Ini Penjelasan Ahli Gizi Menjawab Pertanyaan soal Mi Instan dan Bumbunya Mana yang Lebih tak Sehat

- Mudah dibuat dan enak menjadi alasan mi instan menjadi salah satu makanan favorit dan digemari berbagai kalangan usia, termasuk di Indonesia. Meski menjadi makanan favorit, mi instan tetap dianggap sebagai makanan yang tidak sehat. Hal itu karena efek samping dari makanan kemasan ini yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan, jika terlalu sering dikonsumsi. Di balik bungkus mi instan, umumnya terdapat mi sebagai komponen...

Ini Penjelasan Ahli Gizi Menjawab Pertanyaan soal Mi Instan dan Bumbunya Mana yang Lebih tak Sehat

SERAMBINEWS.COM - Mudah dibuat dan enak menjadi alasan mi instan menjadi salah satu makanan favorit dan digemari berbagai kalangan usia, termasuk di Indonesia. 

Meski menjadi makanan favorit, mi instan tetap dianggap sebagai makanan yang tidak sehat.

Hal itu karena efek samping dari makanan kemasan ini yang dapat memicu berbagai masalah kesehatan, jika terlalu sering dikonsumsi.

Di balik bungkus mi instan, umumnya terdapat mi sebagai komponen utama dan plastik kecil berisi bumbu yang menentukan aroma dan rasanya.

Pertanyaan mana komponen yang lebih tidak sehat pun bermunculan agar dapat menghindari risiko buruk saat mengonsumsi mi instan.

Salah satunya, dari warganet X (dulu Twitter) @bbiiutiful, Selasa (2/1/2024) siang.

"Sebenernya mie instan tuh yg gak sehat mie nya apa bumbunya?" tulis pengunggah.

Lantas, mana yang sebenarnya lebih tidak sehat dari mi instan, mi atau bumbunya?

Baca juga: VIRAL Pemuda 20 Tahun Serangan Jantung Kebanyakan Mi Instan, Benarkah? Ini Penjelasan Dokter

Mi vs bumbu dari mi instan

Melansir Kompas.com, Jumat (5/1/2024), dokter gizi komunitas dari Dr Tan & Remanlay Institute Banten, Tan Shot Yen mengatakan, mi maupun bumbu dari mi instan sama-sama tidak sehat.

Hal itu karena bumbu mi instan umumnya tinggi garam dan penguat rasa Monosodium glutamate alias MSG.

Komposisi MSG terdiri atas natrium dan klorida, dengan mineral natrium berperan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

Menurut Tan, tubuh manusia membutuhkan natrium untuk keseimbangan eletrolit yang digunakan sebagai penunjang kerja otot dan syaraf.

"Kecukupan garam mampu menahan air dalam tubuh. Bekerja sama dengan kalium menjaga tekanan darah, kesehatan jantung, dan ginjal," kata Tan, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (4/1/2024), sebagaimana dikutip dari pemberitannya.

Namun, menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebagaimana dikutip dari laman resminya, terlalu banyak asupan natrium berakibat pada air yang lebih banyak pada pembuluh darah.

Kondisi ini dapat menyebabkan peningkatan volume cairan darah, yang berimbas pada peningkatan tekanan darah.

Kebutuhan asupan garam per hari bagi orang dewasa sehat sesuai anjuran dari Kementerian Kesehatan adalah 2.000 miligram natrium atau setara dengan satu sendok teh garam per orang per hari.

Baca juga: Makan Mi Instan dan Nasi Sekaligus, Ketahui Jumlah Kalori yang Dikonsumsi

Sementara itu, berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Indonesia 2019, asupan natrium harian tergantung dari usia dan jenis kelamin.

Khusus orang dewasa sehat, angka kecukupan natrium berkisar 1000-1500 miligram per orang per hari atau setara dengan setengah sampai tiga perempat sendok teh garam.

Di sisi lain, menurut Kementerian Kesehatan, MSG yang banyak terkandung dalam bumbu mi instan terdiri dari tiga zat, yaitu asam glutamat (78 persen), natrium (12 persen), dan air (10 persen).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan asupan harian MSG yang dapat diterima oleh tubuh manusia adalah 0-120 miligram per kilogram berat badan.

