Bukan Bansos,Ini Penyebab Meroketnya Suara Prabowo-Gibran hingga 58 Persen Menurut Litbang Kompas

- Ini penyebab masyarakat banyak memilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, bukan karena bansos. Di gelaran Pilpres 2024, pasangan Prabowo-Gibran mendapat suara lebih dari 50 persen, yang membuat Pilpres berpotensi satu putaran saja. Peneliti senior Litbang Kompas Toto Suryaningtyas mengungkapkan program bantuan sosial (bansos) pemerintah bukanlah faktor yang mengakibatkan suara pemilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka...

TRIBUNKALTIM.CO - Ini penyebab masyarakat banyak memilih Prabowo-Gibran di Pilpres 2024, bukan karena bansos.

Di gelaran Pilpres 2024, pasangan Prabowo-Gibran mendapat suara lebih dari 50 persen, yang membuat Pilpres berpotensi satu putaran saja.

Peneliti senior Litbang Kompas Toto Suryaningtyas mengungkapkan program bantuan sosial (bansos) pemerintah bukanlah faktor yang mengakibatkan suara pemilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka melejit hingga menembus angka 58 persen di Pilpres 2024.

Toto mengatakan, faktor utama pasangan nomor urut 2 memiliki suara tinggi itu karena pemilihan Gibran sebagai cawapres.

"Faktor utama kenaikan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka adalah dipasangnya Gibran sebagai Wapres Prabowo di sekitar Oktober-November 2023," ujar Toto saat dimintai konfirmasi, Minggu (25/2/2024).

Baca juga: Survei LSI: Ganjar-Mahfud tak Mampu Pertahankan Loyalitas Pemilih PDIP, Pindah Haluan Dukung Prabowo

Baca juga: Reaksi Demokrat Soal Parpol Timnas AMIN Masuk Kabinet, AHY: Prabowo Pemimpin Koalisi Indonesia Maju

Baca juga: Usai Pertemuan Khusus Prabowo-Gibran Usai Menang Quick Count Pilpres 2024, Cawapres 02 Pilih Bungkam

Toto menjelaskan, bersamaan dengan dipasangnya Gibran sebagai Wapres, ada berbagai gerakan politik yang terjadi.

Di antaranya seperti relawan Joko Widodo (Jokowi) yang bergerak untuk mempromosikan Prabowo-Gibran, pemasangan baliho di seluruh wilayah Indonesia dengan melibatkan unsur aparat.

Lalu, siraman sembako yang diintensifkan kepada masyarakat, dugaan praktik money politic jelang hari pencoblosan, hingga Jokowi yang bergerak berkeliling ke wilayah-wilayah basis PDI-P dan wilayah kampanye Ganjar pada Januari 2024.

Lagipula, kata Toto, suara Prabowo-Gibran juga sudah melonjak di atas ekspektasi, yakni hingga 40 persen.

"Publik mulai ragu 01 dan 03 akan bisa bersaing, sehingga pragmatis ke 02," katanya.

Maka dari itu, Toto menilai banyak penyebab kenapa suara Prabowo-Gibran bisa tinggi saat ini, baik versi quick count maupun real count.

"Nah, banyak kan faktornya. Jadi bukan hanya bansos," ucap Toto.

Dikutip dari Kompas.id, hasil survei pascapencoblosan atau exit poll yang dilakukan Litbang Kompas pada 14 Januari 2024 memperlihatkan, seperlima bagian publik (20,3 persen) menyatakan pernah ditawari bansos dalam waktu sebulan sebelum pencoblosan, baik sembako maupun uang, oleh tim sukses dari parpol ataupun capres.

Jumlah seperlima bagian responden merupakan proporsi yang sangat besar jika diproporsikan ke total pemilih yang mencapai 204 juta, yaitu sekitar 51 juta orang.

Proporsi tersebut hampir sama dengan data jumlah penerima bansos secara faktual dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024, di antaranya penerima Program Keluarga Harapan 9,9 juta keluarga penerima manfaat (KPM), Kartu Sembako untuk 18,7 juta KPM, serta bantuan langsung tunai (BLT) El Nino untuk 18,6 juta KPM.

Baca juga: Respons AHY Soal Isu Prabowo-Gibran Ajak Parpol Pendukung Anies-Cak Imin Gabung di Kabinet

Sebanyak tiga dari setiap empat orang yang ditawari bantuan tersebut mau menerima bansos dan satu orang menolak.

Dilihat dari latar belakang pilihan capres, responden yang menolak penawaran bansos bervariasi.

Pemilih Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Prabowo-Gibran yang menolak berjumlah sekitar 4,5 persen responden, sedangkan pemilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar proporsinya lebih besar, yakni 8 persen.

Bagi responden survei pascapencoblosan yang menyatakan menerima bansos, komposisinya berdasarkan latar belakang pilihan capres tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Sekitar 15 persen responden dari pemilih masing-masing pasangan capres menyatakan telah ditawari bansos dan menerimanya.

Temuan survei ini menunjukkan proporsi penerima bansos relatif sama di antara ketiga kelompok responden pemilih capres-cawapres.

Meski memiliki komposisi sama dalam merespons bansos, capres-cawapres tersebut memiliki elektabilitas yang berbeda.

Dalam hal ini, berarti bansos tak menjadi faktor pengubah elektabilitas capres-cawapres. Faktor Gibran Masih menurut analisis Toto, bansos berpotensi memperkuat pertumbuhan elektabilitas capres Prabowo ketika sudah berpasangan dengan Gibran, yakni dalam periode November 2023 hingga 14 Februari 2024.

Fenomena ini seiring dengan melonjaknya elektabilitas pasangan Prabowo-Gibran dalam periode itu, terus meningkat tinggi dari angka pada bulan Agustus 2023.

Pemberian bansos sejak era pandemi hingga Agustus 2023 bahkan tidak mendongkrak secara signifikan elektabilitas Prabowo sebagai capres.

Perubahan signifikan dan drastis baru terjadi ketika Prabowo berpasangan secara resmi dengan Gibran pada 22 Oktober 2023.

Pada periode Oktober 2023 hingga 11 Februari 2024, bansos terus dikucurkan dengan berbagai ”gimik” tambahan, seperti kenaikan bertahap uang lauk pauk TNI, termasuk materi kampanye ”makan siang gratis”.

Seluruh langkah politik tersebut pada akhirnya membentuk elektabilitas yang mumpuni bagi pasangan Prabowo-Gibran, mencapai angka lebih dari 58 persen di quick count sehingga diprediksi menang dalam satu putaran.

(*)

Ikuti Saluran WhatsApp Tribun Kaltim dan Google News Tribun Kaltim untuk pembaruan lebih lanjut tentang berita populer lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Analisis Litbang Kompas: Gibran Faktor Utama Suara Prabowo-Gibran Meroket Sampai 58 Persen

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow