Informasi Terpercaya Masa Kini

Sensasi Mudik Naik Kereta Melintasi Selat Sunda

0 4

Seperti yang diceritakan Zhian Syauqi Al-Fatih 

Zhian, cucu saya, adalah salah satu dari 100 pemenang dalam lomba menulis puisi memperingati 100 Tahun Kemerdekaan Indonesia tahun 2045 yang diadakan PT KAI (Kereta Api Indonesia). Hadiahnya adalah tiket gratis mudik pulang-pergi. Tak terbatas tujuan kota mudik, maksudnya kota tujuan dapat dipilih. Selain itu juga dapat makan-minum gratis selama perjalanan dan uang saku sebesar 25 Aseano — sekitar 10 juta rupiah uang sekarang. Aseano adalah mata uang tunggal negara-negara Asean plus Australia.

Cucu saya memilih mudik ke Lampung karena ingin mencoba sensasi melintas di atas laut, membelah Selat Sunda. Jembatan Selat Sunda ini diresmikan tiga bulan menjelang hari ulang tahun ke-100 Kemerdekaan Indonesia tahun 2045. Diresmikan Presiden Firdaus, presiden yang menjabat saat itu. Kebetulan Bulan Ramadan jatuh sekitar bulan Juli sampai awal Agustus.

Jembatan Selat Sunda merupakan proyek ambisius yang menghubungkan Jawa-Sumatera yang peletakan batu pertamanya dilakukan Presiden Prabowo pada tahun 2028. Jembatan Selat Sunda ini selain jalur kereta ada juga jalur untuk kendaraan roda empat atau lebih. Target waktu pengerjaan selama 20 tahun ternyata dapat dipercepat hanya sekitar 17 tahun, tepat pada satu abad Hari Kemerdekaan Indonesia.

***

Zhian naik dari Stasiun Serang, sebuah stasiun kereta modern dan terbesar di Banten. Stasiun ini juga menjadi titik berangkat orang-orang di wilayah Banten yang akan menyeberang ke Sumatera. Ada juga kereta dari Jakarta dan timur Jawa, juga dari Denpasar, Bali (oh, ya, Jawa-Bali juga sudah terhubung dengan jembatan). Selain itu ada kereta supercepat Denpasar-Banda Aceh. Semuanya dikelola PT KAI.

Kereta berangkat tepat waktu. Pun begitu para penumpangnya begitu disiplin. Tidak ada namanya saat masuk gerbong berdesak-desakan. Jadwal keberangkatan untuk jarak jauh tiap lima jam sekali. Sedang jarak dekat tiap setengah sampai satu jam sekali. Rangkaian gerbong memang disediakan lebih dari cukup oleh pihak PT KAI. 

Kereta berangkat tepat pukul 17.30. Kenapa cucu saya memilih jam keberangkatan sore hari karena ingin melihat suasana senja, saat matahari terbenam di balik horison laut Selat Sunda. Memang ada kesengajaan dari pihak KAI nanti di tengah Selat Sunda kereta akan berhenti. Para penumpang diberi kesempatan selama kurang lebih 15 menit untuk keluar kereta, untuk berfoto-foto di tengah laut. Di tengah laut ada pemberhentian kereta dan mobil yang sangat besar. Bangunan megah dengan arsitektur futuristik. Selain sore kereta juga berhenti saat pagi hari, ketika matahari terbit.

Gerbong yang — cerita cucu saya — sangat bersih dan interior yang indah. Mengadopsi ornamen-ornamen budaya dari berbagai daerah seluruh Indonesia. Terdapat juga khusus gerbong untuk klinik kesehatan, dilengkapi peralatan modern. Ada perpustakaan, tempat untuk fitness. Dan fasilitas lain pada umumnya, seperti toilet yang bersih dan nyaman, tempat cas hp (atau laptop), dan sebagainya.

Tempat duduk yang lapang dan jarak antarkursi cukup lebar, kursi dapat di-stel ke posisi agak rebah hingga dapat istirahat tidur yang nyaman.

Pramugarinya ramah-ramah, makanannya enak (pada Bulan Ramadan diberi takjil dan makan sahur bila melewati tengah malam; gratis).

Untuk perjalanan minimal 10 jam dibuat grup WA dadakan yang adminnya petugas kereta itu sendiri. Nanti ada lomba-lomba kecil semacam membuat puisi, cerpen, dan lomba karaoke. Sepuluh peserta yang dinilai terbaik akan mendapat cendera mata berupa miniatur Jembatan Selat Sunda.

Kereta tiba di stasiun Bandar Lampung sekitar jam delapan malam. Dari sini cucu saya naik kereta api commuter line ke arah Pringsewu.

***

Demikianlah yang diceritakan cucu saya. Cucu saya ini datang dari masa depan (tahun 2045). Cucu saya ini menggunakan Mesin Waktu yang diciptakan ilmuwan Indonesia di Cilegon Valley. Sebuah kawasan sebagai pusat komputer dan semikonduktor terbesar di dunia.

Cucu saya ini memang sengaja menemui saya untuk bercerita pengalaman mudiknya dengan kereta menyusuri di atas laut Selat Sunda.

Kenapa ia punya niat begitu?

Ini bermula pada masa cucu saya berumur 20-an, tahun 2045.  Ia berselancar di internet dan  menemukan tulisan-tulisan saya di Blog Kompasiana. Kebetulan yang dilihatnya pada masa Ramadan tahun 2025. Ia membaca tantangan menulis dari Kompasiana selama Bulan Ramadan.

Cucu saya terheran-heran kenapa saya — kakeknya — tidak ikut. Bahkan tantangan menulis Mystery Topic bagaimana pengalaman mudik dengan kereta, kerja sama dengan PT KAI pun kakeknya tidak ikut. Akhirnya, lewat internet, dia tahu belum ada jalur kereta dari Jawa ke Sumatera.

Itu sebabnya ia menggunakan Mesin Waktu menemui saya, bercerita pengalaman mudik dengan kereta. Diharapkan saya bisa mengikuti Mystery  Topic dari Kompasiana.

Inilah artikelnya berdasarkan pengalaman cucu saya itu.

***

Lebakwana, Ramadan 1446

                       Maret 2025

Leave a comment