Meski tergolong aman dikonsumsi, asupan MSG per hari tetap harus dibatasi untuk menghindari potensi efek yang merugikan.

Mi picu gula darah naik dan turun

Lebih lanjut dr Tan mengatakan, komponen mi dari mi instan merupakan produk rafinasi yang berasal dari terigu atau tepung gandum.

Menurutnya produk rafinasi atau makanan yang mengandung karbohidrat rafinasi bukanlah bahan pangan utuh lagi.

Jenis karbohidrat ini berbeda dengan beras pecah kulit, beras merah, beras coklat, atau beras hitam, yang mana kulit arinya masih utuh, sehingga lebih lama dicerna menjadi gula.

Meski tak dapat dikatakan berbahaya, menurutnya, produk rafinasi tidak dibutuhkan oleh tubuh, bahkan dapat membuat gula darah naik dan turun secara cepat.

"Cepat membuat gula darah (seperti) yoyo. Sebab rafinasi mudah diserap jadi gula darah, dan anjlok lagi," jelas Tan.

Baca juga: Batasan Konsumsi Mi Instan: Maksimal 2 Bungkus per Pekan Menurut Ahli Gizi

Cara menyulap mi instan jadi lebih sehat

Terpisah, dosen dan ahli gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Toto Sudargo mengungkapkan, hanya makan mi instan setiap hari tentu tidak sehat.

Kondisi tersebut sama seperti hanya mengonsumsi nasi setiap hari.

Sebab pemicu ketidaksehatan adalah makan mi instan yang merupakan karbohidrat tanpa tambahan lauk-pauk apa pun.

Hal ini akan membuat tubuh sekadar memiliki karbohidrat untuk menghasilkan energi, tetapi tidak dilengkapi sumber zat pembangun dan pengatur.

Zat pembangun adalah protein, berupa lauk hewani dan nabati.

Sementara zat pengatur, terdiri dari buah dan sayur. Untuk membangun tubuh yang sehat, bugar, dan ideal, perlu asupan gizi seimbang antara zat-zat tersebut.

Oleh karena itu, Toto mengatakan, mi instan, terlepas dari komponen mi atau bumbunya, perlu dibuat menjadi menu bergizi lengkap.

"Jika mau yang sehat, maka dibuat menu lengkap. Misalnya, mi ditambah telur, daging, atau ikan, ditambah sayur, dan lauk nabati," kata Toto, Kamis (4/1/2024), masih dikutip dari sumber yang sama, Kompas.com.

Berapa banyak boleh konsumsi mi instan?

Terkait berapa banyak yang dibolehkan untuk mengonsumsi mi instan juga sudah pernah dibahas oleh dr Tan Shot Yen jauh hari sebelumnya.

Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat ini menjelaskan, bahwa mie instan adalah salah satu produk ultra proses yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan apabila dikonsumsi tanpa literasi gizi.

Produk ultra proses seperti mie instan dianggap sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri karena praktis dan mudah didapat.

Namun, produk ultra proses justru bisa menyebabkan timbulnya beberapa masalah kesehatan seperti pencetus obesitas hingga gangguan gizi terutama pada tumbuh kembang anak.

Baca juga: Bolehkah Makan Mi Instan saat Sahur? Hati-hati, Dua Risiko Ini Mengintai Tubuhmu saat Puasa

"Istilah bahaya itu relatif. Gak ada orang makan mie instan lalu kejang-kejang atau langsung sakit. Nah, urusannya beda jika disebut berbahaya bila jadi kecanduan, terlalu sering, dan terlalu banyak. Karena itu, biasakan baca label dan pahami kebutuhan tubuh," kata Tan yang pernah dihubungi Kompas.com pada Selasa 15 Juni 2021 lalu.

Tidak ada takaran pasti seberapa banyak mie instan yang bisa dikonsumsi oleh satu orang pada jangka waktu tertentu.

Tan menuturkan bahwa sedikit banyaknya jumlah mie instan yang bisa dikonsumsi tergantung pada derajat sensitivitas dan kecanduan seseorang.

"Celakanya, orang tidak tahu saat masalah itu datang karena kerap tidak bergejala seperti hipertensi hingga gangguan gizi. Sebab, mie instannya itu tidak mencukupi kebutuhan gizi harian," ujar Tan. (Serambinews.com/Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow