Informasi Terpercaya Masa Kini

Nasihat Warren Buffet agar Tetap Tenang Saat Bursa Saham Terjungkal

0 9

KOMPAS.com-Pasar saham Amerika Serikat (AS) anjlok tajam pada Kamis (3/4/2025) waktu setempat, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan rencana pemberlakuan tarif baru sebesar 10 persen untuk seluruh mitra dagangnya.

Ia juga mengisyaratkan tarif lebih tinggi bagi negara-negara yang mencatatkan defisit perdagangan dengan AS.

Indeks S&P 500, yang menjadi tolok ukur utama pergerakan pasar saham AS, turun lebih dari 11 persen dari rekor tertingginya pada Februari.

Penurunan ini menempatkan S&P 500 dalam kondisi koreksi, yakni ketika indeks turun minimal 10 persen dari posisi tertingginya.

Baca juga: Tarif Impor Donald Trump Berisiko Bikin Rupiah Melemah

Kebijakan tarif Trump menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan ekonom.

Mereka cemas hal ini dapat memicu perang dagang dan memicu inflasi, yang pada akhirnya bisa menyeret perekonomian AS ke arah perlambatan. Jika resesi benar-benar mendekat, aksi jual besar-besaran bisa terjadi kapan saja.

Warren Buffett, investor kawakan dan pimpinan Berkshire Hathaway, pernah mengingatkan soal ketidakpastian semacam ini.

“Tidak ada yang tahu seberapa jauh saham dapat jatuh dalam waktu singkat,” tulis Buffett dalam surat tahunan untuk para pemegang saham pada 2017, dilansir CNBC.

Namun ia juga mengajak investor untuk tetap tenang dan bersikap rasional. Dalam surat yang sama, Buffett mengutip puisi klasik “If” karya Rudyard Kipling, yang ditulis pada 1895.

Jika Anda dapat tetap tenang saat semua orang di sekitar Anda kehilangan ketenangan mereka… Jika Anda dapat menunggu dan tidak lelah menunggu… Jika Anda dapat berpikir — dan tidak menjadikan pikiran sebagai tujuan Anda… Jika Anda dapat memercayai diri sendiri saat semua orang meragukan Anda… Bumi dan segala isinya adalah milik Anda.

Baca juga: Tarif Impor Trump Dinilai Bakal Beri Dampak Relatif Moderat ke Indonesia

Kenapa Menjaga Ketenangan Bisa Berbuah Hasil

Penurunan tajam seperti yang terjadi pada 2007 hingga 2009, ketika S&P 500 kehilangan lebih dari 50 persen nilainya, memang sangat menguji mental investor. Namun itu tergolong jarang.

Faktanya, koreksi pasar bukanlah hal baru.

Menurut Baird Private Wealth Management, sejak 1980 sudah terjadi 21 kali penurunan sebesar 10 persen atau lebih di indeks S&P 500. Rata-rata penurunan dalam satu tahun (intra-year decline) mencapai 14 persen.

Namun, banyak investor tak tahu apakah penurunan akan berakhir atau justru memburuk. Ketidakpastian inilah yang membuat pasar sulit diprediksi.

“Tidak seorang pun dapat memberi tahu Anda kapan ini akan terjadi,” tulis Buffett. “Lampu dapat berubah dari hijau menjadi merah kapan saja tanpa berhenti di kuning.”

Meski begitu, apakah penurunan hanya berlangsung singkat atau terasa panjang dan menyakitkan, Buffett menekankan pentingnya tetap konsisten.

Investor disarankan tetap berpegang pada rencana jangka panjang dan terus melakukan investasi. Menurut Buffett, setiap penurunan adalah “peluang luar biasa.”

Mengapa demikian?

 

Secara historis, pasar selalu kembali bangkit. Berdasarkan data Hartford Funds, sejak 1928, pasar rata-rata membutuhkan waktu kurang dari 10 bulan untuk pulih dari penurunan sebesar 20 persen atau lebih.

Dalam jangka waktu investasi yang biasanya berlangsung puluhan tahun, durasi itu tergolong singkat.

Ketika pasar melemah, teruslah berinvestasi secara rutin. Artinya, Anda membeli saham dalam kondisi diskon. Jika portofolio Anda cukup terdiversifikasi, penurunan harga akan memberi peluang mendapatkan saham dengan valuasi yang lebih murah.

Baca juga: 7 Kebiasaan Hemat ala Warren Buffett yang Bisa Kita Pelajari

Kuncinya, tetap fokus pada tujuan jangka panjang. Abaikan berita-berita yang menakutkan. Seperti pesan Kipling dalam puisinya, tetaplah berpikir jernih dan jangan mudah goyah.

Apakah dengan begitu Anda akan memiliki “Bumi dan segala isinya”? Mungkin tidak. Tapi Anda kemungkinan besar bisa meningkatkan kekayaan Anda dalam jangka panjang.

Sikap ini juga tercermin dalam kutipan Buffett pada surat tahun 2009, ketika pasar baru saja pulih dari krisis finansial global.

“Peluang besar jarang datang. Saat hujan emas, ambil ember, bukan bidal.”

Leave a comment