Cerita Barbie Hsu Sempat Tidak Diterima di Beberapa RS di Jepang, hingga Takdir Menjemputnya
TOKYO, KOMPAS.TV – Dunia dikejutkan dengan meninggalnya aktris pemeran Shancai dalam drama “Meteor Garden”, Barbie Hsu, yang sangat mendadak. Hsu diketahui meninggal di Jepang karena menderita pneumonia. Setelah kematiannya, beberapa fakta terungkap, bahwa Hsu sempat tidak diterima untuk dirawat oleh beberapa rumah sakit di Jepang.
Tidak diterimanya Hsu untuk dirawat, diungkapkan oleh seseorang yang menjadi pemandu wisata keluarganya ketika di Jepang.
Ia baru didiagnosis menderita influenza pada rumah sakit ketiga yang didatangi. Rumah sakit itu berada di Tokyo. Seperti diberitakan oleh beberapa media Taiwan seperti Next Apple dan ET Today, pemandu wisata keluarga Hsu mengatakan bahwa Hsu sudah menunjukkan gejala batuk dan asma pada 29 Januari.
Saat itu, keluarganya baru saja tiba di kota Hakone, Jepang.
Hsu, yang juga dikenal sebagai Big S, harus tetap berada di hotel pada 30 dan 31 Januari untuk memulihkan diri.
Namun gejala yang dideritanya semakin memburuk pada tanggal 31 Januari, dan dia memanggil ambulan yang membawanya ke sebuah rumah sakit di Hakone.
Baca Juga: Abu Mendiang Barbie Hsu Telah Tiba di Taiwan, Dibawa oleh Keluarga
Namun di rumah sakit itu, dokter dilaporkan tidak dapat mendiagnosis penyebab penyakitnya, dan wanita berusia 48 tahun itu kembali ke hotelnya malam itu juga.
Dia kemudian diantar oleh keluarganya ke sebuah rumah sakit kecil di Tokyo untuk menjalani perawatan pada tanggal 1 Februari. Namun, rumah sakit kecil tersebut juga tidak dapat memberikan diagnosis dan merujuknya ke rumah sakit yang lebih besar.
Kemudian Hsu dan keluarganya pergi ke rumah sakit rujukan yang lebih besar di Tokyo. Ini merupakan rumah sakit ketiga yang dia datangi. Di rumah sakit ini, dia didiagnosis menderita influenza dan diberi obat.
Meskipun demikian, seperti dikutip dari mothership.sg, ia masih belum diizinkan untuk dirawat di rumah sakit sehingga harus pulang kembali ke hotel.
Namun kondisinya makin memburuk malam itu, dan keluarganya memanggil ambulans untuk membawanya pergi ke rumah sakit lagi.
Dia kemudian dinyatakan meninggal pada pukul 7 pagi, tanggal 2 Februari 2025.
Cuplikan layar dari catatan medisnya yang telah beredar daring, menunjukkan bahwa kadar saturasi oksigennya telah turun hingga 89 persen dan dia mengalami kongesti paru-paru yang signifikan.
Selain itu, pemindaian CT yang dilakukan pada tanggal 1 Februari diduga menunjukkan kerusakan paru-paru yang parah.
Baca Juga: Menunggu 20 Tahun untuk Bersama, DJ Koo Suami Barbie Hsu Sulit Terima Kenyataan Istrinya Tiada
Mengapa Barbie Hsu Tidak Dirawat di Rumah Sakit?
Seperti dikutip dari Shin Min Daily News, seorang dokter toraks bernama Xu Liheng, mengatakan mungkin ada dua faktor utama yang dapat menyebabkan kematian Hsu.
Salah satu faktor, menurut Xu, adalah bagaimana rumah sakit di daerah terpencil di Jepang, seperti Hakone atau Hokkaido, tidak memiliki ruang gawat darurat, dokter jaga, atau unit perawatan intensif, yang berarti pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain.
Faktor kedua adalah bahwa dokter Jepang mungkin enggan merawat pasien asing karena kendala bahasa. Kendala bahasa membuat dokter kesulitan untuk mencari tahu tentang riwayat medis pasien yang sangat penting.
Baca Juga: Jerry Yan Tulis Pesan Terakhir untuk Barbie Hsu: Aku Bersyukur Pernah Bertemu Denganmu
Shin Min lebih lanjut melaporkan bahwa berita meninggalnya Hsu karena pneumonia telah memicu warga Taiwan untuk berbondong-bondong mendapatkan vaksin influenza.
Seperti dikutip dari Channel News Asia, Taiwan sendiri tengah menghadapi lonjakan kasus influenza. Jumlah orang yang mencari perawatan medis untuk gejala mirip influenza mencapai titik tertinggi mingguan pada 19-25 Januari lalu.
Dalam minggu itu, terdapat total lebih dari 162.000 kasus influenza dan terdapat 91.000 kasus lainnya pada minggu berikutnya, yaitu pada minggu liburan Tahun Baru Imlek.
“Selama 21 Januari-3 Februari, terdapat 142 kasus parah dan 25 kematian akibat influenza”, kata Pusat Pengendalian Penyakit Taiwan. Mereka juga menjelaskan bahwa penyakit tersebut telah mencapai periode epidemi di Taiwan.