Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

Jika umat manusia tidak mengambil tindakan untuk mencegahnya, besar kemungkinan asteroid akan menghantam permukaan Bumi pada 24 September 2182.

Cerita Dante Lauretta yang Dibayar NASA Rp 16,2 Triliun untuk Cegah Asteroid Tabrak Bumi

KOMPAS.com - Pesawat antariksa OSIRIS-REx milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menjatuhkan kapsul berisi lebih dari 120 gram debu luar angkasa ke gurun Utah pada September 2023.

Material luar angkasa tersebut merupakan bagian dari Bennu, sebuah asteroid dengan diameter menyamai tinggi Gedung Empire State di New York City, Amerika Serikat (AS).

Jika umat manusia tidak mengambil tindakan untuk mencegahnya, kemungkinan besar Bennu akan menghantam permukaan Bumi pada 24 September 2182.

Manusia menghadapi pilihan sulit, antara mulai mengevakuasi wilayah yang luas untuk pendaratan Bennu atau meluncurkan misi untuk menjatuhkan asteroid dari jalurnya.

Memilih opsi kedua, Profesor Ilmu Planet dan Kosmokimia di University of Arizona, AS, Dante Lauretta pun diutus untuk memimpin misi pencegahan sekaligus pengambilan sampel Bennu.

Bahkan, Lauretta mengaku menerima 1 miliar dollar AS atau setara Rp 16,2 triliun (kurs Rp 16.265 per dollar AS).

"Pada 2011, NASA memberi saya 1 miliar dollar untuk mencapai hal tersebut," ujarnya dalam wawancara kepada Daily Mail, Kamis (14/4/2024).

Baca juga: Mengenal Asteroid Bennu yang Berhasil Dibawa NASA ke Bumi, Tempuh 3 Tahun Perjalanan

Misi hentikan asteroid dengan bayaran Rp 16,2 triliun

Lauretta mengungkapkan, misi tersebut tidak hanya mengirimkan pesawat ruang angkasa untuk mengubah jalur asteroid, tetapi juga membawa sebagian dari Bennu kembali ke Bumi.

Bennu ditemukan pada 11 September 1999 oleh para ilmuwan di Laboratorium Lincoln di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Laboratorium tersebut didedikasikan untuk memantau benda-benda langit yang berpotensi mengancam Bumi.

Permukaan asteroid yang gelap dan kaya karbon menunjukkan bahwa Bennu mungkin menyimpan kunci untuk memahami asal-usul kehidupan di dunia.

Menurutnya, miliaran tahun lalu, asteroid mirip Bennu bisa saja membawa senyawa organik penting ke Bumi, sehingga melahirkan kehidupan seperti yang dikenal saat ini.

Namun, daya tarik utama untuk menangkap misteri kosmik datang seiring kenyataan suram mengenai potensi destruktif asteroid.

Jka Bennu bertabrakan dengan Bumi, ia akan melepaskan ledakan yang melebihi gabungan kekuatan dari semua uji coba nuklir sepanjang sejarah.

"Dampaknya akan melepaskan ledakan energi yang setara dengan 1.450 megaton TNT. Sebagai gambaran, total energi yang dikeluarkan selama uji coba nuklir sepanjang sejarah diperkirakan mencapai 510 megaton," terang Lauretta.

Tabrakan asteroid Bennu juga akan menciptakan kawah selebar 6.500 meter dengan kedalaman 805 meter.

Tidak hanya itu, asteroid dengan bobot menyamai kapal induk ini kemungkinan akan memicu gempa Bumi berkekuatan 6,7 skala Richter.

"Orbit Bennu membawanya sangat dekat dengan planet kita. Kedekatan inilah yang memberi kita kesempatan untuk menentukan apakah kita harus bersiap menghadapi bencana," kata dia.

