Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Setelah 54 hari disandera, Moran Yanai dan sejumlah tawanan lain dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata pada November lalu.

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

MORAN Stella Yanai telah berusaha mati-matian untuk bisa bersembunyi di ladang kentang ketika kelompok bersenjata Hamas menyerbu lokasi festival musik Nova, beberapa kilometer dari perbatasan Gaza pada 7 Oktober 2023.

Sambil berjongkok di sebuah cekungan dangkal di ladang kentang itu, Moran tahu keberuntungan tampaknya tidak berpihaknya padanya.

"Saya mendengar seruan 'coo-coo' dan kami mengangkat kepala. Mereka berdiri (di sana) sambil tersenyum," kata Moran dalam wawancaranya dengan wartawan BBC, Lucy Williamson, yang ditayangkan pada 27 April 2024. "Semua orang mulai berlari, saya melompat dan kaki saya patah, dan mereka menangkap saya."

Baca juga: Hamas Rilis Video Perlihatkan Sandera Israel di Gaza, Ini Pesannya

Beberapa jam sebelumnya pada 7 Oktober 2023 itu, orang-orang bersenjata menerobos pagar pembatas di perbatasan Gaza dengan Israel. Mereka lalu menyerang permukiman Israel.

Pada peristwa itu, Moran sudah dua kali ditangkap kelompok pengikut Hamas dan dia selalu berusaha untuk lolos dengan berkeras bahwa dirinya orang Arab, dan bukan Yahudi.

Namun pada kali yang ketiga, penculiknya berbeda. “Mereka tidak berbicara, mereka hanya menangkap saya,” kenangnya.

“Mereka mulai melemparkan saya dari satu tempat ke tempat yang lain, dan memasukkan saya ke dalam mobil. Dua orang di depan, empat di kursi belakang, tiga lagi di bagasi, dan hanya saya yang berada di atas semua orang itu.”

Saat mereka melintasi perbatasan Gaza, Moran melihat sekilas kerumunan orang di balik pagar, sebelum segera menutup matanya.

"Rasanya seperti seekor banteng yang dimasukkan ke dalam arena yang besar," katanya kepada BBC. "Semua orang bahagia -anak-anak, perempuan, laki-laki. Banyak sekali orangnya."

Ingin Mati Cepat 

Dia merasakan mobilnya berhenti, dan pintu mobilnya terbuka.

"Saya merasakan seseorang mencoba menarik kaki saya... Yang ada di pikiran saya saat itu adalah: tolong biarkan ini berakhir dengan cepat. Satu pukulan di kepala, dan saya tidak akan merasakan apa-apa lagi. Jika itu terjadi, lakukan dengan cepat."

Namun pintu mobil kembali ditutup, dan kendaraan mulai melaju sambil membawa Moran. Dia mengatakan, dirinya kemudian mengetahui bahwa kelompok-kelompok yang menahannya telah menjualnya ke pihak Hamas.  

Itu adalah awal dari 54 hari penyanderaaan Moran. Selama waktu itu, dia dipindahkan ke tujuh lokasi berbeda. Dia pun dengan cepat mempelajari strategi untuk bertahan hidup.

"Anda benar-benar perlu melindungi cerita Anda," ujarnya. "Apa yang terjadi di rumah pertama tetaplah itu di sana, dan tidak ikut bersamamu ke rumah kedua (atau) rumah ketiga."

Setiap kali, katanya, penting untuk berpura-pura bahwa segala sesuatu di lokasi sebelumnya baik-baik saja, dan bahwa para penculiknya telah menjadi temannya.

Dia percaya, memberikan petunjuk tentang hal yang bersifat seksual akan mengakibatkan kelompok tersebut membunuh baik penculik maupun tawanan.

Pada satu titik, dia ditahan bersama perempuan lain, yang berusia 18 tahun dan diculik saat perempuan itu bertelanjang kaki dan masih mengenakan piyama. Moran, yang mengerti sedikit bahasa Arab, sempat mendengar para penculiknya mendiskusikan siapa yang akan menjadikan perempuan muda itu sebagai istri mereka.

Dia mengatakan, mereka bahkan menemukan ibunda dari perempuan muda tersebut di antara para sandera lainnya dan membawanya masuk, meminta izin untuk menikahi putrinya.

