BMKG Beberkan Penyebab Cuaca Ekstrem, Nomor 3 Bikin Ngeri

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini cuaca ekstrem hingga Februari.

BMKG Beberkan Penyebab Cuaca Ekstrem, Nomor 3 Bikin Ngeri

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini cuaca ekstrem hingga Februari.

Hal itu disampaikan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat (12/1).

Dwikorita meminta masyarakat waspada dan siap siaga terhadap cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi yang masih mengancam sebagian besar wilayah Indonesia.

"Cuaca ekstrem ini dapat terjadi selama periode puncak musim hujan di bulan Januari dan Februari. Potensi hujan lebat hingga sangat lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi masih memiliki peluang yang tinggi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia," kata Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan terdapat tiga penyebab terjadinya cuaca ekstrem. Berikut penjelasannya:

1. Monsun Asia

Adapun Monsun Asia yang menunjukkan aktifitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.

"Kondisi ini berpotensi disertai adanya fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia," paparnya.

2. Tekanan rendah

Adanya daerah tekanan rendah yang terpantau di sekitar Laut Timor, Teluk Carpentaria dan di Samudra Hindia barat Sumatra yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator.

Kemudian, dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan sekitarnya.

3. Fenomena MJO

Aktivitas gelombang atmosfer masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial.

"Kondisi tersebut dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia," kata Dwikorita.

Oleh karena itu, Dwikorita kembali mengingatkan masyarakat untuk senantiasa waspada terhadap potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang hingga sepekan ke depan.

Sedangkan, untuk daerah dataran tinggi atau rawan longsor dan banjir, diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang.

"Sebaiknya, secara berkala atau sebelum beraktivitas, masyarakat memantau informasi cuaca yang dikeluarkan resmi oleh BMKG. Dengan begitu, dapat lebih antisipatif jika sewaktu-waktu terjadi cuaca ekstrem," pungkas Dwikorita.(antara/jpnn)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow