Informasi Terpercaya Masa Kini

Viral Puasa Cuma 1 Jam di Murmansk, Kenapa Durasi Puasa Tiap Negara Berbeda?

0 11

KOMPAS.com – Video seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Satria Malaca menjalani puasa selama satu jam di Murmansk, Rusia, menjadi perhatian.

Dalam video unggahannya di Instagram, Satria menjelaskan bahwa Murmansk mengalami waktu siang sang sangat singkat. Bahkan, pada beberapa kasus matahari sama sekali tidak terbit.

Baca juga: 5 Pola Makan Salah yang Perlu Dihindari Saat Puasa Menurut Dokter

“Kalau di sana musim dingin, ada yang namanya polar night, jadi matahari sama sekali tidak terbit. Jam 11 atau jam 12 siang itu masih gelap,” terang Satria seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Sejak diunggah pada 17 Desember 2024, video Satria telah ditonton lebih dari 7,4 juta kali.

Pada saat itu, Satria mengajak para pengunjung untuk berpuasa sunnah dan menghitung bahwa jarak waktu antara Subuh dan Magrib hanya sekitar 1 jam saja.

Sebagai informasi tambahan, Satria menjelaskan bahwa hal itu tidak berlaku setiap hari dan hanya terjadi pada musim dingin. Ketika puasa di musim panas, durasinya bahkan mencapai 23 jam.

“Kalau musim panas justru nggak ada malamnya, siang terus. Jadi jam 12 malam pun masih terang,” paparnya.

Selain Murmansk, Satria menjelaskan bahwa kota lain yang dekat dengan Kutub Utara juga mengalami hal serupa. Waktu ibadah di sana pun cenderung fluktuatif jika dibandingkan dengan negara lain.

“Waktu ibadah di sini sangat fluktuatif. Besok dan hari ini bisa sangat berbeda tergantung posisi matahari,” jelas Satria.

Mengapa durasi puasa di seluruh dunia berbeda?

Sebagai orang Indonesia yang terbiasa berpuasa sekitar 13 jam, maka selisih waktu dengan Satria mencapai 12 jam.

Perbedaan durasi setiap negara dalam berpuasa beragam karena posisi Bumi pada porosnya.

Selama ini, Bumi berotasi pada sumbu miring yang menyebabkan setiap wilayah punya jatahnya sendiri saat terbit fajar dan tenggelamnya matahari.

Semakin jauh letak geografis suatu negara dari khatulistiwa yang letaknya sama sepanjang tahun, siang dan malam di belahan bumi Utara dan Selatan punya durasi berbeda.

Baca juga: Tradisi Unik Puasa Ramadan di Berbagai Negara, Apa saja?

Berdasarkan buku Impact of Intermittent Dietary Restriction on the Health-related Outcomes of Faith-based Fasting (2020) oleh Abdelhadi Halawa, wilayah di sekitar khatulistiwa cenderung mendapatkan durasi puasa yang lebih stabil dan pendek.

Sedangkan negara di garis lintang utara dan selatan tergantung pada posisi terhadap matahari selama bulan Ramadhan.

Kota Murmansk sendiri berada di 68 derajat Lintang Utara, membuat durasi siang dan malam setiap harinya sangat dipengaruhi dengan gerak Matahari. 

Durasi puasa terpanjang dan terpendek di dunia

Selain Rusia, beberapa negara lain seperti Islandia, Greenland, dan Finlandia juga mempunyai durasi puasa terlama.

Dilansir dari Islam Channel, ketiga negara itu bisa mendapatkan jatah puasa mencapai 17 jam atau lebih.

Di Greenland, umat Islam berpuasa sekitar 17 jam dan hanya memiliki 7 jam untuk berbuka puasa.

Sebagai pembanding, jika di Indonesia orang mulai puasa dari jam 3 dan berbuka pada jam 6 sore.

Namun di Greenland, seseorang mulai puasa dari jam 3 pagi dan berbuka di jam 9 malam.

Berbanding terbalik dengan negara-negara di belahan bumi utara, negara di selatan mendapatkan durasi puasa yang lebih pendek.

Baca juga: Berolahraga saat Puasa, Bagaimana Cara Aman Melakukannya?

Seperti yang dikutip dari The National, umat Islam di Chili berpuasa sekitar 12 jam 44 menit. Hal serupa terjadi di negara-negara belahan bumi selatan khatulistiwa.

Meskipun demikian, durasi puasa akan terus berubah seusai dengan gerak semu matahari terhadap bumi.

Pada 2025 ini, negara-negara di belahan bumi utara mengalami durasi puasa yang lebih pendek karena bulan Ramadhan bertepatan dengan titik balik matahari musim dingin.

Situasi ini membuat durasi siang mereka lebih cepat dari biasanya.

Leave a comment