"Saat kamu berpindah dari rumah ke rumah, kamu perlu 'diperiksa' untuk memastikan bahwa kamu tidak menyembunyikan sesuatu di tubuhmu," kata Moran. Sarkasme terlihat jelas di wajah Moran. "Ini adalah 'tes yang sangat penting', seperti yang mereka jelaskan padamu."

Moran membuang muka, keheningan kemudian segera terasa.

Baca juga: Israel Sandera 14 Staf Bulan Sabit Merah Palestina

"Saya selalu berusaha menjelaskan kepada orang-orang bahwa 'pemerkosaan' adalah sebuah kata yang sangat penting," katanya. "Bukan hanya tindakannya. Bahkan ketika seorang pria berdiri di depan pintu Anda, dan Anda sedang duduk, dan dia menatap Anda selama 10 menit berturut-turut, lima hingga enam kali sehari, setiap hari, selama 54 hari. Percayalah saya; itu adalah pemerkosaan."

Ketika ditanya apakah dia menjadi korban pelecehan seksual saat disandera, Moran mengatakan dia bukan korban. Namun dia mendengar dari sandera perempuan lain bahwa mereka diperkosa saat berada di Gaza.

Dia menggambarkan bagaimana dia dipukuli para penculiknya, dan teror mental karena tidak berdaya dalam situasi yang bisa berubah dalam hitungan detik.

Suatu hari, katanya, mereka duduk bermain kartu dengan para penculiknya.

“Saya sangat lapar, saya mencoba membuat mereka tertawa agar mereka membawakan kami sesuatu untuk dimakan,” kenangnya.  

"(Salah satu penculik) mengejek saya. Saya marah dan mengatakan sesuatu sebagai lelucon. Dia berlari ke ruangan lain, kembali, dan menodongkan pistol ke kepala saya, membentak saya, berteriak bahwa dia akan membunuh saya, akan meledakkan kepala saya."

Akhirnya Dibebaskan

Setelah 54 hari disandera, Moran Yanai dan sejumlah tawanan lain dibebaskan berdasarkan perjanjian gencatan senjata pada November lalu. Mereka ditukar dengan tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Para penculiknya dari Hamas merekam penyerahan tersebut, saat dia dan sandera lainnya terlihat tersenyum dan berterima kasih kepada para penculik mereka sebelum menaiki bus Palang Merah keluar dari Gaza.

Banyak orang berkomentar saat itu bahwa mereka tampak baik-baik saja dan bahkan bahagia.

“Mereka membuat kami tersenyum dan mengucapkan terima kasih,” kata Moran. "Tidak ada yang mendengar bisikan yang saya katakan kepada bocah laki-laki di sebelah saya: tunggu, lima menit lagi, jangan mulai menangis sekarang, tetaplah tersenyum."

Ini pertama kalinya setelah lebih dari satu jam menceritakan kisahnya, ketenangan Moran goyah. Air matanya tiba-tiba mengalir, cepat, dan tanpa suara.

Momen dia melintasi perbatasan ke Mesir, katanya, merupakan saat yang dia tunggu selama berminggu-minggu di tempat penyanderaan, yaitu saat untuk menangis.

“Kami tidak bisa (menangis) ketika mereka menyeret kami ke Gaza, kami tidak bisa melakukannya di rumah-rumah, dan itu hal pertama yang saya janjikan pada diri sendiri – bahwa begitu saya masuk lagi ke negara saya, saya akan berteriak sekeras-kerasnya, karena tak seorang pun lagi bisa mendominasi saya."

Para pejabat Israel yakin bahwa sekitar 30 dari 133 sandera yang tersisa di Gaza telah tewas. Harapan adanya kesepakatan gencatan senjata lainnya untuk menjamin pembebasan mereka telah memudar.

Kisah-kisah tentang kondisi, dan kekerasan seksual, di tempat penyanderaan secara bertahap muncul dari beberapa orang yang sudah dibebaskan.

Moran mengatakan, dia kehilangan 12 persen berat badannya, dan rambutnya, selama 54 hari di Gaza, dan tubuhnya dipenuhi bekas luka.

Sulit baginya membayangkan bagaimana rasanya para sandera masih ditahan di sana, lima hingga bulan sejak pertama kali diculik.

“Jika ini tidak diselesaikan, maka tidak ada seorang pun yang bebas,” katanya. "Saya tidak bisa kembali ke rutinitas sehari-hari; saya tidak bisa kembali ke apapun."

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow