Ratusan Eks Mossad Sangat Khawatir Atas Masa Depan Negara Israel
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Lebih dari 250 mantan anggota lembaga intelijen Israel, Mossad, mengirim surat terbuka berisi kritik kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mengingatkan bahwa mereka tidak “terus tinggal diam”. Dilaporkan Intel News, Senin (14/4/2025), surat tersebut diinisiasi oleh mantan pejabat senior Mossad, Gail Shoresh dan negosiator sandera David Meidan.
Surat itu ditandatangani oleh puluhan mantan kepala dan wakil kepala departemen Mossad, termasuk tiga eks direktur yakni Tamir Pardo, Efraim Halevy, dan Danni Yatom. Surat berisi kritik terbuka kepada Netanyahu yang memprioritaskan perang terhadap Hamas daripada nyawa 59 warga Israel yang diyakini masih disandera di Jalur Gaza.
Dalam surat itu mereka meminta pejabat Israel untuk “membuat keputusan berani dan bertindak secara bertanggung jawab demi keamanan negara dan warga negaranya”.
Surat itu mengklaim berisi pandangan dari “Mossad dan para veteran, yang bertahun-tahun mendedikasikan diri untuk menjaga keamanan negara”.
Mereka mengkritik keras pemerintahan Netanyahu yang menolak bernegosiasi dengan Hamas untuk membebaskan para sandera. Mereka mengingatkan Netanyahu bahwa Mossad dan para veteran “tidak akan berdiam diri” lebih lama.
Mereka juga mengekspresikan “dukungan penuh” terhadap surat terdahulu yang ditulis oleh para pilot Angkata Udara Israel, yang di antaranya kemudian dicopot dari tugas mereka karena mengkritisi pemerintah. Surat dari eks anggota Mossad juga berisi “kekhawatiran mendalam atas masa depan negara” dan meminta Netanyahu “untuk bertindak segara untuk mencapai kesepakatan membebaskan 59 sandera, tanpa penundaan, meski harus dibayar dengan gencatan senjata”.