Informasi Terpercaya Masa Kini

Pulang Mudik dari Kuningan Dapat 1-M?

0 15

               Tidak seru rasanya andai di hari raya tidak pulang kampung. Tidak akan ada kenangan manis bersama keluarga. Tidak akan dapat oleh-oleh. Berlebaran di kampung halaman akan menciptakan sensasi yang berbeda. Bersua dengan orang tua, saudara dan teman lama adalah hal paling dinantikan. Tak heran, seberapapun beratnya mudik akan tetap dilakukan menjelang hari raya oleh sebagian besar kaum muslim — terutama di Indonesia ini.

               Libur lebaran benar-benar dimanfaatkan oleh kebanyakan orang untuk mudik ke kampung halaman. Mengambil resiko dengan membawa seluruh anggota keluarga beserta barang-barang pribadi dan oleh-oleh ternyata bukanlah masalah utama. Yang penting bisa mudik, maka urusan beres. Hal yang sama terjadi pula saat pulang kembali ke rumah di perantauan. Bahkan lebih parah. Tentengan yang dibawa jumlahnya berkali lipat. Ya, biasanya segala jenis oleh-oleh khas kampung halaman akan dibawa serta saat kembali.

               Keluarga mana yang akan membiarkan sanak saudaranya kembali  ke rantau tanpa menenteng oleh-oleh? Sepertinya jarang sekali terjadi. Di Kuningan misalnya — balik ke kota usai mudik tanpa peuyeum, kwecang, leupeut, gemblong, opak dan yang lainnya — akan terasa hampa. Minimal salah satu dari daftar nama makanan tadi harus menemani pemudik balik ke rantau.

               Peuyeum —  sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan (tape ketan), pada umumnya berwarna hijau dan dibungkus daun jambu air — menjadi nominasi utama makanan yang harus ada dalam daftar oleh-oleh. Makanan hasil fermentasi ragi ini memiliki rasa manis dengan kandungan air yang tinggi. Penjual oleh-oleh biasanya mengemasnya dalam sebuah ember hitam berbagai ukuran yang dapat memuat 50-100 bungkus peuyeum. Pengemasan dalam ember ini mempermudah pembeli menenteng peuyeum tanpa takut tumpah. Di samping itu, wadah tertutup dalam ember juga akan mampu menjaga kualitas peuyeum — fermentasi akan terjadi dengan baik tanpa terganggu. Karena hal inilah, pemudik dari Kuningan akan mendapat istilah baru: Berapa M kamu dapat dari Kuningan? 1-M, 2-M atau 10-M? Silakan bawa semampunya, mau 100-M — alias 100 ember juga boleh. Asal jangan lupa bayar, ya. Jadi, jangan berpikir dapat uang milyaran, ya.

               Selain ember, peuyeum juga dikemas dalam wadah lain. Partai kecil biasanya dibungkus dengan plastik mika. Lebih besar dari mika, dibungkus dengan toples plastik. Sedangkan peuyeum dalam ember tentu muat lebih banyak, tergantung dari ukuran embernya sendiri.

               Mengamati pemudik yang balik ke perantauan dengan tetek bengek perintilannya, ada juga yang menarik perhatian. Seperti yang terlihat di Terminal Bus Kertawangunan kemarin pada H+5 lebaran, selain peuyeum beberapa pemudik juga ternyata membawa karung. Isinya ternyata beras. Sedikit mengherankan juga, masalahnya beras dapat dibeli di mana saja apalagi di kota. Namun setelah di-survey mereka mengatakan “Beas ti Kuningan mah enak tuda” (Beras dari Kuningan itu enak). Ingat, ini bukan tentang beras terbuat dari kuningan, ya. Pastinya keras! Hehe…

               Kesimpulannya, kalau pulang mudik dari Kuningan jangan lupa menenteng embe, ya. Ember dan beas.

               Selamat jalan para pemudik. Hati-hati di jalan. Jaga diri dan keluarga. Awas oleh-olehnya ketinggalan! (YR)

Catatan:

Kwecang: penganan dari ketan yang dikukus dan dibungkus daun bambu, tidak ada tambahan perasa, teksturnya kenyal. Kwecang mirip bakcang.Leupeut: penganan terbuat dari ketan dan kelapa parut, sebagian ada yang menambahkan kacang tanah sebagai variasi, diberi garam kemudian dibungkus daun kelapa muda, berbentuk silinder, diikat dengan tali dari bamboo kemudian dikukus.Gemblong: sejenis kripik dari singkong parut, rasanya gurih. Enak buat pelengkap makan bakso.Opak: sejenis kerupuk dari tepung ketan/beras, dibumbui garam, gula dan kelapa parut.  Bentuknya bulat dan besar. Ada juga yang tipis, lebih krispi, berbentuk segiempat.

Leave a comment