media sosial melonjak
Oxford United, yang berada di urutan kesembilan di Championship, kasta kedua di Inggris, jarang mendapatkan jumlah besar pada unggahan media sosialnya. Namun pada bulan Agustus lalu, sebuah video yang mereka unggah di Instagram mencapai 5,2 juta penayangan.
Tim A-League Australia, Brisbane Roar, juga mengalami peningkatan yang sama menariknya dalam hal keterlibatan di seluruh saluran media sosial bulan ini. Seperti Oxford, video Brisbane yang diunggah ke Instagram biasanya paling banyak ditonton ribuan kali. Namun, video berturut-turut yang diposting ke Instagram mengumpulkan 4,5 juta dan 1,7 juta penayangan untuk Roar.
Penjelasannya? Anda dapat menebaknya: kedatangan dua superstar sepak bola Indonesia pada musim panas, yakni pemain muda tim nasional, Marselino Ferdinan ke Oxford dan Rafael Struick ke Roar.
Ferdinan adalah gelandang serang berusia 20 tahun yang bergabung dengan Oxford dari tim divisi dua Belgia, Deinze, bulan lalu. Struick adalah penyerang berusia 21 tahun yang bergabung dengan Brisbane yang dimiliki oleh pengusaha Indonesia, Bakrie Group. Struick pindah dari ADO Den Haag, tim divisi dua sepak bola Belanda, pada September.
Keduanya tidak datang sebagai pemain yang terkenal, setidaknya di Eropa atau Australia, dan juga tidak berasal dari klub-klub ternama.
Dalam beberapa hari setelah Ferdinan bergabung dengan Oxford, jumlah pengikut mereka di Instagram bertambah dari 83.000 menjadi 226.000. Beberapa unggahan Brisbane sebelumnya hanya mendapat kurang dari 10 balasan. Pengumuman Struick mendapat 9.000 balasan.
Ini adalah efek Indonesia. Negara di Asia Tenggara ini memiliki populasi lebih dari 280 juta orang dan sepak bola adalah olahraga nomor satu. Pemujaan terhadap pemain tim nasional dan fanatisme secara online dan offline begitu luar biasa.
Untuk mengilustrasikan hal tersebut, di bawah ini adalah beberapa statistik yang dikumpulkan oleh The Athletic untuk membandingkan starting XI Indonesia dengan starting XI tim nasional Amerika Serikat untuk urusan media soial.
Tim inti Indonesia untuk pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Australia memiliki jumlah pengikut di Instagram sebanyak 26,9 juta. Sementara 11 klub yang mereka bela memiliki jumlah pengikut di bawah 10 juta di aplikasi yang sama.
Sebagai perbandingan, starting XI terakhir timnas AS dari pertandingan persahabatan mereka melawan Selandia Baru hanya memiliki 1.4 juta pengikut.
Jumlah tersebut bisa saja lebih tinggi, namun Christian Pulisic, penyerang AC Milan dengan 7.8 juta pengikut di Instagram, berada di bangku cadangan.
Hal yang…
Hal yang perlu disoroti dari perbandingan kedua tim inti ini adalah tingkat dukungan terhadap para pemain Indonesia dibandingkan dengan, misalnya, AS, negara berpenduduk lebih dari 335 juta jiwa yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia pada 2026.
Satu-satunya pemain di starting XI untuk hasil imbang tanpa gol Indonesia dengan Australia yang memiliki pengikut lebih sedikit daripada klub yang mereka bela adalah Rizky Ridho, yang bermain sebagai bek tengah untuk tim Liga 1 Indonesia, Persija Jakarta, dan Justin Hubner, yang bermain untuk Wolverhampton Wanderers di Liga Primer.
Dua sisi Hubner
Hubner, 21 tahun, bergabung dengan tim muda Wolves pada tahun 2020. Ia belum pernah tampil untuk tim senior dan memainkan sebagian besar pertandingannya di level akademi. Namun bersama tim nasional Indonesia, ia diperlakukan seperti bermain setiap pekan untuk tim besar. Ia juga mendapatkan keriuhan yang sama secara online maupun langsung.
“Saya tidak bisa keluar dari hotel saya (di Indonesia) karena banyak orang yang menunggu saya dan berlari menghampiri saya. Ke mana pun saya pergi, semuanya gila,” kata Hubner kepada The Athletic. “Jika saya masuk ke sebuah toko dan keluar, mungkin ada 100 orang yang menunggu. Saya adalah idola mereka, jadi mereka menunggu saya, untuk berfoto dan tanda tangan.”
Hubner lahir di Belanda dan bermain bersama Xavi Simons (seorang bintang Instagram saat remaja di Barcelona, ia memiliki satu juta pengikut sebelum berusia 14 tahun dan sekarang bermain untuk RB Leipzig) di tim nasional muda Belanda.
“Saya memiliki sekitar 5.000 pengikut di Instagram dan ketika para penggemar menyadari bahwa saya memiliki darah Indonesia, pengikut saya bertambah menjadi 30 ribu dan sekarang saya memiliki 2,7 juta,” kata Hubner. “Dalam hal media sosial, semuanya berkembang begitu cepat. Mulai dari kesepakatan merek juga. Sekarang banyak hal yang datang kepada saya. Ini seperti mimpi.”
Sehari sebelum berbicara dengan The Athletic, kesepakatannya dengan perusahaan deodoran Rexona diluncurkan. “Banyak rekan satu tim di Wolves berkata, ‘Bisakah saya mengganti tim nasional saya ke Indonesia?’, sebagai candaan. Tetapi orang-orang di sini mendukung saya dan senang untuk saya. Mereka juga menginginkan pengikut karena itu menyenangkan, tetapi ini bukan tentang pengikut, yang penting adalah saya bermain untuk tim nasional dan apa yang menyertainya sungguh menyenangkan.”
Hubner dipinjamkan ke klub Jepang Cerezo Osaka musim lalu dan mengatakan selalu ada penggemar Indonesia di sana untuk menontonnya, tetapi ketika ia kembali ke Inggris setelah dua pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Arab Saudi dan Australia, tidak ada pesta penyambutan seperti yang akan diadakan di bandara Jakarta. Ia kembali ke apartemennya sendirian dan tanpa perlu keamanan.
“Ini dunia yang berbeda,” kata Hubner tentang kehidupannya yang tenang di Wolverhampton. “Ketika saya kembali ke Eropa, rasanya seperti menjalani hidup saya sendiri, tanpa stres. Di Indonesia, ada sisi yang gila. Anda tidak memiliki privasi, ke mana pun Anda pergi, selalu ada orang yang merekam Anda, itu menyenangkan tetapi juga bagus untuk kembali ke ruang dan privasi Anda sendiri.”
“Ketika saya…
“Ketika saya mendarat di Indonesia, saya mencoba menyembunyikan diri dengan topi dan topeng tetapi mereka langsung mengenali saya. Bahkan keamanan dan polisi ingin berfoto dengan saya. Ada 50 hingga 60 orang yang ingin berfoto. Keluarga saya juga sekarang cukup terkenal. Saya membuat akun Instagram untuk ibu saya dan dia memiliki hampir 50.000 pengikut. Semua orang mengenalinya. Pertama kali dia pergi ke Indonesia, dia bertanya mengapa orang-orang ingin berfoto dengannya.”
Ketika penggemar bertemu Hubner, dia berkata bahwa tidak jarang mereka terpesona dengan emosi. Beberapa orang menangis. Ibunya, Brigitte, telah menerima pesan langsung dari penggemar yang bermimpi menikahi putranya. Faktor bintang inilah yang coba dimanfaatkan klub-klub.
“Dallas telah memperhatikannya,” kata kiper Paes. “Ada peningkatan besar dalam hal keterlibatan klub. Jika saya bermain untuk sebuah klub, saya ingin membantu mereka semampunya karena mereka juga banyak membantu saya. Fokus utama saya adalah mencegah bola masuk ke gawang untuk mereka, tetapi membantu membangun klub ini, membangun kesadaran.”
Oxford, klub baru Ferdinan, dimiliki bersama oleh Anindya Bakrie dan Erick Thohir. Nama terakhir juga menjabat sebagai Ketua PSSI dan sosok di balik upaya meningkatkan level tim nasional Indonesia, baik tim junior dan senior. Hanya dalam waktu kurang dari dua tahun, timnas Indonesia mencatatkan sejumlah rekor baru dengan penampilan mencengangkan.
“Hal yang menarik tentang Marselino adalah bahwa ia adalah bakat muda Indonesia terbaik,” kata Thohir. “Ia berusia 20 tahun, ia telah bermain dan berlatih di Belgia. Kita perlu berinvestasi pada pemain muda di Oxford. Ia masih muda tetapi telah bermain lebih dari 20 kali untuk tim nasional kita, jadi manajer Oxford ingin memberinya kesempatan, dan itulah hal yang paling penting. Jika ia membawa lebih banyak kesadaran ke Oxford, itu adalah nilai tambah.
“Kita ingin melihat kesempatan bagi pemain mana pun yang bisa bermain,” tambahnya. “Jadi mari kita lihat apakah Marselino dapat bertahan di Oxford karena kita tidak memberikan karpet merah atau perlakuan VIP. Ia harus bersaing.”
Sejauh ini, Marselino belum mendapatkan kesempatan. Namun di timnas, selalu ada peluang baginya beraksi di atas lapangan dengan kostum berlambang Garuda di dada dari pelatih Shin Tae-yong.