Pesan Penting Prof Quraish Shihab terkait Guru Tua Habib Idrus bin Salim Aljufri
REPUBLIKA.CO.ID, PALU — Haul Guru Tua menjadi wadah pembelajaran bagi semua warga negeri. Dalam kesempatan itu, cendekiawan ahli tafsir Alquran Prof M Quraish Shihab menjelaskan betapa banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari perjalanan hidup Guru Tua Habib Idrus bin Salim Aljufri.
Bapak presenter kondang Najwa Shihab itu menyatakan semangat toleransi yang diajarkan pendiri Alkhairaat, Habib Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua wajib jadi pelajaran hidup.
“Toleransi adalah jiwa dari ajaran agama-agama. Toleransi perlu kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya dalam ceramah pada peringatan Haul Guru Tua ke-57 di Kota Palu, beberapa waktu lalu.
Penulis Kitab Tafsir Al-Quran ‘Almisbah’ itu hadir secara daring memberikan tausiyah selama lima menit.
Dia menjelaskan berdasarkan salah satu riwayat, ketika Guru Tua pergi ke pedesaan bertemu dengan serombongan mobil dari kelompok misi agama lain yang mogok. Guru Tua kala itu berhenti dan menawarkan anggota misi itu naik mobil dengan beliau, karena arah tujuan mereka sama.
Lanjut dia, pelajaran lain yang wajib digugu dan ditiru, dimana Guru Tua telah mendirikan ribuan sekolah-sekolah Alkhairaat. Guru Tua saat mengajar tidak memperoleh materi. Pemenuhan kebutuhan hidupnya hanya melalui perdagangannya.
“Dan satu hal yang menarik, beliau ke pedesaan mengajar, bukan untuk mendapatkan rezeki pengajarannya. Di samping mengajar beliau berdagang. Sehingga beliau tidak mendapatkan materi dari mengajarnya,” ungkap Kiai Quraish.
Cendekiawan muslim Quraish Shihab (tengah). – (Antara/Wahyu Putro A)
Dalam ceramahnya, KH Quraish Shihab menyinggung adanya suara sumbang pada akhir-akhir ini terhadap kepahlawanan Guru Tua. Dia mengibaratkan kelompok tersebut seperti keledai yang ingin menabrak tembok terbuat dari baja.
“Akhir-akhir ini ada terdengar suara sumbang menyangkut beliau. Akhir-akhir ini terdengar seakan-akan beliau tidak terlibat dalam upaya-upaya mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Saudara. Bagi saya, keadaan mereka yang ingin mencederai kepahlawanan dari Habib Idrus bin Salim Aljufri, saya ibaratkan dia seperti keledai yang ingin menabrak tembok terdiri dari baja. Tembak tidak terpengaruh, tapi tanduk keledainya akan patah,” ungkapnya.
Dia memberikan pesan, biarkan mereka mengoceh. Lalu biarkan pula mereka mempelajari dengan jauh siapa sosok Guru Tau. Bila memang mereka tulus dan objektif, maka pada akhirnya mereka akan menganggap Guru Tua adalah salah satu tokoh yang wajar jadi teladan, dan wajar kita ikuti langkah-langkahnya dari berbagai bidang.
Libatkan non-Muslim: inspirasi toleransi
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah (Sulteng) dan pemuda lintas agama menyiapkan posko khusus makanan dan minuman gratis di Haul ke-57 Sis Al-Jufri atau Guru Tua di Kota Palu.
“Haul Guru Tua jatuh pada 13 Syawal 1446 Hijriah atau Sabtu 12 April 2025, maka kami ikut berpartisipasi,” kata Ketua FKUB Sulteng Zainal Abidin di Palu, Rabu.
Ia menjelaskan tokoh-tokoh lintas agama turun langsung dalam kegiatan ini. Pelibatan tokoh lintas agama, kata dia, bentuk penghormatan atas nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh Guru Tua semasa hidupnya.
“Guru Tua sosok yang mengajarkan pentingnya saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama. Hal ini sejalan dengan semangat menjaga kerukunan dan toleransi antar umat beragama yang terus kami gaungkan selama ini,” ujarnya.
Ia mengemukakan FKUB juga menyuarakan dukungan penuh terhadap pengakuan Guru Tua sebagai Pahlawan Nasional yang sedang berproses di Kementerian Sosial RI.
Menurut Zainal yang juga Rais Suriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Guru Tua berjasa membangun dunia pendidikan di provinsi ini dan di kawasan Timur Indonesia.
Ia juga menjelaskan FKUB memiliki slogan “Bahagia Beragama dan Beragama Bahagia” akan terus dikampanyekan dan dilaksanakan dalam berbagai bentuk program dan kegiatan.
”Mengajak seluruh tokoh lintas agama untuk bersama-sama menyukseskan haul Guru Tua. Partisipasi FKUB Sulawesi Tengah dalam Haul Guru Tua telah menjadi agenda tahunan,” ucapnya.
Lebih lanjut, kata dia, pembagian konsumsi tersebut melibatkan langsung pemuda lintas agama tergabung dalam FKUB Sulteng.
Kehadiran mereka diharapkan memberikan semangat kebersamaan dan solidaritas antarumat beragama, sekaligus menunjukkan bahwa kerukunan adalah fondasi penting bagi kedamaian dan pembangunan.
”Kami mengajak seluruh elemen masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama untuk turut serta dalam merayakan warisan perjuangan Guru Tua,” kata dia.
Ia menambahkan nilai-nilai universal yang diajarkan Guru Tua menjadi sarana persatuan dalam membangun masa depan daerah yang inklusif dan harmonis.