Profil Johnny Andrean, Bos J.CO Donuts yang Perusahaannya Digugat dalam Perkara Pembayaran Utang
TEMPO.CO, Jakarta – PT J.CO Donuts and Coffee kembali digugat oleh PT Kawan Berkarya Mandiri dalam perkara penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) pada Jumat, 25 Oktober 2024. Majelis hakim di Pengadilan Negeri (PN) Niaga Jakarta Pusat akan menyidang gugatan dengan nomor perkara 316/Pdt.Sus-PKPU/2024/PN Niaga Jkt.Pst tersebut pada Senin, 4 November 2024.
Permohonan gugatan PKPU terhadap PT J.CO Donuts and Coffee bukan yang pertama kali terjadi. Pada Maret lalu, PT Kawan Berkarya Mandiri dan PT Hero Supermarket Tbk juga mengajukan gugatan PKPU, tetapi akhirnya dicabut pada Kamis, 2 Mei 2024.
“Mengabulkan pencabutan permohonan PKPU oleh Pemohon PKPU I dan Pemohon PKPU II,” bunyi putusan dalam Direktori Pusat Mahkamah Agung (MA). Lantas, siapa pendiri J.CO Donuts and Coffee?
Profil Pendiri J.CO Donuts and Coffee
Melansir repository.uin-suska.ac.id, PT J.CO Donuts and Coffee merupakan perusahaan gerai makanan yang menawarkan produk donat dan kopi yang didirikan oleh pengusaha salon asli Indonesia, yaitu Johnny Andrean. Setelah memperkenalkan franchise BreadTalk ke pasar tanah air pada 2003, dia mengembangkan bisnis butik makanan lain berupa donat.
Pada 26 Juni 2005, gerai waralaba makanan cepat saji J.CO Donuts and Coffee yang pertama resmi beroperasi di kawasan Supermal Karawaci, Tangerang, Banten. Namun, berdasarkan informasi yang tertera di situs resminya, gerai pertamanya di Indonesia disebut dibuka pada Mei 2006.
Dalam waktu satu tahun, Johnny berhasil membuka 16 gerai di kota-kota besar di Indonesia dengan mempekerjakan 450 orang, seperti di Jakarta, Bandung, Surabaya, Pekanbaru, dan Makassar. J.CO Donuts and Coffee pun kini melakukan ekspansi hingga ke Malaysia, Singapura, Filipina, Hong Kong, dan Arab Saudi.
Sebelum gerai J.CO Donuts and Coffee yang pertama dibuka, Johnny membutuhkan waktu lama untuk menggarap bisnisnya itu, yaitu sekitar tiga tahun. Alasannya mendirikan gerai makanan baru berawal dari kebiasaannya yang kerap kali melakukan perjalanan bisnis ke Amerika Serikat dan sering mencicipi berbagai jenis donat.
Dari situ, Johnny mulai terinspirasi untuk memulai usaha donat khas Amerika Serikat. Pada awalnya, dia berniat menjalin kerja sama dengan perusahaan franchise asal Negeri Paman Sam, tetapi gagal karena keterbatasan varian produk yang ditawarkan dan proses pemantauan mutu. Akhirnya, dia memutuskan untuk memproduksi donatnya sendiri dengan konsep, bentuk, dan rasa yang mirip dengan yang berada di Amerika Serikat.
Johnny memilih mengimpor semua mesin dalam proses pembuatan produk J.CO Donuts and Coffee dari Amerika Serikat. Lebih dari 50 persen bahan-bahan bakunya juga berasal dari luar negeri, seperti cokelat dari Belgia, susu dari Selandia Baru, serta kopi bubuk dari Italia dan Costa Rica. Hal tersebut dilakukannya untuk memastikan produk yang ditawarkan berkualitas premium.
Selanjutnya baca: Pernah Jadi Sorotan di Medsos karena Diduga Lakukan Praktik Upselling
Sebelumnya, nama J.CO Donuts and Coffee sempat menjadi sorotan di media sosial karena diduga melakukan praktik pemasaran upselling. Diketahui, upselling merupakan teknik penjualan dengan cara mengundang konsumen untuk membeli barang yang lebih mahal atau tambahan lainnya untuk memperoleh pendapatan lebih banyak.
Dugaan itu berawal dari unggahan sebuah akun TikTok pada Selasa, 23 Mei 2023. Warganet tersebut merasa dicurangi dengan teknik upselling yang dilakukan karyawan J.CO Donuts and Coffee cabang Graha Cijantung, Jakarta Timur.
Dalam video TikTok miliknya, dia mengaku awalnya hanya ingin membeli selusin donat. Namun karyawan J.CO Donuts and Coffee menawarkan paket bonus satu lusin donat mini seharga Rp 148 ribu. Dia pun menolak karena hanya berniat membeli selusin donat biasa.
“Terus gue nanya, emang kalau beli donatnya satu lusin berapa? Mas (karyawan) nya jawab Rp 124 ribu. Padahal setahun yang lalu, rasanya gak sampai Rp 100 ribu, gue pikir harganya mungkin naik,” tulis akun @syan***.
Meskipun telah memilih donut dengan harga Rp 124 ribu, dia mengaku karyawan J.CO Donuts and Coffee masih tetap memaksa untuk membeli paket donat mini. “Lebih murah katanya kalau beli paket, sayang loh kalau gak diambil promonya, gitu katanya,” ucap dia.
Ketika tiba di kasir, pembeli itu diminta untuk memilih produk pastry. Saat dia bertanya apakah pastry tersebut bonus, karyawan J.CO Donuts and Coffee diam. Hingga akhirnya, dia memilih sebuah kue red velvet.
“Setelah bayar dan struknya keluar, gue langsung masukin dompet dan bergegas pergi, karena suami nunggu, jadi harus buru-buru. Pas sampai rumah, gue buka struknya, ternyata yang gue beli paket 1Dz – pastry 5,” ujar dia.
Karena penasaran, pembeli itu lalu membuka aplikasi J.CO Deliver App dan menunjukkan harga satu lusin donat mini hanya Rp 93 ribu. Dirinya menuturkan merasa tidak rugi karena mendapatkan kue red velvet, tetapi dia merasa seolah-olah dipaksa untuk membeli produk yang awalnya tidak diinginkan.
“Entahlah, ini namanya trik marketing atau apa, tetapi gak gini juga caranya, memanfaatkan ketidaktahuan pembeli untuk menjual lebih banyak produk,” kata dia.
Adil Al Hasan, Hanifah Dwijayanti berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Terpopuler: Prabowo akan Ganti Mobil Dinas Menteri dengan Maung, Presiden Sebut IKN Ibu Kota Politik Dirampungkan dalam 4 Tahun