Informasi Terpercaya Masa Kini

Opening Ceremony Olimpiade Paris 2024, Prancis Pusing Gara-gara Larangan Berhijab

0 4

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Prancis dan ofisial Olimpiade Paris 2024 masih mencari solusi kreatif untuk pelarangan hijab kepada atlet perempuan Prancis jelang upacara pembukaan.

Pemerintah Prancis sempat mengeluarkan aturan yang melarang atlet perempuan dari negara mereka memakai hijab.

Hal ini membuat mereka mesti mencari cara untuk mengizinkan sprinter Muslim Prancis Sounkamba Sylla mengenakan hijab pada upacara pembukaan Olimpiade Paris 2024 sambil tetap mematuhi hukum sekularisme di negara itu, demikian seperti dilaporkan Reuters.

Baca Juga : 4 Kontroversi yang Terjadi di Laga Argentina vs Maroko di Olimpiade Paris 2024

Ribuan atlet, termasuk perempuan yang mengenakan hijab, tiba di Prancis untuk Olimpiade Paris 2024.

Mereka menyoroti ketegangan di Prancis atas identitas nasional dan diskriminasi yang dirasakan terhadap Muslim.

Baca Juga : : Hasil Olimpiade Paris: Timnas Spanyol Menang Tipis Lawan Uzbekistan

Sylla yang merupakan bagian dari tim estafet 400 meter Prancis, menulis di akun Instagram pribadinya bahwa hijab, penutup kepala yang dikenakan oleh wanita Muslim, mencegahnya tampil dalam opening ceremony Olimpiade Paris 2024 di Sungai Seine, Jumat (26/7/2024).

“Anda terpilih untuk Olimpiade, yang diselenggarakan di negara Anda, tetapi Anda tidak dapat mengambil bagian dalam upacara pembukaan karena Anda mengenakan jilbab di kepala Anda,” tulis Sylla dalam unggahan di Instagram.

Baca Juga : : Live, Hasil Jepang vs Paraguay U23, Olimpiade Paris: Samurai Biru Pesta Gol

Prancis yang merupakan rumah bagi minoritas Muslim terbesar di Eropa, memberlakukan hukum untuk melindungi prinsip sekularisme.

Mereka melarang pegawai negeri dan murid sekolah mengenakan simbol dan pakaian keagamaan di lembaga publik.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan aturan ini secara drastis mendiskriminasi Muslim di Prancis.

Untuk menghindari kontroversi domestik yang memalukan di depan seluruh dunia, Pemerintah Prancis dan panitia Olimpiade Prancis mengatakan bersedia mencari solusi untuk Sylla.

Hanya saja mereka belum mengungkapkan rencana apa yang mereka siapkan untuk sang atlet tersebut.

“Warga negara kami mengharapkan kami mengikuti prinsip sekularisme ini, tetapi kami juga perlu berinovasi untuk mencari solusi agar semua orang merasa senang,” kata Menteri Olahraga dan Olimpiade Prancis, Amelia Oudea-Castera, Rabu (24/7/2024).

Dia menambahkan bahwa Sylla memahami prinsip dan aturan kami di Prancis. Sementara itu atlet asing dari negara lain tidak terpengaruh oleh aturan sekularisme.

Presiden Komite Olimpiade Prancis, David Lappartient, mengatakan pihaknya mengambil bagian dalam misi pelayanan publik dan dalam hal ini berkewajiban untuk mematuhi sekularisme.

Ia mengakui bahwa cara yang dilakukan Prancis sulit dipahami di negara lain, tetapi dia mengatakan masih ada waktu untuk menemukan solusi sebelum opening ceremony digelar.

Menurut Human Rights Watch, sejumlah otoritas olahraga Prancis telah melarang wanita mengenakan penutup kepala keagamaan, seperti dalam sepak bola, basket, judo, dan tinju.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) tidak memiliki aturan yang melarang penggunaan penutup kepala keagamaan.

Maria Hurtado, juru bicara komisaris tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, mengkritik pemerintah Prancis pada September tahun lalu atas sikapnya terhadap jilbab bagi atlet Prancis selama Olimpiade 2024.

Dia mengatakan bahwa “tidak seorang pun boleh memaksakan kepada wanita apa yang harus dikenakannya, atau tidak dikenakannya”.

Media setempat Le Parisien melaporkan bahwa Sounkamba Sylla mungkin akan berpartisipasi dalam opening ceremony Olimpiade Paris 2024 dengan mengenakan topi sebagai pengganti hijab.

Leave a comment