Konflik Laut Merah: Rudal Houthi Ditembak Jatuh Amerika Serikat

Pesawat tempur Amerika Serikat menembak jatuh rudal jelajah yang ditembakkan dari wilayah militan Houthi di Yaman pada Minggu (14/1/2024).

Konflik Laut Merah: Rudal Houthi Ditembak Jatuh Amerika Serikat

KOMPAS.com - Pesawat tempur Amerika Serikat (AS) menembak jatuh rudal jelajah anti-kapal yang ditembakkan dari wilayah pasukan Houthi di Yaman pada Minggu (14/1/2024).

Kapal perusak AS beroperasi di Laut Merah Selatan dan sedang berperang melawan kelompok militan Houthi asal Yaman yang mendukung kemerdekaan Palestina, dikutip dari Reuters.

Sebelumnya, pihak Houthi mengatakan bahwa serangan udara yang mereka lakukan di Laut Merah merupakan bentuk dukungan untuk warga Palestina yang dikepung pasukan Israel di Gaza.

Pada Minggu (14/1/2024), kelompok Houthi menginformasikan bahwa pesawat AS terlihat terbang dekat wilayah udara dan wilayah pesisir Yaman.

Juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam menggambarkan aktivitas pesawat AS sebagai salah satu pelanggaran yang dilakukan secara terang-terangan terhadap kedaulatan nasional.

Komando Pusat AS (Centcom) melalui akun media sosial X @CENTCOM mengatakan bahwa tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.

Perwakilan organisasi United for Palestine yang berbasis di Siprus, Natalia Olivia mengatakan situasi konflik Timur Tengah saat ini sedang memanas, dilansir dari Reuters.

Aktivis pro-Palestina juga melakukan protes di gerbang Royal Air Force (RAF) Akrotiri di Siprus.

Mereka marah dan protes karena pangkalan Inggris di Siprus digunakan sebagai landasan peluncuran serangan terhadap Houthi.

“Kami di sini karena kami mengutuk keterlibatan pemerintah Inggris dalam memanfaatkan tanah Siprus untuk agenda mereka mendukung Israel dalam serangan gencar mereka di Gaza,” kata Olivia.

Baca juga: AS-Inggris dan Houthi Yaman Saling Serang di Laut Merah, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Mengenal kelompok militan Houthi

Houthi merupakan kelompok bersenjata yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman, dikutip dari Al Jazeera.

Kelompok ini berkuasa di ibu kota Yaman, Sanaa, dan beberapa wilayah barat dan utara yang dekat dengan Arab Saudi.

Kelompok Houthi muncul pada tahun 1990-an dan menjadi terkenal pada tahun 2014 ketika kelompok tersebut memberontak melawan pemerintah Yaman.

Pemberontakan ini menyebabkan pemerintah Yaman mundur dan memicu krisis kemanusiaan yang melumpuhkan negara tersebut.

Dengan dukungan Iran, kelompok ini kemudian menghabiskan waktu bertahun-tahun melawan koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi.

Kedua pihak yang bertikai juga berulang kali berupaya mengadakan perundingan damai.

Yaman telah dilanda perang saudara selama satu dekade ketika kelompok Houthi mempertahankan kendali atas beberapa bagian negara tersebut.

Kelompok ini telah melakukan pembicaraan gencatan senjata dengan Arab Saudi sementara pemerintah resmi Yaman berbasis di Aden dan dipimpin oleh Presiden Rashad al-Alimi.

Al-Alimi mulai menjabat pada tahun 2022 setelah presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang diasingkan menyerahkan kekuasaan kepadanya. Hubungan antara Hadi dan Houthi sangat buruk.

Perang saudara di Yaman telah menjerumuskan negara itu ke dalam krisis kemanusiaan terburuk di dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Maret 2023.

Menurut PBB, diperkirakan 21,6 juta orang atau dua pertiga penduduk Yaman dikategorikan sebagai penduduk yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan dan layanan perlindungan.

Namun pertempuran antara Houthi dan koalisi militer sebagian besar mereda tahun 2023.

Namun dalam beberapa hari terakhir pihak Houthi melancarkan serangan udara di Laut Merah sebagai bentuk dukungan untuk warga Palestina yang dikepung pasukan Israel di Gaza.

Baca juga: Situasi di Laut Merah Memanas, AS-Inggris Saling Serang dengan Houthi Yaman

Kilas balik konflik AS-Houthi

Militer AS dan Inggris melancarkan serangan terhadap markas Houthi di wilayah Yaman yang pada Kamis (11/1/2024), dikutip dari CNN.

Serangan ini merupakan respons setelah Presiden AS Joe Biden dan sekutunya memperingatkan bahwa kelompok militan yang didukung Iran akan menanggung konsekuensi serangan yang dilakukan kepada pelayaran komersial di Laut Merah dan Yaman.

Presiden AS Joe Biden mengatakan ia memerintahkan serangan itu sebagai tanggapan terhadap serangan Houthi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Hari ini, atas arahan saya, pasukan militer AS, bersama dengan Inggris dan dengan dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda berhasil melakukan serangan terhadap sejumlah sasaran di Yaman yang digunakan oleh Houthi,” ungkap Biden dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Gedung Putih.

Ia menyebut bahwa Houthi sebagai kelompok militan Yaman sudah membahayakan kebebasan navigasi di Yaman yang salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia.

Biden menambahkan bahwa ia tidak akan ragu untuk mengarahkan langkah-langkah lebih lanjut untuk melindungi rakyat AS dan arus bebas perdagangan internasional jika diperlukan.

Terpisah, Komandan Pusat Angkatan Udara AS Letjen Alex Grynkewich mengatakan awalnya pasukan AS dan sekutunya menyerang lebih dari 60 sasaran di 16 lokasi militan Houthi yang didukung Iran.

Namun, pada Jumat (12/1/2024) sore hari, Direktur Staf Gabungan Letjen Douglas Sims II mengatakan 12 lokasi lainnya juga diserang pada hari Kamis setelah “keputusan segera” menyusul serangan awal.

Juru Bicara Militer Yaman, Yahya Saree Anu mengatakan, serangan tersebut telah menewaskan 5 orang dan melukai 6 orang lainnya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow