JAKARTA, KOMPAS.com – Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI, Royke Tumilaar, telah diberhentikan dari jabatannya melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan BNI yang diselenggarakan pada Rabu (26/3/2025).
Royke sendiri diketahui telah berkarier sebagai bankir selama 37 tahun.
Ia memiliki beberapa kegiatan yang ingin dilakukan setelah tidak lagi menjabat sebagai Direktur Utama BNI. “Aku pengen golf, hari kerja. Mudah-mudahan cepet punya cucu,” ungkapnya.
Selain itu, pekerjaan rumah BNI masih terkait dengan tingkat likuiditas.
Baca juga: Lepas Jabatan Dirut, Royke Tumilaar Beberkan PR BNI ke Depan
Secara global, kondisi saat ini masih menunjukkan volatilitas dan ketidakpastian ekonomi.
Di sisi lain, kebutuhan dollar AS di perbankan yang perlu disalurkan ke proyek-proyek hilirisasi juga masih tinggi.
“Sementara perbankan ini rata-rata LDR-nya tinggi (Loan to Deposit Ratio), jadi kan harus menaikkan DPK (Dana Pihak Ketiga),” tutur dia.
Royke menjelaskan bahwa perbankan perlu mencari sumber-sumber untuk mengumpulkan DPK.
Salah satu katalis yang dapat menumbuhkan DPK adalah adanya pengeluaran pemerintah yang cepat.
“Duit muter, keluar dari pemerintah ke masyarakat, masyarakat itu akan jadi sumber DPK baru,” terangnya.
Baca juga: Kata Sunarso Setelah Tak Lagi Jadi Dirut BRI: Momong Cucu…
Sementara itu, pekerjaan rumah kedua bagi BNI adalah untuk dapat lebih cepat mencari pendanaan dollar AS demi memenuhi kebutuhan ke depan.
“Jadi masalah LDR likuiditas itu masih jadi nomor satu, karena semua cost of fund-nya kena, begitu likuiditas tinggi, cost naik,” ujarnya.
Sebagai informasi, RUPST BNI telah memberhentikan Royke Tumilaar dari jabatannya sebagai Direktur Utama BNI setelah masa jabatannya habis tahun ini.
Hal tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan yang diselenggarakan pada Rabu (26/3/2025).
Baca juga: Dirut BNI Sebut Penugasan Pemerintah Tak Bakal Ganggu Profitabilitas Bank