Baca juga: NASA Ungkap Asteroid Seukuran Pesawat Terbang Tengah Menuju Bumi dengan Kecepatan Tinggi

Misi meluncur 2016

Misi Origins Spectral Interpretation Resource Identification Security Regolith Explorer alias OSIRIS-REx untuk mengubah jalur dan mengambil sampel Bennu baru dimulai pada 2016.

Namun, pesawat antariksa tersebut baru bisa mendarat dan meneliti permukaannya pada Oktober 2020, sekitar 21 tahun sejak penemuannya.

Di Bumi, tepatnya di Colorado, AS, Lauretta bersama tim memantau detik-detik pengambilan sampel asteroid Bennu.

Sementara itu, di luar angkasa, OSIRIS-REx memulai penurunan terakhirnya, mendekati permukaan dengan kecepatan tetap sekitar 0,1 meter per detik.

Mereka menargetkan jantung Nightingale, situs yang telah dipilih untuk pengambilan sampel karena materialnya berbutir halus.

OSIRIS-REx melayang di atas target dengan komputer yang terus memproses data untuk menganalisis setiap piksel permukaan yang hendak dibawa pulang.

Pada jarak kurang dari lima meter, OSIRIS-REx menganalisis gambar akhir, mempertimbangkan semua pilihannya, sebelum mengambil keputusan.

Wahana antariksa tersebut kemudian mengirimkan pilihan sampelnya kembali ke Bumi, tempat Lauretta dan teman-temannya menunggu.

"Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya menyadari betapa dahsyatnya Tata Surya, dan luasnya melampaui pemahaman," kata Lauretta.

Baca juga: Kawah Asteroid Terbesar Ditemukan, Kemungkinan Pemicu Kepunahan 85 Persen Spesies Bumi

Kembali pada 2023 membawa sampel Bennu

Dilansir dari The New York Times, Jumat (22/3/2024), potongan batuan dari asteroid Bennu baru mendarat di Bumi setelah menempuh perjalanan selama tiga tahun.

Pengiriman sampel asteroid dari luar angkasa untuk pertama kalinya ini tepat mendarat di gurun Utah pada 24 September 2023 pukul 08.52 waktu setempat.

Setelah menurunkan sampel seberat 250 gram, pesawat ruang angkasa OSIRIS-REx kembali melanjutkan perjalanannya melintasi Tata Surya.

Beberapa minggu setelah sampel dibawa ke Bumi, Lauretta disibukkan dengan pembongkaran dan pengumpulan sampel asteroid yang berjalan lebih lambat dari perkiraan.

Dia menyebut, ada beberapa sekrup yang tersangkut pada material, sedangkan pihaknya tidak memiliki alat yang bisa menjaga sampel tetap murni.

"Akhirnya, kami memutuskan untuk membuka penutup kepala pengumpul sampel, dan mengeluarkan sekitar 70 gram barang," kata Lauretta.

Jumlah tersebut sudah lebih dari yang dijanjikan kepada NASA untuk dikembalikan. Lauretta dan tim juga meluangkan waktu untuk membuat obeng yang bisa digunakan, hingga akhirnya berhasil membuka sampel pada Januari 2024.

Dari sana, tim di antaranya menemukan bahwa potongan sampel Bennu memiliki material berwarna putih dan berkerak di sekujur permukaannya.

"Saya sangat gembira karena saya pikir kami telah mendapatkan karbonat," ujarnya.

Namun, hasil laboratorium menunjukkan, material tersebut merupakan fosfat, senyawa yang mengandung unsur fosfor. Material itu juga kaya akan natrium.

Fosfor merupakan salah satu dari "enam besar" unsur kehidupan, bersama dengan hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen, dan belerang.

Sebagai unsur yang paling sedikit jumlahnya, fosfor memberikan petunjuk penting tentang bagaimana unsur tersebut terlibat dalam biologi.

"Jadi, apakah kita salah mengenai asteroid? Saya tidak tahu. Apakah urat-urat itu sebenarnya adalah fosfat? Kami masih mendalaminya," tandasnya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow