Mengenal Sikerei, Dukun Mentawai yang Difoto Bareng Anthony Kiedis

Sikerei merupakan orang paling dihormati dan berada dalam strata tertinggi di suku Mentawai

Mengenal Sikerei, Dukun Mentawai yang Difoto Bareng Anthony Kiedis

JAKARTA, KOMPAS.TV - Anthony Kiedis mencuri perhatian warganet setelah posenya berfoto bersama sikerei alias dukun suku Mentawai, sambil mengisap tembakau, beredar di media sosial. Hal ini diketahui saat foto tersebut diunggah di akun Instagram @chilipeppers, Selasa (16/4/2024)

Sikerei atau bisa disebut dukun di kalangan masyarakat Mentawai, memiliki peran penting. Mereka adalah orang yang memiliki keahlian dalam pengobatan. Saat sakit, masyarakat sekitar akan berobat ke 'dokter' sikerei. Untuk obatnya, bahan baku obat diambil dari berbagai tanaman yang tumbuh di hutan Mentawai.

Mengutip Tribunnews, Goiran merupakan sikerei atau dukun suku Mentawai fam Sirisurak di Kampung Gorottai, Desa Malancan, Kecamatan Siberut Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Saat dijumpai Tribunnews di sana, Goiran selaku sikerei tengah menunjukkan prosesi pengobatan tradisional dengan memanggil roh leluhur. Sebelum itu, ia telah menyiapkan sejumlah dedaunan dari hutan yang menjadi ramuan obat untuk warga yang sakit.

Baca Juga: Anthony Kiedis Libur Lebaran di Mentawai, Pamer Isap Tembakau Bareng Dua Sikerei

Sikerei merupakan orang paling dihormati dan berada dalam strata tertinggi di suku Mentawai. Dia dipercaya memiliki kekuatan supranatural dan kedekatan dengan roh leluhur sehingga bisa menyembuhkan penyakit. Karena, dalam kepercayaan masyarakat Mentawai, setiap benda mati dan hidup memiliki roh.

Orang suku Mentawai percaya jiwa si sakit sedang meninggalkan tubuhnya ketika ada seseorang jatuh sakit. Dan sikerei bertugas memanggil kembali jiwa tersebut.

Entakan kaki dan irama dari gerakan turuk atau tarian sikerei yang membuat suasana yang gembira diyakini akan menghibur orang yang sakit dan akan menarik perhatian roh untuk mendekat ke tempat ritual.

Busana yang dikenakan seorang sikerei di antaranya, kabit (cawat penutup aurat dari kulit kayu pohon), dodoibong dan pipingib aga (lilitan kain untuk ikat pinggang), sabok (sejenis kain penutup aurat bercorak di depan kabit), sorat (ikat kepala) beserta luat (ikat kepala manik-manik berhias bulu-bulu binatang dan bunga). Terdapat pakalo atau pangeilak (botol kecil tempat ramuan obat-obatan dari dedaunan) yang terikat di belakang luat.

Sikerei juga mengenakan aksesoris yang menunjukan kedekatan dengan alam. Di antaranya ogok (sejenis subang pada kedua telinga), tunda (kalung di leher) dan cermin raksa depan leher, mango (gelang di pergelangan tangan), dan silekkow (gelang di pangkal lengan).

Selain itu, sikerei juga dilengkapi jojonan (lonceng kecil dari bahan kuningan) untuk pemanggil roh.

Goiran berbagi cerita tentang apa yang dirasakannya saat prosesi pembacaan mantra dan tarian mistis pemanggilan roh tersebut.

Ia menceritakan, seorang sikerei akan berada dalam kondisi tak sadarkan diri saat prosesi meramu obat dan berkomunikasi dengan leluhur di alam gaib atau disebut paumat. Dan tubuh sikerei bisa terlempar jika tidak mampu mengendalikan prosesi tersebut.

"Tadi itu setan yang masuk ke saya. Saya pusing dan pusing. Pikiran saya kosong dan tiba-tiba saja dia masuk ke badan ini. Kalau menari, roh-roh pada masuk ke badan saya. Kalau saya sedang menyembuhkan orang yang sakit juga seperti itu," ungkap Goiran.

Menurut Goiran, dirinya hanya bisa melihat sosok bayangan hitam seperti manusia saat kemasukan roh leluhur. Dan sikerei biasanya didampingi sikerei lain atau kerabat setiap prosesi pengobatan dengan pemanggilan roh.

"Kalau tidak ada yang menolong kasih saya pangaelak, saya tetap saja begitu kemasukan. Kalau saat saya sendiri bisa saja, tapi lama sekali sadar dan sembuhnya," imbuhnya.

Sehari sebelum prosesi pengobatan dengan pemanggilan roh leluhur, Goiran selaku sikerei menunjukkan sejumlah peralatan, dedaunan dan batang tumbuhan obat yang biasa digunakan untuk mengobati orang yang sakit. Bahan racikan obat tersebut diambilnya dari dalam hutan.

Dengan mengenakan busana lengkap dengan atribut seorang sikerei, Goiran mengeluarkan satu per satu peralatan seperti jojonan (lonceng) dan sebilah bagunduy (batang rotan atau manau bergerigi) serta sejumlah dedaunan obatnya dari dalam wadah.

Selain memanggil roh, sikerei juga punya keahlian meramu obat tumbuh-tumbuhan mulai untuk penyakit ringan seperti sakit kepala dan flu, hingga penyakit berat atau keras seperti dipatok ular, luka bacokan, penyakit kulit, menghentikan perdarahan ibu melahirkan, dan sakit perut.

Salah satu tanda racikan obat untuk penyakit keras adalah ramuan tersebut akan dibuang ke sungai sebagai bentuk komunikasi kepada leluhur obat.

Goiran menjelaskan, ada dua jenis sikerei di suku Mentawai, yakni simatak dan agot. Kerei simatak hanya bisa meramu obat dan kerei agot yang bisa berkomunikasi dengan leluhur di alam gaib. Sementara, kerei agot mempunyai dua kemampuan itu.

"Istri saya, Rosi Sirisurak, dia sikerei juga tapi simatak. Dia belajar meramu dari sikerei suku lain, Siripeibu," terangnya.

Baca Juga: Uban Sering Dicabut Malah Tambah Banyak, Mitos atau Fakta?

"Masyarakat Mentawai biasa ada juga yang bisa meramu, tapi yang berkaitan dengan roh hanya sikirei," sambungnya.

Dari sebuah penelitian, setidaknya ada lebih 200 jenis tumbuhan obat yang diketahui khasiat dan penggunaannya secara tradisional oleh sikerei.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow