Informasi Terpercaya Masa Kini

Mitos Pernikahan Adat Sunda dan Betawi, Ada Larangan Tertentu?

0 17

Di Indonesia, mitos mengenai pernikahan masih cukup banyak dipercayai oleh masyarakatnya. Biasanya terkait dengan hal apa yang pantang dilakukan dalam prosesi pernikahan, maupun bentuk larangan menikah dengan suku tertentu, yang berakar dari kepercayaan yang telah diwariskan secara turun temurun.

Apabila beberapa larangan yang telah ditetapkan itu dilanggar, maka ada konsekuensi negatif yang dipercaya akan menghampiri rumah tangga pengantin. Salah satu mitos pernikahan antarsuku yang paling terkenal ialah larangan pernikahan antara orang Sunda dan Jawa, yang ditengarai akibat sejarah di masa lalu.

Namun, bagaimana dengan suku lainnya, seperti halnya pernikahan suku Sunda dan Betawi, terlebih keduanya memiliki kekerabatan etnis yang dekat? Adakah mitos pernikahan adat Sunda dan Betawi? Berikut jawabannya untukmu. Check this out!

Mitos pernikahan Sunda dan Betawi

Suku Sunda merupakan salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia, yang menempati pulau Jawa bagian barat. Urang Sunda (Julukan bagi orang-orang Sunda) memiliki tradisi yang masih dilestarikan hingga hari ini. Mulai dari keseniannya, busana khasnya, tradisi dalam menyambut hari-hari besar, hingga tradisi di dalam prosesi pernikahan adatnya.

Suku Sunda meyakini jika ada beberapa hal yang patut diperhatikan calon pengantin dalam melangsungkan pernikahan. Seperti halnya menghindari waktu tertentu ketika menggelar pernikahan, hingga terkait pemilihan pasangan. Beberapa masyarakat Sunda masih ada yang memegang kepercayaan bahwa orang Sunda sebaiknya tidak menikah dengan orang Jawa, yang ternyata hanyalah didasarkan oleh mitos semata. 

Namun, tidak ada larangan ataupun mitos ketika orang Sunda menikah dengan seseorang dari salah satu etnis terdekat mereka, yakni suku Betawi.

Sama-sama menempati pulau Jawa, suku Betawi mempunyai kekerabatan etnis yang erat dengan suku Sunda. Suku Betawi pun mempunyai beberapa tradisi yang mirip dengan suku Sunda, terlebih di masa lampau, wilayah Jakarta yang merupakan tempat tinggal asli suku Betawi, adalah bagian dari Kerajaan Sunda.

Kendati tidak memiliki mitos atau larangan tertentu ketika orang Sunda menikah dengan orang Betawi, ada beberapa mitos yang masih cukup mengakar kuat di dalam adat Sunda, maupun Betawi terkait pernikahan. Berikut ulasan lengkapnya.

Mitos pernikahan adat Sunda

Di dalam adat Sunda, terdapat beberapa pantangan terkait pernikahan yang masih dipercaya oleh beberapa kalangan di dalam masyarakatnya. Kepercayaan mengenai hal ini didasarkan oleh sejarah, maupun mitos yang berkembang. Berikut penjelasannya.

1. Larangan menikah dengan orang Jawa

Yang pertama adalah mitos yang paling populer di Tanah Sunda, yakni larangan menikah dengan seseorang yang berasal dari suku Jawa. Munculnya mitos ini disebut berasal dari sejarah di masa lalu, lebih tepatnya kejadian Perang Bubat pada tahun 1357 Masehi.

Menurut sebuah versi, diceritakan bahwa saat itu Kerajaan Majapahit yang terletak di wilayah Jawa Timur mendengar kabar tentang kecantikan putri dari Raja Sunda, Prabu Linggabuana, yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi. Sang Raja Majapahit, Hayam Wuruk pun lantas mengirimkan utusan kepada Kerajaan Sunda untuk menyampaikan keinginannya memperistri sang putri raja Sunda tersebut.

Merasa terhormat akan lamaran Hayam Wuruk, rombongan Kerajaan Sunda pun kemudian bertolak ke Majapahit, di mana Raja Majapahit disebut akan menyambut mereka di persinggahan Bubat. Namun, sesampainya rombongan Kerajaan Sunda, tidak ada penyambutan apa pun dari pihak Kerajaan Majapahit.

Usut punya usut, mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada menentang acara penyambutan itu, sebab dianggap merendahkan harkat martabat Kerajaan Majapahit. 

Konflik pun mulai terjadi, ketika Gajah Mada meminta Kerajaan Sunda untuk takluk di bawah Kerajaan Majapahit. Karena kala itu, diketahui hanya Kerajaan Sunda lah yang belum tunduk kepada Kerajaan Majapahit. Hal ini menimbulkan kemarahan dari Kerajaan Sunda, hingga menimbulkan peperangan yang menewaskan seluruh rombongan Kerajaan Sunda.

Hayam Wuruk yang mengetahui hal ini setelah perang terjadi, merasakan duka yang amat mendalam. Ia pun tak henti-hentinya mengirimkan surat permohonan maaf kepada Kerajaan Sunda. Akhirnya, menyusul kepergian sang Raja pada tahun 1389 Masehi, Majapahit pun mengalami keruntuhan kejayaannya.

Kejadian inilah yang pada akhirnya memunculkan mitos larangan pernikahan antara orang Sunda dan Jawa.

2. Pantangan menjahit baju pernikahan sendiri

Menurut budaya Sunda, seorang mempelai pengantin tidak diperkenankan untuk menjahit baju pernikahannya sendiri. Sebab, diyakini bahwa setiap jahitan baju yang dilakukan, akan berubah menjadi jumlah tetesan air mata yang keluar di dalam pernikahan.

3. Larangan memakan sirih lamaran

Dalam pernikahan adat Sunda, terdapat tradisi di mana calon pengantin laki-laki akan memberikan sirih kepada calon pengantin perempuan, sebagai wujud rasa rindunya. Akan tetapi, calon pengantin perempuan tidak diperkenankan untuk memakan sirih tersebut. Karena, apabila tetap memakannya, dipercaya ia akan datang bulan di hari pernikahannya.

4. Larangan menikah di bulan Safar

Mitos lainnya yakni larangan menikah di bulan Safar, yang merupakan bulan kedua di dalam kalender Islam. Pernikahan yang dilakukan di bulan ini dianggap pamali atau tabu untuk dilakukan, karena dianggap dapat membawa ketidakberuntungan dalam pernikahan.

Kendati demikian, hal ini hanyalah berakar dari kepercayaan di tengah masyarakat Sunda, yang tidak memiliki dasar atau landasan pelarangan yang jelas.

Mitos pernikahan adat Betawi

Setelah mengetahui beberapa mitos ataupun larangan di dalam tradisi pernikahan adat Sunda, berikut adalah mitos pernikahan di dalam adat Betawi.

1. Calon pengantin perempuan tidak boleh mandi dan berganti pakaian di masa ‘dipiare

Dipiare merupakan masa perawatan calon pengantin perempuan sebelum melangsungkan pernikahan. Di dalam periode dipiare, calon pengantin perempuan akan melakukan berbagai hal demi merawat kesehatan dan kecantikannya, dibantu oleh seorang tukang piare atau juru rias. Salah satu pantangan saat dipiare adalah mandi maupun berganti pakaian, kecuali pakaian dalam, serta melakukan aktivitas berat.

2. Larangan calon pengantin perempuan untuk makan makanan tertentu

Calon pengantin perempuan juga mempunyai pantangan untuk makan makanan tertentu sebelum pernikahannya digelar, contohnya adalah makanan yang mengandung garam. Hal ini bertujuan supaya ia tidak merasa gerah, maupun berkeringat terlalu banyak.

Nah, setelah membaca informasi di atas, tentunya kamu jadi semakin paham, kan mengenai mitos pernikahan adat Sunda dan Betawi. Semoga bermanfaat untukmu ya, Bela!

Baca Juga: Mitos Pernikahan Adat Sunda dan Jawa, Benarkah Tak Harmonis?

Baca Juga: Mitos Pernikahan Anak Pertama dan Anak Pertama, Nggak Harmonis?

Baca Juga: 10 Mitos Tentang Jodoh yang Masih Dipercaya, Apa Saja?

Leave a comment