Dolar AS Terus Naik, Ini Sektor Saham yang Diuntungkan & Dirugikan

Beberapa saham pada sektor komoditas mengalami keuntungan dan kerugian akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Dolar AS Terus Naik, Ini Sektor Saham yang Diuntungkan & Dirugikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Mata uang rupiah sempat turun hingga menembus Rp16.000 per dolar AS pada pekan ini. Sederet emiten di pasar modal diuntungkan, dan beberapa lainnya dirugikan dengan pelemahan rupiah.

Bisnis mencatat, terdapat beberapa emiten di pasar modal yang dapat mencatatkan keuntungan dari pelemahan rupiah ini. Emiten-emiten tersebut seperti emiten di sektor batu bara, minyak dan gas, dan emiten-emiten yang melakukan ekspor dan mencatatkan penjualan dalam dolar AS. 

Sementara itu, emiten-emiten yang dirugikan saat pelemahan rupiah ini adalah emiten-emiten yang melakukan impor terhadap bahan bakunya.

Baca Juga : Mengukur Peluang Rebound Rupiah dari Dolar AS yang Sentuh Rp16.000

Berikut adalah deretan saham yang diuntungkan dan dirugikan dengan adanya pelemahan rupiah. 

1. Saham sektor batu bara dan migas

Baca Juga : : Rupiah Ambrol ke Rp16.000 per Dolar AS, Ini Deretan Biang Keroknya

Saham-saham di sektor batu bara seperti misalnya PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) dapat diuntungkan dengan pelemahan dolar AS karena melakukan ekspor batu bara. 

Begitu juga dengan emiten migas seperti PT Medco Energy International Tbk. (MEDC), dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) yang dapat diuntungkan kondisi ini. 

Baca Juga : : Konflik Timur Tengah dan Kegalauan The Fed Bikin Dolar AS Perkasa

Emiten-emiten di sektor ini akan diuntungkan dengan pelemahan rupiah, karena menjual produk batu bara dan migas mereka dalam dolar, sementara operasional perusahaan dilakukan dalam rupiah.

2. Sektor komoditas kertas

Duo saham kertas Grup Sinarmas PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. (TKIM) dapat diuntungkan dengan kondisi ini karena sebagian besar penjualan yang dilakukan merupakan penjualan ekspor. 

TKIM misalnya mencatatkan ekspor sebesar US$631,8 juta atau 58,8% dari total penjualannya pada tahun 2023. Sementara itu, INKP mencetak penjualan ekspor sebesar US$2,05 miliar atau 59,19% dari total penjualan tahun 2023 sebesar US$3,47 miliar.

3. Sektor komoditas CPO

Saham di sektor minyak sawit atau crude palm oil (CPO) juga diuntungkan dengan adanya pelemahan rupiah. Perusahaan-perusahaan tersebut seperti PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk. (LSIP), hingga PT Sampoerna Agro Tbk. (SGRO).

Sebagaimana diketahui, sebagian besar biaya produksi CPO dilakukan dengan menggunakan mata uang rupiah, sementara produknya diperdagangkan dalam mata uang dolar AS. 

4. Sektor konsumer

Selain perusahaan berbasis komoditas, pelemahan rupiah juga akan menguntugkan beberapa saham konsumer yang memiliki porsi ekspor cukup besar seperti PT Mayora Indah Tbk. (MYOR), hingga PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP). 

MYOR misalnya mencatatkan penjualan ekspor sebesar Rp13,7 triliun pada 2023, atau setara 43,5% dari total penjualan sebesar Rp31,4 triliun. Sementara itu, ICBP mencatatkan total ekspor sebesar Rp20,2 triliun, dari total penjualan Rp67,9 triliun sepanjang 2023. 

Meski diuntungkan, tetapi perlu dicatat jika emiten-emiten ini juga masih melakukan impor untuk beberapa bahan baku mereka. 

5. Sektor farmasi

Saham-saham di sektor farmasi seperti PT Kimia Farma Tbk. (KAEF), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF), hingga PT Indofarma Tbk. (INAF) dapat dirugikan dengan adanya pelemahan rupiah. Pasalnya, emiten-emiten farmasi masih melakukan impor untuk beberapa bahan baku obat-obatannya. 

--------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow