Ekonomi Terpuruk,Mesir Dapat Kucuran Dana IMF Rp 124,9 Triliun Saat Israel Ngotot Mau Gempur Rafah

Israel Mau Gempur Rafah, Mesir Dapat Kucuran Dana IMF Rp 124,9 Triliun- Mesir dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk menambah dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF) lebih dari dua kali lipat menjadi 8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 124,9 Triliun. Kesepakatan ini datang saat krisis yang timbul eskalasi konflik Perang Gaza memasuki babak di mana negosiasi gencatan senjata berakhir buntu dan Israel...

Ekonomi Terpuruk,Mesir Dapat Kucuran Dana IMF Rp 124,9 Triliun Saat Israel Ngotot Mau Gempur Rafah

Israel Mau Gempur Rafah, Mesir Dapat Kucuran Dana IMF Rp 124,9 Triliun

TRIBUNNEWS.COM - Mesir dilaporkan telah mencapai kesepakatan untuk menambah dana talangan Dana Moneter Internasional (IMF) lebih dari dua kali lipat menjadi 8 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 124,9 Triliun.

Kesepakatan ini datang saat krisis yang timbul eskalasi konflik Perang Gaza memasuki babak di mana negosiasi gencatan senjata berakhir buntu dan Israel meneguhkan niatnya untuk melancarkan invasi ke Rafah, wilayah perbatasan dengan Mesir yang diklaim Tel Aviv sebagai basis terakhir kekuatan Hamas.

Baca juga: Menteri Israel: Perang Lawan Hamas Jalan Terus Saat Ramadan, Mesir Bantu Siapkan Serbuan Rafah

Financial Times (FT) melaporkan, kesepakatan Mesir-IMF itu dicapai untuk menghindari krisis ekonomi terburuk di negara itu dalam beberapa dekade setelah mata uangnya turun ke rekor terendah terhadap dolar AS.

Menurut FT, IMF setuju untuk menyuntikkan dana tunai setelah Kairo mengambil “langkah tegas untuk bergerak menuju rezim nilai tukar fleksibel yang kredibel” dengan mendevaluasi pound Mesir sebesar 40 persen dan menaikkan suku bunga secara signifikan untuk mengatasi kekurangan mata uang asing.

"Langkah-langkah tersebut sepertinya tidak akan memberikan keringanan bagi rata-rata warga Mesir yang telah berjuang dengan berkurangnya daya beli dan tingginya biaya pinjaman selama bertahun-tahun," tulis laporan tersebut.

FT mencatat bahwa mengambangkan mata uang dan mengizinkan kekuatan pasar untuk menentukan nilai pound adalah syarat utama bagi negara yang memiliki banyak utang untuk mengakses lebih banyak dana IMF sebagai bagian dari dana talangan sebesar $3 miliar pada tahun 2022.

Laporan tersebut juga menyoroti bahwa peningkatan dukungan IMF untuk Kairo terjadi ketika Mesir menghadapi tekanan sosial dan ekonomi yang meningkat, yang diperburuk oleh agresi Israel terhadap warga Palestina di Gaza dan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah oleh pemberontak Houthi di Yaman. Kedua isu tersebut berdampak pada pendapatan mata uang asing Mesir dari pelayaran niaga yang menggunakan Terusan Suez.

Baca juga: Tembok Tujuh Meter di Rafah dan Perjanjian Rahasia Mesir-Israel-AS Buat Hancurkan Hamas

Investasi baru-baru ini sebesar 35 miliar dolar AS dari ADQ, sebuah lembaga investasi asal Abu Dhabi, memberikan Bank Sentral Mesir penyangga yang diperlukan untuk mencegah mata uang terjun bebas setelah kendali dicabut.

Investasi ini, yang merupakan investasi tunggal terbesar dalam sejarah Mesir, sangat penting untuk mengamankan kesepakatan IMF, menurut laporan tersebut.

Perekonomian Mesir telah mengalami kesulitan selama bertahun-tahun, dan negara tersebut menghadapi berbagai tantangan, termasuk inflasi yang tinggi, meningkatnya utang, dan kurangnya cadangan mata uang asing.

Menurut Reuters, tingkat inflasi Mesir mencapai 25,8 persen pada Januari 2023, tingkat tertinggi dalam lima tahun, didorong oleh kenaikan harga pangan dan energi.

BBC melaporkan kalau utang luar negeri Mesir juga menjadi perhatian utama, dengan utang luar negeri negara tersebut mencapai $155,7 miliar pada September 2022, naik dari $134,8 miliar pada dua belas bulan sebelumnya.

Tingkat utang yang tinggi mempersulit Mesir untuk mengakses pasar keuangan internasional dan memberikan tekanan pada cadangan mata uang asing negara tersebut.

Bloomberg mencatat bahwa sektor pariwisata Mesir, sumber utama mata uang asing, juga terpukul parah oleh pandemi Covid-19 serta konflik yang sedang berlangsung di negara tetangga Libya. Sektor ini, yang menyumbang sekitar 12 persen PDB Mesir, mengalami penurunan pendapatan sebesar 70 persen pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya.

Tantangan ekonomi ini memberikan tekanan pada pemerintah Mesir untuk melaksanakan reformasi dan mendapatkan dukungan keuangan dari lembaga internasional seperti IMF.

(oln/memo/*)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow