Hoaks di Sosial Media Biang Keladi Rusuh Anti-Imigran di Inggris
Sepanjang sepekan ini Inggris dihantam rusuh akibat penusukan terhadap tiga orang anak di Southport pekan lalu. Menurut berbagai penelusuran kerusuhan dipicu hoaks yang tersebar di sosial media.
Laporan kepolisian Inggris pelaku penusukan pada Senin (29/7) lalu adalah Axel Rudakubana. Remaja itu lahir dan besar di Inggris.
Akan tetapi sejumlah hoaks yang tersebar di sosial media menyebut, Rudakubana adalah seorang pencari suaka yang tiba dengan perahu di Inggris. Beberapa akun juga menyebut Rudakubana penganut paham Islam radikal.
Dari penelusuran kelompok advokasi melawan rasisme dan fasisme, Hope not Hate, penyebaran hoaks imbas dari kejadian di Southport digerakkan kelompok kanan.
“Badai informasi palsu seputar dengan serangan kebanyakan disebarkan oleh akun-akun daring sayap kanan,” ucap Hope not Hate seperti dikutip dari Reuters.
Analisa kantor berita Reuters, unggahan yang menyebut Rudakubana adalah pencari suaka atau imigran sudah ditonton 15.7 juta kali di X, Facebook, TikTok sampai Instagram.
Salah satu media Inggris Channel 3 bahkan sempat menayangkan pemberitaan perihal Rudakubana adalah imigran ilegal. Kemudian artikel itu dihapus Channel 3 dan mereka menyampaikan permintaan maaf.
Seorang influencer di Inggris Andrew Tate juga menggunggah sebuah foto dengan caption bahwa orang itu adalah imigran ilegal yang turun dari kapal dan bertanggung jawab atas penusukan di Southport.
Unggahan Tate ternyata keliru. Foto yang diunggahnya adalah seorang pria 51 tahun pelaku penusukan di Irlandia pada 2023 lalu.
Kerusuhan tak henti
Setelah sepekan berlalu, sampai sekarang rusuh di Inggris imbas penusukan di Southport masih berlangsung. Yang teranyar pada Minggu (4/8) waktu setempat massa mencoba membakar hotel tempat penampungan pencari suaka di Rotherham.
Pada Kamis pekan lalu, PM Inggris Keir Starmer memperingatkan kepada pengelola sosial media untuk melarang hasutan kebencian atau hoaks seputar penusukan di Southport.
Starmeir menegaskan siap menegakkan hukum bagi siapa saja otoritas sosial media yang masih membiarkan hoaks perihal penusukan di Southport terus menyebar.
“Saya ingin katakan kepada perusahaan besar sosial media, dan mereka yang memilikinya, kekerasan dan kekacauan jelas-jelas terjadi secara daring. Itu terjadi di tempat kalian, hukum harus tegak,” kata Starmeir.
“Kita menikmati kesempatan luar biasa di sana (sosial media). Ada pula tanggung jawab menyertainya, di sana pula terdapat ruang untuk percakapan matang,” sambung dia.