Gaikindo Ungkap Alasan Milenial Lebih Pilih Mobil Hybrid Ketimbang BEV

Gaikindo) merekam fenomena unik terkait alasan generasi milenial lebih memilih tipe mobil hybrid daripada mobil listrik berbasis baterai (BEV).

Gaikindo Ungkap Alasan Milenial Lebih Pilih Mobil Hybrid Ketimbang BEV

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) merekam fenomena unik terkait alasan generasi milenial lebih memilih tipe mobil hybrid alias hibrida ketimbang mobil listrik berbasis baterai (BEV).

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menjelaskan sebenarnya ada tiga alasan mainstream kenapa BEV masih dihindari mayoritas konsumen.

Namun, beberapa generasi milenial yang telah mapan pun ternyata punya alasan tambahan tersendiri kenapa lebih memilih mobil hibrida.

Baca Juga : Menko Airlangga Beri Bocoran Besaran Insentif PPN Mobil Hybrid

Secara umum, Kukuh melihat bahwa minat milenial terhadap BEV sebenarnya begitu tinggi. Apalagi yang belum berkeluarga, atau baru punya keluarga kecil. 

Pengetahuan mereka tentang kelebihan dan kekurangan BEV pun terbilang komprehensif dan objektif, karena kebanyakan milenial mapan sudah termasuk generasi tech-savvy.

Baca Juga : : Mobil Hybrid Bakal Dapat Insentif, Angin Segar Buat Astra (ASII)?

"Buat mobilitas sehari-hari pun mereka sudah berhitung bahwa BEV lebih irit buat pengeluaran. Tapi ternyata apa problemnya? Banyak yang masih tinggal di rumah mertua atau orang tua. Mereka sungkan buat bikin charging di rumah, bahkan sebagian tidak dapat izin dari mertuanya," kata Kukuh kepada Bisnis, dikutip Sabtu (24/2/2024).

Oleh karena itu, ujung-ujungnya pangsa milenial yang punya prinsip idealis berupa keinginan untuk berkontribusi mengurangi emisi lebih memilih tipe hibrida. Mereka tetap terakomodasi tanpa perlu langsung beralih ke BEV.

Baca Juga : : Menguji Alasan Ahok Bela Produsen Mobil Hybrid Ketimbang BEV

"Nah, masalahnya, kalau mereka sudah punya rumah sendiri, anak bertambah, ujung-ujungnya selera mereka sudah beralih ke mobil 7 seaters juga. Seperti selera pasar pada umumnya," jelasnya.

Sementara itu, tiga alasan mainstream kenapa BEV masih dihindari mayoritas konsumen yang pertama, yaitu soal harga yang masih terbilang tinggi. Kedua, kekhawatiran terhadap harga jual kembali, terlebih ketika nantinya sudah masuk masa ganti baterai.

"Ketiga, kalau suatu BEV punya harga kompetitif sekali pun, misalnya Rp300 jutaan, data kami menunjukkan masyarakat tetap mengutamakan mobil 7 seaters, mobil keluarga. Jadi yang mau beli BEV mayoritas bukan first time buyer. Mereka biasanya sudah punya mobil 7 seaters lain di garasinya," ungkapnya.

Fenomena itu pun tergambar berdasarkan data Gaikindo, di mana penjualan wholesales tipe hibrida (HEV dan PHEV) melonjak menjadi 52.504 unit sepanjang 2023 dari capaian periode sebelumnya sebanyak 10.344 unit.

Sementara itu, penjualan tipe BEV juga mencatatkan kenaikan walaupun tidak melompat seperti tipe hibrida. Total penjualan wholesales BEV pada 2022 mencapai 10.327 unit, sedangkan pada 2023 mencapai 17.062 unit.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow