Informasi Terpercaya Masa Kini

Dampak Cancel Culture, Ancaman Nyata di Indonesia

0 60

Lyfe – Dampak Cancel culture telah menjadi perbincangan hangat dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan meningkatnya penggunaan media sosial sebagai alat utama dalam membentuk opini publik. Fenomena ini merujuk pada boikot atau penghukuman sosial terhadap individu atau kelompok yang dianggap melakukan kesalahan atau melanggar norma tertentu. 

Namun, benarkah cancel culture benar-benar sudah terjadi di Indonesia? Apakah ini sekadar fenomena sementara atau akan terus berkembang dan memberikan dampak lebih luas?

Cancel culture di Indonesia berkembang dengan dampak pada kebebasan berekspresi, industri kreatif, dan perpecahan sosial. Bijak bermedia sosial dapat mengantisipasinya. – Tiyarman Gulo

Fenomena Cancel Culture

Cancel culture di Indonesia mungkin terbilang baru sejak era sosial media mulai berkembang antara tahun 2016-2020, tapi dampaknya sudah terasa kini di berbagai lapisan masyarakat. Awalnya, budaya sosial di Indonesia sendiri telah mengenal konsep sanksi sosial dalam bentuk pengucilan atau boikot individu yang melanggar norma. Namun, dengan hadirnya media sosial, efek dari tindakan ini menjadi lebih masif dan cepat menyebar.

Beberapa kasus di Indonesia telah menunjukkan bahwa cancel culture bisa terjadi di berbagai bidang, mulai dari politik, hiburan, hingga dunia akademik. Masyarakat kini semakin aktif dalam menyuarakan opini dan kritik mereka di media sosial, yang dalam beberapa kasus dapat berujung pada seruan boikot atau pembatalan dukungan terhadap individu tertentu. Hal ini sering kali terjadi tanpa adanya proses diskusi yang mendalam atau kesempatan bagi individu yang bersangkutan untuk memberikan klarifikasi.

Dengan penetrasi internet yang semakin luas dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu-isu sosial, tampaknya cancel culture tidak akan hilang dalam waktu dekat. Sebaliknya, fenomena ini kemungkinan akan semakin berkembang seiring dengan meningkatnya literasi digital dan partisipasi aktif masyarakat dalam ruang publik daring.

Keadilan bagi Pengkarya

Salah satu dampak cancel culture yang paling terasa adalah terhadap para pengkarya, seperti seniman, penulis, komedian, dan pekerja kreatif lainnya. Banyak dari mereka yang menjadi lebih berhati-hati dalam menyampaikan gagasan karena takut mendapat reaksi negatif dari publik.

Di satu sisi, cancel culture bisa menjadi alat untuk menuntut akuntabilitas dari tokoh publik. Namun, di sisi lain, ketakutan akan dibatalkan dapat menghambat kreativitas dan kebebasan berekspresi. Para pengkarya mungkin memilih untuk menyesuaikan karya mereka dengan standar yang dianggap aman agar tidak menimbulkan kontroversi, yang pada akhirnya bisa mengurangi keberagaman perspektif dalam industri kreatif.

Tidak hanya itu, dampak psikologis juga menjadi perhatian. Banyak individu yang mengalami tekanan mental, stres, bahkan depresi akibat serangan cancel culture. Hilangnya peluang kerja, hancurnya reputasi, dan terisolasi dari komunitas dapat menjadi efek samping yang menghancurkan bagi mereka yang terkena dampak langsung.

Standar Etika dalam Cancel Culture

Cancel culture sering kali berada dalam wilayah abu-abu ketika berbicara soal etika. Beberapa orang melihatnya sebagai alat untuk memperjuangkan keadilan sosial, sementara yang lain menganggapnya sebagai bentuk perundungan digital yang berlebihan. Masalahnya, standar moral dan etika berbeda-beda di setiap komunitas dan individu, sehingga apa yang dianggap pantas oleh satu kelompok bisa saja dipandang berlebihan oleh yang lain.

Ketika cancel culture digunakan untuk menyerang seseorang tanpa memberikan ruang untuk klarifikasi atau perbaikan, maka ini bisa menjadi bentuk hukuman yang tidak adil. Selain itu, ada pula fenomena “trial by social media” di mana seseorang langsung dihakimi berdasarkan potongan informasi yang belum tentu akurat.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis dalam menghadapi cancel culture. Menilai suatu kasus secara objektif, mempertimbangkan konteksnya, dan memberikan kesempatan bagi pihak yang bersangkutan untuk menjelaskan adalah langkah yang lebih adil dibandingkan langsung melakukan boikot.

Bagaimana Agar Tidak Terkena Dampak Cancel Culture?

Cancel culture bisa terjadi kepada siapa saja, baik individu biasa maupun figur publik. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi agar tidak terkena dampak buruk dari fenomena ini:

Bijak dalam Menggunakan Media Sosial

Sebelum memposting sesuatu, pertimbangkan dampaknya terhadap orang lain. Hindari pernyataan yang dapat menyinggung atau menimbulkan perdebatan yang tidak perlu.

Meningkatkan Literasi Digital

Memahami bagaimana informasi menyebar di internet dan bagaimana reaksi publik dapat berkembang sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dan misinformasi.

Menghormati Perbedaan Pendapat

Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, tetapi harus disampaikan dengan cara yang bijak dan tidak menyerang pribadi seseorang.

Membangun Jejak Digital yang Positif

Apa yang diunggah di internet akan selalu ada dalam rekam jejak digital. Oleh karena itu, membangun citra positif sejak dini dapat membantu menghindari masalah di kemudian hari.

Menghindari Sikap Provokatif

Jika terlibat dalam perdebatan di media sosial, sebaiknya tetap tenang dan tidak mudah terpancing emosi. Hindari komentar yang dapat disalahartikan atau dianggap menyinggung pihak lain.

Dampak Cancel Culture di Indonesia jadi Ancaman Nyata?

Cancel culture memang bisa menjadi alat untuk menuntut akuntabilitas, tetapi juga memiliki potensi untuk menjadi bumerang bagi masyarakat. Jika tidak dikendalikan dengan bijak, dampak cancel culture bisa meliputi:

Hilangnya kebebasan berekspresi, Orang-orang menjadi takut untuk menyuarakan opini karena khawatir akan mendapat serangan dari publik.Perpecahan sosial dimana Masyarakat bisa terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling menyerang tanpa ada ruang untuk diskusi sehat.Pengaruh negatif terhadap dunia kreatif dengan banyak pengkarya yang akan membatasi diri dalam berkarya karena takut terkena cancel culture.Meningkatnya kasus perundungan digital, Cancel culture yang tidak terkontrol bisa berubah menjadi cyberbullying, di mana individu diserang tanpa belas kasihan di media sosial.

Cancel culture bukan lagi sekadar fenomena asing, tapi telah menjadi bagian dari dinamika sosial di Indonesia. Dengan semakin berkembangnya media sosial, fenomena ini kemungkinan besar akan terus terjadi dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan. 

Meski bisa menjadi alat untuk menuntut pertanggungjawaban dari individu atau kelompok tertentu, cancel culture juga bisa membawa dampak negatif jika dilakukan tanpa mempertimbangkan keadilan dan proporsionalitas.

Sebagai masyarakat digital yang semakin maju, kita perlu lebih bijak dalam menyikapi cancel culture. Alih-alih langsung melakukan boikot, lebih baik mengedepankan diskusi yang sehat dan memberikan kesempatan bagi individu untuk memperbaiki kesalahan mereka. 

Dengan begitu, kita bisa menciptakan ruang digital yang lebih inklusif, adil, dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya cancel yang tidak terkendali.(*)

Leave a comment