Irak dan Suriah Kompak Ingin Pasukan Amerika Serikat Hengkang dari Negara Mereka

BAGHDAD – Pemerintah Irak dan Suriah telah mengecam serangan Amerika Serikat ke wilayah mereka pada Jumat (2/2/2024) malam. Pascaserangan itu, Baghdad dan Damaskus menginginkan agar pasukan Amerika Serikat...

Irak dan Suriah Kompak Ingin Pasukan Amerika Serikat Hengkang dari Negara Mereka

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Pemerintah Irak dan Suriah telah mengecam serangan Amerika Serikat ke wilayah mereka pada Jumat (2/2/2024) malam. Pascaserangan itu, Baghdad dan Damaskus menginginkan agar pasukan Amerika Serikat segera hengkang dari negara mereka.

Juru bicara pemerintah Irak, Bassem al-Awadi mengungkapkan, serangan Amerika Serikat pada Jumat malam menghantam wilayah Akashat dan Al-Qaim, termasuk wilayah di mana pasukan Irak ditempatkan. Serangan Amerika Serikat membunuh sedikitnya 16 orang, termasuk warga sipil, dan melukai 23 lainnya.

Amerika Serikat mengklaim, mereka telah menjalin koordinasi dengan otoritas Irak sebelum meluncurkan serangan. Namun al-Awadi membantah hal tersebut. Dia mengatakan, klaim Washington yang menyebutnya berkoordinasi dengan Irak sebelum melakukan serangan adalah sebuah penipuan dan distorsi fakta.

“Klaim (Amerika Serikat ) tidak berdasar yang dibuat untuk menyesatkan opini publik internasional dan menghindari tanggung jawab hukum,” ujar al-Awadi, Sabtu (3/2/2024).

“Serangan udara agresif ini akan mendorong situasi keamanan di Irak dan wilayah tersebut ke jurang yang dalam,” tambah al-Awadi.

Dia mengutuk penggunaan wilayah Irak sebagai medan pertempuran untuk menyelesaikan masalah. Al-Awadi menyerukan agar pasukan koalisi anti-ekstremis internasional pimpinan Amerika Serikat di Irak segera keluar dari negara tersebut.

“(Koalisi Amerika Serikat ) telah menyimpang dari tugas yang diberikan dan memberikan mandate serta membahayakan keamanan dan stabilitas di Irak,” ucapnya.

Ada sekitar 2.500 tentara Amerika S yang dikerahkan di Irak dan sekitar 900 lainnya di Suriah sebagai bagian dari koalisi yang dibentuk pada 2014 untuk melawan ISIS. Sama seperti Irak, Suriah juga mengecam serangan militer Amerika Serikat ke wilayah negaranya pada Jumat malam lalu.

Militer Suriah mengungkapkan, serangan yang diluncurkan Amerika Serikat pada Jumat menewaskan sejumlah warga sipil dan tentara. Terdapat pula korban luka. Serangan turut menimbulkan kerusakan signifikan pada properti publik dan pribadi.

“Pendudukan sebagian wilayah Suriah oleh pasukan Amerika Serikat tidak dapat dilanjutkan,” kata militer Suriah, Sabtu, dikutip laman Al Arabiya.

Militer Suriah menegaskan, mereka bertekad membebaskan seluruh wilayah di negara tersebut dari pendudukan dan terorisme. Amerika Serikat meluncurkan serangkaian serangan udara ke Irak dan Suriah pada Jumat. 

Serangan tersebut membidik fasilitas Korps Garda Revolusi Iran, Pasukan Quds, yakni divisi operasi eksternal dari Garda Revolusi Iran, serta kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran. Itu merupakan aksi pembalasan Amerika Serikat atas terbunuhnya tiga tentara mereka dalam serangan pesawat nirawak di Yordania.

Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) mengungkapkan, serangan ke Irak dan Suriah dilakukan oleh sejumlah pesawat, termasuk pembom jarak jauh yang diluncurkan dari Amerika Serikat. Secara keseluruhan, lebih dari 85 target terhantam oleh lebih dari 125 amunisi presisi.  

CENTCOM mengatakan, fasilitas yang terhantam serangan Amerika Serikat meliputi pusat komando dan kendali serta pusat intelijen, tempat penyimpanan roket, rudal dan drone.

Fasilitas rantai pasokan logistik serta amunisi kelompok milisi dan sponsor Garda Revolusi Iran yang memfasilitasi serangan terhadap pasukan Amerika Serikat dan koalisinya termasuk dalam target yang diserang.  

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengungkapkan, serangan pada Jumat lalu itu hanya awal dari respons negaranya.

“Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih. Amerika Serikat tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia. Namun biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti warga Amerika, kami akan membalasnya,” ujarnya, dikutip laman Anadolu Agency.

Pada Ahad (28/1/2024) lalu, serangan pesawat nirawak ke Tower 22 membunuh tiga tentara Amerika Serikat melukai sedikitnya 34 lainnya. 

Tower 22 merupakan sebuah instalasi militer terpencil di Yordania, dekat perbatasan Irak dan Suriah. Washington menuding kelompok milisi Perlawanan Islam (Islamic Resistance) yang berbasis di Irak mendalangi serangan tersebut. Perlawanan Islam, yang didukung Iran, memang mengakui bahwa mereka aktor di balik penyerangan ke Tower 22.

Pada Rabu (31/1/2024) lalu, Iran mengatakan ia akan dengan tegas merespons setiap serangan yang menargetkan wilayah atau kepentingannya. Di hari yang sama, Kepala Korps Garda Revolusi Iran Hossein Salami juga menyampaikan bahwa negaranya tidak takut terlibat peperangan dan konfrontasi dengan Amerika Serikat

Baca juga: Mengapa Kita Dianjurkan Perbanyak Shalawat? Ini Penjelasan Imam Al Ghazali

“Belakangan ini, kami mendengar beberapa ancaman dari para pejabat Amerika, yang kepadanya kami sampaikan… kami tidak membiarkan ancaman apa pun tidak terjawab dan kami tidak menginginkan perang, namun kami tidak takut berperang,” kata Salami kepada media pemerintah Iran, dikutip laman Al Arabiya.  

Korban perang Suriah terendah - (Republika)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow