Informasi Terpercaya Masa Kini

Mbah Parmi, 56 Tahun Jual Jamu Gendong untuk Menyambung Hidup

0 2

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Langkah lambat Mbah Parmi, seorang lansia penjual jamu gendong, tampak kontras dengan lalu lalang kendaraan yang lewat sekitar Taman Blambangan, Banyuwangi. 

Wanita berusia 70 tahun tersebut menyusuri jalanan sambil menggendong tenggok atau keranjang jamu gendong yang berisi 5 botol besar jamu, 1 termos air dan gelas-gelas kecil.

Ia pun menenteng ember kecil. 

“Ini buatan saya sendiri, gulanya pakai gula Jawa asli, mau nduk?” tanya Parmi kepada pembeli yang tampak tertarik pada dagangannya. 

Ketika pembeli mengangguk tanda setuju, dengan hati-hati tangannya yang sudah dipenuhi garis-garis keriput itu melepas tali gendongan dengan cekatan dan segera menurunkan keranjang jamu. 

Baca juga: 8 Jenis Jamu Gendong Lengkap dengan Bahan, Manfaat, dan Filosofi

“Ada macam-macam jamunya. Kunyit asam, beras kencur, kunci suruh, ada banyak,” urainya dengan suara lirih. 

Parmi mendengarkan permasalahan tubuh yang dihadapi pembeli, untuk kemudian meracik segelas jamu yang dinikmati pembeli, tak lupa dengan perasan jeruk nipis di bagian akhir yang dijualnya Rp 5.000 per gelas. 

“Saya persiapan mulai jam 3 pagi, setelah turun (usai) subuh saya keliling, sampai rumah lagi biasanya jam 11 atau 12 siang,” cerita Parmi. 

Dia berangkat sendiri, pulang pun sendiri. Pada masa senjanya, warga Lingkungan Karangbaru, Kelurahan Panderejo, Kecamatan Banyuwangi itu masih melakukan semuanya sendiri. 

“Anak saya 5 sudah keluar (mandiri) semua. Saya sendiri tidak apa, tidak ingin merepotkan,” tuturnya. 

Berjualan jamu sejak tahun 1969, Parmi memperoleh penghasilan bersih rata-rata sehari Rp 50.000 yang dia gunakan untuk biaya hidup sehari-hari. 

“Uangnya untuk makan sehari-hari,” ujarnya sambil tersenyum. 

Bertahun-tahun mencari nafkah dengan menyusuri jalanan bukan hal yang mudah bagi Parmi, terlebih dia adalah seorang wanita. 

Baca juga: Sentra Jamu Gendong di Sleman, dari Jualan Keliling Digendong Sampai Dapat Pesanan Hotel-hotel

“Pernah hilang uang,” katanya singkat dan enggan meneruskan lebih jauh karena ingin segera sampai rumah untuk mengistirahatkan badan. 

Parmi juga mengaku tak punya harapan khusus. Baginya mendapatkan penghasilan dari jerih payahnya sendiri dan kadang diringankan dengan bantuan yang didapatnya dari tetangga sudah disyukurinya. 

“Tidak ada (harapan khusus), (semoga) sehat terus supaya bisa jualan buat makan,” tandasnya.

Leave a comment