Informasi Terpercaya Masa Kini

Meski Harus Berdesakan, KRL Tetap Jadi Pilihan Para ‘Anker’ Buat Pulang ke Rumah

0 20

Matahari semakin bergeser ke ufuk barat. Langit senja memayungi Stasiun Manggarai sore hari, Kamis (10/4).

Sore itu, Stasiun Manggarai semakin ramai dipenuhi penumpang yang ingin pulang. Mereka berlomba-lomba naik ke gerbong kereta agar bisa cepat sampai di rumah,

Namun untuk bisa pulang tetap perlu perjuangan. Para ‘Anak Kereta’ atau yang biasa dikenal Anker itu harus berjibaku, berlomba-lomba masuk ke gerbong kereta yang padat penumpang.

Begitu berhasil masuk, mereka harus memantapkan posisi agar tubuh tak mudah terdorong-dorong.

Kondisi ini setiap hari dialami oleh Sasa (20), mahasiswi yang menyambung kereta 3 kali dari Stasiun Poris untuk sampai kampusnya di kawasan Depok. d

Meski begitu, Sasa tak keberatan. Asalnya bisa sampai ke rumah dengan cepat dan ongkos yang dikeluarkan murah.

Dia mengaku hanya mengeluarkan biaya kurang lebih Rp 10 ribu untuk pergi-pulang.

“Masalah biaya jauh banget sih [lebih murah dibanding naik transportasi lain]. Terus kayak bisa ada space buat diri sendiri gitu, enggak capek harus ngendarain, enggak capek harus mikir di jalan gimana-gimana, tinggal naik aja,” ujarnya.

Setelah 3 tahun menjadi anak kereta, dia mengaku sudah ‘mati rasa’ terhadap kondisi berdesak-desakan. Baginya hal itu sudah menjadi kebiasaan saja.

“Tapi mungkin karena udah biasa. Udah biasa aja,” katanya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Muhammad Rizki Ramdani (23). Pria yang bekerja sebagai translator bahasa Jepang itu naik kereta dari Lenteng Agung hingga Palmerah agar bisa sampai ke rumah. Stasiun Manggarai merupakan stasiun transit.

“Lebih cepet (sampai rumah), murah juga,” tuturnya.

Bahkan dia terkadang melewatkan sejumlah rangkaian kereta, bila kereta terlalu penuh.

“Cuma kalau lagi rame ya gitu. Kalau udah penuh suka nggak bisa dipaksain. Kalau capek banget suka sekip 1-2 kereta,” ucapnya.

Leave a comment