Kejahatan Siber: Kecepatan Serangan Semakin Mengkhawatirkan, Gangguan Cloud Melonjak

Dicatat, pelaku kejahatan siber hanya butuh 31 detik untuk menempatkan alat initial discovery, setelah akses awal diperoleh.

Kejahatan Siber: Kecepatan Serangan Semakin Mengkhawatirkan, Gangguan Cloud Melonjak

TEMPO.CO, Jakarta - Metode kejahatan siber di masa kini semakin beragam, dan berkembang. Temuan terbaru dari Crowd Strike mencatat bahwa pelaku kejahatan siber memanfaatkan identitas korban untuk dieksploitasi. Data pribadi itu digunakan pelaku supaya bisa membuka akses ke platform maupun aplikasi yang ingin mereka bobol.

Berdasarkan rilis resmi yang diterima TEMPO, edisi tahunan ke-10 dari Crowd Strike menyoroti lebih dari 230 kelompok pelaku kejahatan siber sejak tahun lalu hingga kini. Beberapa temuan menjelaskan kalau tren kejahatan siber sudah banyak mengalami perubahan dan pembaruan.

Crowd Strike juga melihat perkembangan dan kecanggihan dari metode kejahatan siber yang dilakukan pelaku dengan skala global. Metode terbaru ini, memungkinkan pelaku kejahatan siber tidak perlu waktu lama untuk meretas perangkat korban, hanya hitungan menit.

"Terdapat peningkatan dramatis pada kecepatan serangan dan ini mengkhawatirkan, kami mencatat kalau pelaku kejahatan siber hanya butuh 31 detik untuk menempatkan alat initial discovery, setelah akses awal diperoleh," ucap Head of Counter Adversary Operations Crowd Strike, Adam Mayers, dikutip dari rilis.

Adam menjelaskan, pelaku kejahatan siber membidik cloud dengan memanfaatkan data identitas yang valid. Data itu didapatkan pelaku dari pengguna yang tidak mengamankan identitas pribadinya dengan masif. Akhirnya, para peretas bisa dengan mudah mengetahui seluruh informasi soal pengguna.

Setelah data pribadi didapat, pelaku kejahatan siber bakal lebih mudah untuk meretas dan menyelinap ke dalam cloud atau perangkat yang disusupinya. Menurut Adam, cara menangani kondisi ini sangat sulit, sebab tim keamanan tidak bisa menemukan siapa pelakunya, karena data yang digunakan adalah milik korban.

"Laporan yang kami temukan menunjukkan gangguan cloud meningkat secara umum sebesar 75 persen, dengan kasus cloud-conscious yang melonjak hingga 110 persen dari tahun ke tahun," ucap Adam.

Pada tahun lalu, Crowd Strike menemukan berbagai modus rahasia dari kelompok pelaku kejahatan siber. Mereka menarget para pebisnis di setiap sektor di seluruh dunia. Tidak menutup kemungkinan, kondisi ini bakal berlanjut untuk tahun ini. "Kami terus bereksperimen untuk meningkatkan kesuksesan keamanan siber," kata Adam.

Pilihan Editor: Tanah Longsor Terjang Pengguna Jalan di Luwu, Temuan Korban Meninggal Bertambah

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow