Indonesia Surplus 5 Miliar Telur Ayam Per Bulan, akan Diekspor ke AS
JAKARTA, KOMPAS.com – Kementerian Pertanian (Kementan) memfasilitasi ekspor 1,6 juta butir telur ayam konsumsi per bulan ke Amerika Serikat (AS) setelah produksi nasional mengalami surplus 288,7 ribu ton atau sekitar 5 miliar butir setiap bulan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Agung Suganda menjelaskan, Indonesia berpeluang menjadi pemasok telur ke negara-negara yang mengalami gangguan produksi akibat wabah flu burung Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI), termasuk AS.
“Kami terus mendorong peningkatan ekspor dengan memastikan standar kualitas, keamanan pangan, dan persyaratan negara tujuan terpenuhi,” ujar Agung, Sabtu (29/3/2025), seperti dilansir Antara.
Baca juga: Harga Pangan Hari Ini: Cabai Rawit Merah Rp 87.500, Telur Ayam Rp 35.450
Saat ini, harga telur di AS melonjak hingga 4,11 dolar AS per lusin atau sekitar Rp68 ribu akibat defisit produksi.
Sebagai tahap awal, ekspor 1,6 juta butir per bulan tengah dalam proses penjajakan dan pemenuhan protokol ekspor.
Sebelumnya, Indonesia telah mengekspor telur konsumsi ke Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA).
Agung menekankan, telur yang diekspor harus memenuhi standar ketat dari Food and Drug Administration (FDA) AS, termasuk:
-Bebas Salmonella
-Tidak mengandung residu antibiotik
-Memiliki kualitas tinggi sesuai standar keamanan pangan AS
Baca juga: Pemerintah Pastikan Stok Harga Ayam dan Telur Aman Saat Ramadhan 2025
Ia juga memastikan ekspor ini tidak akan mengganggu pasokan dalam negeri. Pemerintah tetap memprioritaskan kebutuhan domestik agar harga tetap stabil.
“Ekspor dilakukan tanpa mengganggu pasokan dan stabilitas harga di pasar dalam negeri,” kata Agung.
Pada 2025, produksi telur nasional diperkirakan mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhan domestik sekitar 6,2 juta ton, sehingga ada potensi surplus 288,7 ribu ton.
Dukungan dari Pelaku Usaha
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) Ahmad Dawami mendukung penuh ekspor telur ke AS.
Menurutnya, kapasitas produksi nasional memungkinkan pengiriman hingga 160 juta butir per bulan tanpa mengganggu kebutuhan dalam negeri.
“Indonesia sangat bisa ekspor 1,6 juta butir per bulan. Kalau bisa 16 juta atau 160 juta butir malah lebih bagus,” ujar Dawami.
Namun, ia mengingatkan bahwa ekspor telur ke AS tidak mudah karena harus memenuhi berbagai persyaratan yang ketat.
“Ekspor tidak segampang itu karena ada banyak syarat yang harus dipenuhi,” kata Dawami.
Kementan memastikan akan terus membantu pelaku usaha memenuhi standar ekspor, mulai dari kualitas hingga keamanan pangan.
“Kami siap bekerja sama dengan berbagai pihak agar ekspor telur ini berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi peternak, pelaku usaha, serta perekonomian nasional,” kata Agung.