Tujuh Raksasa Teknologi AS Raup USD 1,5 Triliun Usai Trump Tunda Tarif
Saham-saham raksasa teknologi AS atau istilahnya ‘Magnificent Seven’ mencatat lonjakan valuasi lebih dari USD 1,5 triliun pada Rabu (9/4), setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan jeda selama 90 hari terhadap tarif impor terbarunya.
Kebijakan tersebut meringankan tekanan perusahaan-perusahaan raksasa teknologi yang sempat terpukul dalam beberapa sesi sebelumnya.
Kendati demikian, kenaikan ini belum mampu menutup kerugian gabungan senilai USD 3,4 triliun yang dialami perusahaan-perusahaan tersebut sejak puncaknya pada akhir 2024.
Sekitar USD 2 triliun dari kerugian itu terjadi hanya dalam sepekan terakhir, usai Trump memberlakukan tarif terhadap impor dari sejumlah negara, termasuk China yang merupakan pasar utama dan pengekspor produk teknologi.
Namun, jeda tarif ini memberi investor alasan untuk kembali mengoleksi saham-saham teknologi mahal tersebut, yang sebelumnya dihargai tinggi seiring investasi besar-besaran perusahaan dalam pengembangan infrastruktur kecerdasan buatan (AI).
“Jeda ini diharapkan memberi ruang bagi para CFO dan COO untuk melanjutkan rencana ekspansi terkait AI yang sebelumnya tertunda karena gesekan perdagangan, khususnya karena impor chip AI dan perangkat keras khusus seperti dari Taiwan atau Korea Selatan yang berisiko terkena tarif,” ujar Michael Ashley Schulman, Chief Investment Officer di Running Point Capital, yang memiliki eksposur terhadap saham Magnificent Seven melalui dana dan klien keluarga.
“Ambisi AI dari perusahaan-perusahaan Big Tech membutuhkan belanja modal yang sangat besar, tenaga kerja lintas negara, serta ketergantungan pada perangkat keras kompleks,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa kepastian tarif sangat penting untuk mengurangi ketidakpastian dalam penyusunan anggaran. Meskipun jeda ini memungkinkan perusahaan kembali ke perencanaan strategis, prospeknya masih belum sepenuhnya jelas.
Saham dari tujuh perusahaan tersebut adalah Nvidia, Apple, Tesla, Microsoft, Alphabet, Meta, dan Amazon yang ditutup menguat antara 9,68 persen hingga 22,69 persen, memicu reli pasar yang mendorong indeks Nasdaq naik lebih dari 12 persen.
Selain mengguncang pasar, kebijakan tarif telah membayangi rencana belanja bisnis terhadap alat dan layanan berbasis AI yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan teknologi tersebut. Wall Street diperkirakan akan mencermati anggaran dan pengeluaran perusahaan saat laporan keuangan kuartalan mulai dirilis akhir bulan ini.
Alphabet, pada Rabu (9/4), menegaskan kembali rencananya untuk menggelontorkan sekitar USD 75 miliar tahun ini guna membangun kapasitas pusat data, sementara Microsoft menyatakan berada di jalur untuk menginvestasikan miliaran dolar demi pengembangan infrastruktur data center-nya.
“Investasi ini berdasarkan pada sinyal permintaan jangka pendek dan jangka panjang,” sebut Microsoft dalam pernyataan pada Selasa (8/4).
Trump, pada Rabu (9/4), menyatakan akan menunda sebagian besar tarif barunya selama 90 hari, meskipun ia tetap menaikkan tarif terhadap impor dari China. Keputusan mendadaknya ini muncul kurang dari 24 jam setelah tarif tinggi baru diberlakukan untuk puluhan mitra dagang.
Ia juga mengumumkan bahwa tarif terhadap produk impor dari China akan dinaikkan menjadi 125 persen dari sebelumnya 104 persen yang berlaku sejak tengah malam. Di saat bersamaan, tarif terhadap negara lain yang juga terkena kebijakan tarif baru akan diturunkan.